Under Nasa's Spell

By trooyesivan

14.7K 2K 246

Memiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak t... More

00. CHARACTERS
1- MISSING
2 - NEED YOUR HELP
3 - AGREEMENT CONTRACT
4 - NO JUDGEMENT
5 - CHEATED
6 - FANBOY-ING MODE:ON
7 - FEAR
8 - TRACKED
10 - JANUAR IS SHAKING
11 - CARE
12 - DEBATE
13. SECOND KISS
14. TRAP
15. LIGHTS OUT
16. LEAKED
17. THE CURE FOR YOUR HEARTBREAK
18. FACING HER PROBLEMS
19. PRESS CONFERENCE
20. PANIC ATTACK
21. CHILDHOOD TRAUMA
22. TELL
23. THE MAN SHOWED UP
24. INCIDENT
25. A TOUGH DAY
26. RUMORS SPREAD LIKE WILDFIRE
27. CONNECT THE DOTS
28. GOT YA
29. THE CRIMINAL LAW
30. GHOSTING
31. DRUNK AT NIGHT
32. GROCERIES
33. IS IT THE ENDING?
34. MIDNIGHT TALK
37. "LET'S DATE"
38. UNLOCK IT
39. PROTECT HER AT ALL COSTS
40. LOVEY DOVEY
41. WENT HOME

9 - AN EARTHQUAKE

426 72 0
By trooyesivan

Kedua tangan Nasa masih bergetar saat mereka berhasil mengelabui Arka dan Veronica. Di sebelahnya, Januar merebut ponsel Nasa dan membuka tempat penyimpanan kartu SIM lalu mengambilnya.

"Jangan lagi lo coba-coba buat berhubungan dengan mereka kalo lo masih mau berada di fase ingin menghilang. Itu sama aja kayak lo masukin diri sendiri ke lubang buaya," ucap Januar dan memotong kartu SIM milik Nasa dengan jarinya.

"Ya, maaf," ucap Nasa sembari mengepalkan tangannya. Mencoba untuk tenang.

Januar membuang kartu SIM yang telah terbelah dua itu ke tong sampah. "Gue mohon sama lo, untuk nggak melakukan hal yang aneh-aneh. Gue nggak mau kejadian ini terulang lagi."

Nasa mengangguk.

"Ini kenapa hape lo bisa retak?" tanya Januar menengok ke arah Nasa.

"Gue banting, abis gue kesel liat akun gosip perihal Arka sama cewek barunya."

"Gila lo ya. Gue tahu lo kaya, tapi nggak gini juga. Kalo hape lo rusak, gue nggak akan beliin lagi."

"Iya-iya. Terserah lo deh," ucap Nasa acuh tak acuh.

Mereka turun dari bis dan menghampiri sebuah konter pulsa untuk membeli kartu SIM baru.

"Untuk pengaktifan kartunya pakai nama siapa ya?"

"Saya-"

"Saya aja." Januar memotong ucapan Nasa cepat.

Nasa di sebelahnya memanyunkan bibirnya. Ia mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat. Kakinya melangkah ke arah anak sekitaran umur 10 tahun yang mengenakan baju seragam sekolah sedang terduduk lesu sembari menjajakan barang dagangannya berupa kue donat.

Cewek itu berjongkok dan membuka maskernya. "Dek mau beli dong."

Anak lelaki itu tersenyum. "Boleh, Kak. Mau yang mana?"

Nasa menunjuk kue yang diinginkannya. "Semuanya."

"Wah yang bener?!" tanya anak itu tidak percaya.

Dia menganggukkan kepalanya. "Iya."

Anak itu dengan semangat mengambil kantong plastik dan menghitung jumlah kue yang masuk dalam kantong. Sementara itu, Januar yang telah selesai membeli kartu SIM segera menghampiri Nasa. "Lo beli semuanya?"

"Berisik," ceplos Nasa pada Januar. Ia kembali menatap anak itu dengan senyumannya.

