Siang semuanya! Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya🤗 lancar puasanya yaa... jangan bolong-bolong hehehe
-Jane-
🌈🌈🌈
Pagi yang indah bagi keluarga Off-Gun. Mamii Gun yang sibuk menyediakan sarapan di temani Papii Off yang membantu menata piring-piring di meja makan, oh dimana anak-anak mereka?
"ABANG!!! DI MANA KAOS KAKI AKU!"
Off dan Gun yang baru saja selesai menata meja makan saling beradu tatap, ada apa dengan anak-anak mereka?
"Papii, coba liat anak-anak di atas."
Off langsung saja menaiki tangga menuju lantai atas rumahnya.
Terlihat Chimon yang sedang di kamar Nanon tengah memukul Abangnya itu dengan bantal.
"Abang pasti pake kaos kaki aku kan? Mana kaos kaki aku, balikin sini."
"Dek, Abang gak tau kaos kaki Adek yang mana. Abang kalau pake punya Adek pasti bilang, 'kan?" Nanon mencoba menghentikan kegiatan brutal Adiknya.
"Kaos kaki aku yang merk Gucci, Bang, baru aku beli itu seminggu yang lalu belum ada dipakai."
Chimon menghentikan kegiatan brutal nya dan belum beranjak dari atas badan Nanon, Si Chimon dudukin perut Nanon.
"Abang, Adek, kalian pada ngapain? Berisik banget pagi-pagi."
Chimon memasang wajah cemberutnya.
"Abang ambil kaos kaki Adek, Papii~" Chimon menghampiri Papii-nya dan memeluk Off.
Off menatap Nanon dengan alis terangkat sebelah.
"Bener itu, Bang?"
"Engga Papii, Abang gak pernah ambil kaos kaki Adek." Nanon menatap Chimon kesal, "Dek, kamu kalo ngomong mikir dulu napa sih, kamu nuduh Abang gitu aja, buktinya mana kalo kalau Abang ambil kaos kaki merk Gucci nya Adek itu."
Chimon terdiam, benar juga kata Abang.
"Tuh kan, gak ada buktinya. Ngapain juga Abang ambil kaos kaki kamu, Abang juga ada kali." Sombong dikit.
"Udah ah, Chimmy kamu pake kaos kaki yang lain aja ya atau mau pinjam kaos kaki punya Papii?"
"Gak usah Pii," Chimon melepaskan pelukannya pada Off dan berjalan ke arah kamarnya.
"Abang, kamu belum mandi?" Nanon menggeleng.
"Gak kuliah?"
"Abang masuk siang Pii, dosennya minta ganti jam masuk."
"Ya udah ayo turun kita sarapan tapi kamu sikat gigi dulu sana." Nanon hanya menganggung dan Off segera turun ke arah meja makan.
Gun sudah duduk dengan santai di kursinya.
"Anak - anak kenapa, Papii?"
Off duduk, "kaos kaki Gucci Chimon hilang, Chimon bilang Nanon yang mengambilnya."
"Terus anak - anak gimana?"
"Paliangan bentar lagi turun."
Chimon turun bersama Nanon, mereka terlihat baik - baik saja.
Gun menatap Chimon dengan alis saling bertautan.
"Chimon, jadi di mana kaos kaki kamu?"
"Kaso kaki Adek ternyata ada di dalam sepatunya sendiri Mii, Adek semalam udah masukin kaos kakinya ke dalam sepatu, Adek lupa kalo udah di masukin ke dalam sepatu." Nanon menjelaskan.
Chimon memamerkan cengirannya. "Adek lupa, maaf."
"Chimmy, lain kali kamu ingetin apa aja barang - barang kamu, jangan sampai kayak gini nih sembarangan nuduh."
"Iya Mamiiku." Chimon memamerkan cengirannya.
🍃🍃🍃
"Newwie! Oh Newwie!"
"Newwie sayang!"
"New!"
New yang sedang memasak nasi goreng merasa terganggu karena mendengar teriakan Sang Suami yang memanggilnya tanpa henti.
"Newwie!"
"ADA APA SIH TAY TAWAN!"
Hilang sudah kesabaran New. Dia sedang memasak sarapan saat ini tetapi Tay terus memanggilnya.
"New sini deh!"
"Sebentar Tay! Aku masih masak untuk sarapan. Ada apa sih emangnya?!"
"Dasi aku gak ada, New!!!"
