Angkasa

Von sweetdoie

193K 26.4K 3.6K

Angkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED] Mehr

cast
dua.
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan.
sembilan.
sepuluh.
sebelas.
duabelas.
tigabelas.
empatbelas.
limabelas.
enambelas.
tujuhbelas.
delapanbelas.
sembilanbelas.
duapuluh.
duapuluhsatu.
duapuluhdua.
duapuluhtiga.
duapuluhempat.
duapuluhlima.
duapuluhenam.
duapuluhtujuh.
duapuluhdelapan.
duapuluhsembilan.
tigapuluh.
tigapuluhsatu.
tigapuluhdua.
tigapuluhtiga.
tigapuluhempat.
tigapuluhlima. [final]
Farewell.
Special Chapter ─ Uncle Angkasa!

satu.

21.9K 1.2K 55
Von sweetdoie

Pagi ini Jeara terbangun dengan teriakan kakaknya, Juan, dari depan pintu kamar yang menyuruh dia untuk segera bangun dan bersiap kuliah karena hari ini Jeara meminta untuk berangkat dengannya. Biasanya memang Jeara akan berangkat dengan Angkasa, pacarnya. Tapi karena Angkasa sibuk mengurus acara seminar, jadi Jeara lebih memilih berangkat bersama Juan, walaupun harus pagi begini karena kakaknya juga ngejar waktu buat bimbingan. Maklum, Juan termasuk salah satu mahasiswa semester akhir yang sangat rajin meminta bimbingan karena dari sekian bimbingan yang dia minta, hanya beberapa kali terealisasi, sisanya harapan palsu belaka.

Dalam empat puluh lima menit, Jeara siap dan keluar dari kamar untuk turun mencari asupan pagi hari. Mama dan Papa seperti biasa, belum pulang dari dinas luar kota. Sementara Juan lagi asik nonton Spongebob di TV sambil makan satu mangkuk Honey Stars punya mereka yang emang sengaja dibeli buat sarapan mereka berdua.

Jean? Nggak ada yang tau. Adik Jeara yang satu itu jarang banget di rumah soalnya dia lebih suka menginap di tempat temannya. Katanya lebih ramai dan lagipula tempat temannya juga dekat dengan sekolahnya. Juan dan Jeara tidak melarang dan hanya menyuruh Jean untuk pulang sesekali.

"Kak, berangkat kapan?" Jeara menyusul Juan di depan TV dengan membawa satu gelas sereal. Memposisikan diri di samping dia sambil fokus menatap layar TV.

"Abisin dulu serealnya, baru berangkat. Nggak keburu kan kamu?" Jeara menggeleng sebagai jawaban dan dengan santai menghabiskan sereal yang tadi dia bikin untuk diri sendiri.

Satu episode Spongebob telah selesai ditonton, bersamaan dengan mereka yang selesai sarapan. Jeara memberikan gelas yang saya pakai pada Juan dan membiarkan dia yang mencuci piring. Mereka berdua memang punya jadwal untuk bersih-bersih tiap minggunya dan kali ini giliran Juan yang melakukan pekerjaan rumah seperti cuci piring.

"Nanti pulang sama kakak apa Angkasa?"

Juan menenteng tasnya dan mengambil kunci mobil, setelah selesai mencuci gelas dan mangkuknya. Menyusul Jeara yang sedang memakai sepatu di depan.

"Sama Angkasa aja, mau sekalian jalan." Jawabnya.

"Ya udah, jangan lupa samperin Jean. Mama kan pulang besok, Jean harus di rumah. Kakak udah kabarin dia tadi."

Jeara hanya mengangguk dan menyusul Juan masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan pekarangan perumahan menuju ke kampus kebanggaan.

--------

Kelas Jeara selesai jam satu dan kelas Angkasa selesai jam dua, katanya ketika dia bertanya tadi. Setidaknya ada jeda satu jam sendiri untuk Jeara menunggu Angkasa selesai kelas dan beberapa menit untuk menunggu Angkasa menuju gedung fakultas Jeara. Tapi karena Jeara malas berkeliaran di gedung Hukum jam segini, jadi dia langsung melenggang pergi menuju gedung FEB yang tidak jauh darisana. Masih satu komplek Bulaksumur. Jalan sedikit pun tidak masalah.