"Kok jualan pakai baju sekolah?"

Anak itu tersenyum menunjukkan salah satu gigi depannya yang berlubang. "Abis pulang sekolah, Kak. Biasanya aku jualan di sekolah, tapi karena dagangannya nggak abis aku jualan di luar deh."

"Setiap hari?" tanya Nasa lagi.

Anak itu mengangguk. Ia memberikan kantong plastik berisi semua kue yang dibeli Nasa. "Semuanya jadi dua puluh ribu, Kak."

"Wah? Satu kuenya berapa?" tanya Nasa penasaran.

"Satu kue seribu, Kak."

Nasa mengeluarkan uang seratus ribu dari celananya. "Ini, kembaliannya ambil aja."

"Loh? Ini kebanyakan, Kak," ucap anak itu sembari kebingungan.

Nasa mengusap kepala anak itu. "Nggak apa-apa. Itu rezeki kamu. Mau tips jualan biar untung gede nggak?"

"Gimana tuh, Kak?"

"Kalo jualannya di luar sekolah, naikkin lagi harga kuenya. Contohnya kayak gini, misalnya kamu jualan kue dengan harga seribu di sekolah, kamu akan dapat keuntungan 500 perak dari satu kue. Namun, kalau kamu jual di luar dengan harga 2000 untuk satu kue, maka kamu akan dapat keuntungan 1500, untungnya tiga kali lipat dari penghasilan kamu sebelumnya."

Sudah beberapa hari Januar bertemu Nasa, sedikit demi sedikit dia dapat melihat sifat asli cewek itu. Nasa tidak sombong seperti Januar kira sebelumnya.

Januar melipat tangannya dan ikut dalam perbincangan mereka. "Kalau bisa, jual kue kamu di sekolah dengan harga 2000. Kalau kamu jual di luar sekolah, naikkan harga jadi 3000. Kamu bakalan untung banyak."

"Kalau teman aku protes harga naik gimana, Kak?" tanya anak itu kepada Januar.

"Bilang aja harga sembako naik. Mereka juga ngerti kok." 

Nasa berdiri di sebelah Januar. "Semangat jualannya. Walaupun begitu, jangan lupa belajar ya."

Anak itu mengangguk kemudian ikut berdiri mengangkut kotak dari barang dagangannya. "Makasih banyak ya udah beli semua kuenya, makasih juga untuk tips-nya, Kak. Nanti akan aku coba besok."

Nasa menutup wajahnya kembali dengan masker lalu berdadah-dadah padanya sembari membawa sekantong plastik berisi kue donat. Januar mengikutinya dari belakang, melihat Nasa yang riang dalam melangkah. Tanpa sadar, ia tersenyum. Namun, senyum itu tidak berlangsung lama saat Nasa tiba-tiba berbalik dan memberikan kantong plastik itu. "Bawain!"

Cowok itu mengambil alih barang belanjaan Nasa. Ia menyalakan ponsel Nasa di tangannya yang menunjukkan angka jam satu. Seharusnya, hari ini ia menghadiri mata kuliah terakhir. Namun, sepertinya ia akan membolos.

Toh, sesekali bolos tidak apa-apa bukan?

Januar terkekeh tanpa sadar.

Untuk pertama kalinya, cowok itu merasa senang berada di dekat Nasa.

• • • • • •

"Wah gila?!" teriak Januar saat melihat notifikasi yang berisi bahwa ia mendapat dua tiket nonton gratis film Spiderman : Far From Home dalam rangka Hari Kasih Sayang lusa ini.

Terdapat persyaratan dan ketentuan bahwa jika ingin memakai tiket gratis ini, maka ia harus mengajak pasangan mereka saat pemutaran film nanti. Ah, sial. Masa Januar mengajak Chaka? Sangat tidak mungkin! Januar tidak mau dicap sebagai lelaki homo.