New menghela nafasnya. Ia pun mematikan kompor dan menghidangkan makanan dengan rapi di meja makan.
"FRANK! PLUEM!"
"IYA BUNDA." Frank menuruni tangga dengan memakai tas sekolahnya.
"Bun, Ayah kenapa sih? Tadi Frank liatin Ayah bongkar - bongkar lemari baju."
"Biasalah. Kamu cepat sarapan ya. Bunda datangin Ayah dulu."
"Newwie! Dimana sih kamu taruh dasi aku!"
"Sabar Tay! Aku datang!"
Pluem pun menghampiri Adiknya yang tengah sarapan.
"Mau pergi sekolah sama Kakak?" Tanya Pluem.
Frank menggelengkan kepalanya. "Enggak Kak. Aku pergi bersama Drake." Pluem hanya menganggukkan kepalanya.
Tak lama Tay datang dengan pakaian kantornya yang sangat rapi sekali.
"Selamat Pagi anak - anak Ayah."
"Pagi Ayah."
"Cepat kamu sarapan Tay. Kamu harus pergi ke kantor!"
"Iya sayang. Lagi pula, aku pergi cepat atau lambat tidak akan ada yang memarahiku. Aku kan si pemilik perusaahannya."
New memutar bola matanya jengah.
"Tay, kamu sebagai seorang pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada karyawan - karyawanmu. Kamu ini suka sekali sih terlambat ke kantor!"
"Iya sayang."
Pagi-pagi Tay sudah mendapatkan omelan dari Sang Istri tercinta.
"Yah, Bun. Pluem pergi kuliah dulu ya."
"Iya sayang, hati-hati ya Kak." Ucap New.
"Ah, Frank juga ya."
"Hati-hati kalian."
"Bye Bunda, Ayah."
"Bye anak - anak tersayangnya Bunda!"
New menatap Tay yang sedang asik memakan nasi goreng sambil memainkan ponselnya. New melirik ke arah ponsel Tay.
Mata New menajam.
"Tay! Kenapa malah main game!"
New menjewer telinga Tay.
"Kerja Tay! Jangan males!"
"ADUHH IYA SAYANG! AMPUN!"
Sabar ya Bunda New.
🍃🍃🍃
"Fiat! Ayo turun waktunya sarapan!"
"Iya Ma. Sebentar."
Fiat menuruni tangga sambil menutup tasnya.
"Pagi Ma, Pa."
"Pagi sayang."
"Fiat ke kampus mau di antar Papa atau kamu pergi bersama Nanon?" Tanya Singto.
"Fiat---
*ting tung*
"Sebentar Ma, Pa." Fiat berdiri dari duduknya.
Tak lama ia masuk bersama seorang laki-laki tampan.
"Pagi Paman, Tante."
"Pagi, Jun." Jawab Singto.
Krist hanya diam dan menatap Oaujun.
Entah, Krist masih tak bisa melihat anak semata wayangnya kini telah memiliki calon pacar.
Krist takut Fiat gak bisa di manja lagi karena memiliki pacar, makanya sampai saat ini Krist masih cuek dengan Oaujun.
"Sayang, jadi kamu pergi ke kampus sama dia?" Tanya Krist dengan wajah tak suka.
Fiat yang melihatnya hanya cengegesan. "I-iya, Ma."
"Duduk kalian berdua. Ayo kita sarapan." Ujar Krist.
Walau dia cuek tapi tetap baik kepada Oaujun. Dan Oaujun pun tersenyum menerima ajakan Krist untuk sarapan bersama.
Singto dan Fiat diam - diam melirik Krist dan tersenyum.
Mereka tau Krist itu sebenarnya baik kepada Oaujun. Namun, ia hanya gengsi saja dan masih belum bisa menerima bahwa Oaujun mendekati Fiat.
Maka dari itu Fiat belum bisa menerima ajakan pacaran dari Oaujun karena ia tahu Sang Mama belum setuju. Walau Singto dan Krist tahu, Oaujun adalah anak yang baik, ramah dan sopan. Cocok lah dengan Fiat, tapi tetap saja belum saatnya mereka berpacaran.
Fiat mengenal Oaujun di studio dance. Rupanya Oaujun adalah seniornya di studio dance, dan siapa sangka saat Fiat berkuliah di Universitas Grammy ia bertemu dengan Oaujun yang saat itu merupakan seniornya dan ia merupakan anggota Himpunan Mahasiswa. Fiat selama masa Orientasi selalu dalam pengawasan Oaujun.