Beruntung di jalan dia bertemu Renan yang menawarkan jasa menemani sampai Angkasa selesai dengan kelasnya. Renan sendiri teman baik Angkasa karena mereka berdua dulu pernah berada di SMA yang sama di Bandung.

Ah bertemu Renan jadi mengingatkan Jeara tentang perasaannya dulu pada pria itu. Renan merupakan cinta pertamanya di bangku perkuliahan, jauh sebelum Jeara mengenal Angkasa. Mereka sendiri bertemu saat PPSMB dulu karena Renan tidak sengaja menjatuhkan dompetnya yang kemudian Jeara temukan dan dia berikan ke kakak panitia saat itu.

Sejak saat itu, Renan menjadi dekat dengan dia. Hampir setiap hari mereka bertemu dan mengobrol tentang berbagai hal. Renan bahkan mengenalkan Jeara pada teman-temannya, termasuk Angkasa.

Dan ya, kedekatan mereka menjadikan Jeara dan Angkasa sekarang.

"Angkasa kayaknya lagi di kantin sama yang lain, mau kesana?" Tawar Renan. Dia baru saja mendapat informasi kalau Angkasa berada di sana, jadi langsung dia tawarkan pada kekasih sahabatnya itu. Sekalian, Renan juga mau ikut kumpul disana.

"Bukannya ngabarin, malah ngumpul. Iya boleh, aku mau ketemu juga Johnny. Udah lama nggak main." Jawab Jeara.

"Gimana mau main, Angkasa aja protektif banget sama kamu. Kita mau deketin jadi takut, hahaha." Renan terkekeh, mengingat bagaimana dirinya dan Johnny diperingatkan untuk tidak dekat-dekat dengan Jeara oleh pawangnya, Angkasa.

Tapi memang benar, Angkasa menjadi sangat protektif sejak sang pacar mengatakan kalau dia dulu sempat suka dengan Renan, lalu tidak lama pernah suka juga dengan Johnny. Angkasa yang mendengarnya menjadi panas sekaligus was-was, takut kalau gadisnya itu akan kembali menyukai kedua pria yang notabene adalah sahabatnya itu.

Bagi Angkasa, Jeara Auristela hanya miliknya. Sekarang dan selamanya.

"Cewek lo nih, kasian nyariin." Renan menepuk pundak Angkasa untuk membuatnya berbalik dan melihatmu datang. Jeara tersenyum, meletakkan tasnya di samping Angkasa dan duduk disana.

"Makasih udah nganter pacar gue." Angkasa melempar senyum tipis pada Renan yang hanya dibalas anggukan oleh pria itu. "Mau minum nggak, Je?"

Jeara menggeleng, "Nggak usah. Nanti temenin aku ke Toko Merah dong. Mau beli kuas sama cat air. Terus pulangnya temenin jemput Jean ya?"

Angkasa mengangguk, menepuk kepala gadisnya dua kali karena gemas dengan rambut Jeara yang terlihat sangat lembut karena baru saja keramas kemarin.

"Jean pulang?"

"Iya, Kak Juan yang nyuruh. Mama besok pulang dinas, jadi Jean harus dirumah."

"Lho Tante Arin pulangnya besok? Aku kira lusa?"

"Papa yang pulang lusa, Mama besok. Lupa ya? Kayaknya Mama juga udah ngasih tau kamu, kemarin bilang sendiri ke aku sama Kak Juan."

Tante Arin alias Mama Jeara memang sangat menyukai Angkasa, sampai-sampai setiap pulang dinas dari luar kota, beliau selalu mengabari Angkasa dan menyuruhnya datang ke rumah. Bahkan kadang Jean suka bercanda bilang kalau nama Angkasa harusnya dimasukkan dalam kartu keluarga mereka.

Sedekat itu hubungan Angkasa dengan keluarga Jeara. Mungkin efek dia anak rantau dari Bandung dan hidup sendiri di Yogyakarta, makanya dia jadi dekat dengan keluarga pacarnya karena hanya mereka yang bisa Angkasa andalkan di kota ini.

"Ke Toko Merah sekarang aja ya, Je? Keburu sore, kasian Jean nunggu lama." Ajak Angkasa. Jeara hanya menurut saja karena dia tahu kalau ajakan Angkasa hanya akal-akalan pria itu saja supaya Jeara tidak terlalu larut dalam obrolan bersama Renan dan Johnny.