Ia menggarukkan kepalanya, sembari berpikir keras. Masalahnya, bukan hanya itu. Tanggal 14 Februari adalah hari di mana ia akan mengikuti Kompetisi Statistika. Ah, Januar bisa saja sih menontonnya setelah kompetisi, tapi ya tetap saja, dia harus mengajak siapa?

Nasa?

Bahunya turun. Ia menatap pintu kamarnya yang tertutup. Bagaimana mengajaknya? Jujur, Januar malu. Sebelumnya ia tidak pernah mengajak seorang cewek untuk menonton film bersama. Ah, mengapa dia jadi seperti anak SMP yang sedang cinta monyet sih? Mengajak perempuan saja masa malu?

Januar pun memilih untuk mengalahkan egonya dan keluar dari kamarnya dengan ponsel di genggamannya. Melihat Nasa di ruang tamu sedang asyik menonton drama Korea sembari memakan kue donat yang diborongnya tadi siang. Nasa duduk di sofa tepat depan televisi, sementara Januar di sebelahnya. Cewek itu melihat Januar dan menunjuk kantong plastik berisi kue donat. "Lo mau?"

Januar menggeleng, menatap televisi di depannya. Menayangkan salah satu adegan di mana sang putra mahkota sedang memerhatikan wanita yang dicintainya dari kejauhan. Halah, Januar benci roman picisan. Ia lebih menyukai film laga.

Salah satu tangannya menyenggol Nasa. Membuat perhatiannya teralihkan.

"Lo m-mau nonton film b-bareng gue nggak?" tanyanya kikuk sembari menunjukkan layar ponselnya yang berisi notifikasi sebuah voucher gratis nonton Spiderman untuk berdua.

Nasa melihatnya sekilas, lalu kembali menatap layar kaca. "Nggak."

"Gue lusa ada lomba, jadi kita bisa nonton sorenya."

"Nggak mau, gue mau bermalas-malasan di hari Valentine."

Januar mendecak. "Lo ngapain di sini ngegabut? Selama hari Valentine banyak promo pasangan. Sayang untuk dilewatkan."

"Ya tetap gue nggak ma-"

Ucapan Nasa tiba-tiba berhenti saat ia merasakan sesuatu bergoyang. Januar melihat lampu gantung yang turut berayun.

"Eh gempa!" ucap Nasa panik dan hendak beranjak keluar.

Januar menarik tangan Nasa, mencegahnya untuk keluar dan justru malah menariknya ke kamar lalu memasuki lemari bajunya yang cukup besar dan muat untuk dua orang. Guncangan masih terasa yang membuat Nasa memejamkan mata.

"Gue belum mau mati, dosa gue masih banyak, dan hal-hal yang gue inginkan belum banyak tercapai," gumam Nasa sembari memegang tangan Januar erat.

Tak lama, suara debuman kencang membuat mereka berdua terkejut. Nasa refleks berteriak dan memeluk Januar.

Hanya ada suara deru napas dari mereka berdua. Nasa memeluknya, begitupun dengan Januar yang membalas pelukannya. Tak lama, guncangan berhenti, salah satu tangan Januar membuka pintu lemari dan ia melihat lampu hias di mejanya terjatuh hingga pecahan kacanya berderai di lantai.

Mata Nasa yang masih terpejam, ia buka secara perlahan. Memandang wajah Januar sembari memujinya dalam hati. Garis rahangnya yang tegas, wajahnya yang mulus tanpa jerawat, dan rambutnya yang sedikit berantakan, membuatnya jauh terlihat lebih tampan.

Tatapan mereka bertemu. Sangat dekat. Degup jantung Januar yang awalnya normal langsung berdegup dengan kencang sampai tidak bisa bernapas.

Merasa bahwa ini tidak benar, Januar langsung mendorongnya. Membuat khayalan Nasa mengenai Januar hancur seketika.

• • • • •

a u t h o r n o t e :

Terima kasih sudah membaca!

04 April 2020

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 360K 66
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
738K 76K 44
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
884K 75.8K 47
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
323K 18K 65
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...