Dan saat di kampus, Oaujun rupanya juga teman dekat dari Kak Pluem, Kakaknya Frank yaitu temannya Fiat juga.
Lalu, yang membuat Fiat makin dekat dengan Oaujun adalah ketika Oaujun mengganti jadwal mengajar dance. Dulu sebelum ia mengenal Fiat, Oaujun hanya mengambil jadwal mengajar dance seminggu sekali dan itu pun di hari minggu. Ketika ia mengenal Fiat, ia mengubah jadwal mengikuti jadwal latihan dance nya Fiat, yaitu seminggu 3 kali... Rabu sore, Jumat sore, Sabtu sore-malam.
Modusnya si Junedi bener-bener ya.
Tapi siapa sangka, modus nya si Junedi berhasil. Apalagi karena mereka memiliki hobi yang sama, sangat melancarkan aksi PDKT mereka.
Setelah sarapan Fiat dan Oaujun segera pergi ke kampus.
Singto hari ini juga tak ada pekerjaan karena tidak ada jadwal pemotretan hari ini.
Ia dan Krist terlibat aksi saling tatap, lebih tepatnya Si Singto sedang menunggu Krist membuka obrolan. Karena Singto tau pasti Krist ingin bercerita.
"Kak Sing~"
Nah, pasti mulai nih aksi cerewetnya.
"Aku masih belum rela kalau Fiat sama Si Junedi. Fiat itu masih kecil, Kak. Jangan pacaran dulu! Lagian dia masih semester 4. Masih harus fokus belajar, kalau pacaran gini yang ada nantinya Fiat malah gak fokus, Kak."
Singto hanya diam mendengarkan Krist yang terus bicara.
"Fiat udah jarang manja sama aku, Kak."
"Junedi tiap weekend ngajak dia jalan."
"Kak,"
Singto hanya tersenyum dan menggenggam tangan Krist.
"Kit, Fiat bukan anak kecil lagi. Umur dia sebentar lagi akan memasuki 20 tahun. Fiat juga telah berkuliah, dia sudah dewasa. Kamu harus mulai terbiasa kalau dia kini harus menjalani hidupnya sendiri."
"Ta---"
"Kit, percaya padaku. Fiat akan baik-baik saja. Fiat pasti sudah paham mana yang baik dan mana yang buruk. Jika dulu ketika dia masih sekolah tak apa kita melarangnya untuk berpacaran karena saat - saat sekolah di mana anak remaja masih mencari jati diri mereka. Tapi untuk sekarang... sepertinya kita memang harus melepaskan Fiat."
Krist memasang wajah sedihnya.
"Kit, melepaskan Fiat dalam arti, kita memberikannya kebebasan. Tetapi, kita harus tetap menjaganya. Kamu harus percaya kepada anak kita."
Krist menganggukkan kepalanya. Ya, dia sadar ini sudah seharusnya ia membebaskan Fiat. Anaknya itu sudah dewasa sekarang.
"Tapi soal Junedi---"
"Oaujun, Kit." Singto tertawa kecil, "Kit, kita harus serahkan semuanya ke Fiat. Biarkan Fiat yang memilih apa yang dia sukai."
Singto menatap Krist mencoba meyakinkan. "Oaujun anak yang baik, Krist."
Krist menatap suaminya. Ah, suaminya ini terlihat santai sekali sih. Apakah dia rela anaknya yang manis dan menggemaskan itu berpacaran dan nantinya akan kurang menghabiskan waktu bersama mereka?
"Kakak setuju kalau Fiat berpacaran dengan Oaujun?"
Singto mengangguk.
"Setahun ini kita mengenal Oaujun. Dia anak yang baik, Kit."
Krist pun akhirnya sadar.
"Baiklah, Kak. Sepertinya Kakak menyukai anak itu. Aku, aku, aku setuju juga."
Singto tersenyum dan mengusak rambut Krist pelan. Dia tau, Krist pasti mengerti pada akhirnya. Lagi pula, Fiat sepertinya sangat menyukai Oaujun.
🌈🌈🌈
Holla! Ini cerita pertama Jane. Aku harap kalian suka yaaa...
Semangatin Jane buat nulis yang menarik yaa. Dengan like cerita ini dan komen yang banyak hehehe. See you in the next chapter guys:))
S
emangat buat kalian yang menjalankan puasa, semoga puasanya lancar yaa:)))
Salam sayang,
Jane istrinya Nanon Korapat❤️