"Gue duluan." Pamit Angkasa.

"Duluan ya Renan, Johnny. Jangan lupa kalian hutang cerita sama aku tentang Karimun Jawa!" Jeara sempat melambaikan tangannya sebelum diseret pergi oleh Angkasa.

Angkasa sama sekali tidak melepas pegangan tangannya selama mereka berjalan menuju parkiran. Menjadikan mereka bahan perbincangan beberapa orang yang menganggap hubungan Angkasa dan Jeara terlihat lucu. Keduanya cukup terkenal di kalangan mahasiswa FEB dan Hukum karena memang keduanya sering berkeliaran di sekitar sana. Entah Jeara yang datang menghampiri Angkasa, atau pun sebaliknya.

"Kamu takut banget ya aku suka lagi sama Renan atau Johnny?" Tanya Jeara, menelisik ke raut wajah Angkasa yang masih masam dan belum berubah.

"Iya lah, Je. Gitu-gitu dulu mereka saingan aku, walaupun aku yang berhasil dapetin kamu sih." Jawab Angkasa jujur.

Jeara tertawa, memukul pelan pundak Angkasa karena gemas dengan pikirannya itu. "Kan aku udah pernah bilang, aku nggak akan suka sama mereka lagi. Udah ada kamu, buat apa cari yang lain?"

"Tapi kamu juga jangan aneh-aneh! Jangan lirik sana-sini ya, Angkasa."

"Kan kayak kata kamu tadi, udah ada Jeara, buat apa Angkasa cari yang lain?" Angkasa tersenyum lebar dan menyugar rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. Menimbulkan reaksi beberapa adik tingkat yang mendeklarasikan diri menjadi fans Angkasa sejak melihatnya saat PPSMB.

Jeara mendelik tidak suka dan buru-buru menghentikan aktivitas Angkasa dengan menarik tangannya turun. Membuat pacarnya itu sedikit bingung karena ulahnya.

"Nggak usah tebar pesona, itu adik tingkat banyak yang suka."

----------

Toko Merah hari ini terlihat lengang, tidak banyak orang yang berbelanja kebutuhan alat tulis karena memang bukan tahun ajaran baru. Jeara kesini pun hanya karena keinginannya membeli kuas serta cat air baru karena yang lama sudah habis dipakai.

Tidak juga sih, Jeara hanya memakai sekitar sepertiganya dan sisanya habis dipakai Jean untuk tugas seni budaya di sekolahnya. Maklum, Jean ini walaupun uangnya banyak karena dia juga part-time di kafe milik Juan, orangnya pelit dan segan untuk mengeluarkan uang demi keperluannya sendiri. Dia lebih memilih memakai milik kakaknya dibanding beli sendiri.

"Udah?" Tanya Angkasa ketika dia melihat Jeara menghampirinya dengan membawa satu set kuas dan cat air.

"Udah, hehe lama ya?" Jeara menjawab dengan tersenyum, merasa sedikit bersalah karena membiarkan Angkasa menganggur selama hampir empat puluh lima menit karena dirinya sibuk memilih kuas dan cat.

"Nggak apa-apa. Bayar sekarang apa mau lihat-lihat lagi?"

"Bayar aja, abis ini langsung jemput Jean. Dia minta ditraktir makan dulu katanya sama kamu."

Kebiasaan Jean yang sangat Angkasa hafal. Adik pacarnya itu kalau tau mau dijemput olehnya, pasti selalu minta traktir makan dengan embel-embel pendekatan dengan keluarga pacar. Padahal ya karena memang dia hanya memanfaatkan keadaan saja. Kadang pun mintanya suka tidak kira-kira. Mcd selalu jadi andalan kalau urusan traktir-traktir begini.

Sementara Jeara membayar barang-barangnya, Angkasa menunggu di dekat pintu keluar. Mengamati bagaimana Jeara yang tersenyum ramah pada mbak kasir yang melayaninya. Jeara yang baik dan ramah menjadi alasan mengapa Angkasa bisa jatuh dalam pesonanya. Jeara yang apa adanya dan tidak sering menuntut, Jeara yang terlihat sangat manis saat tersenyum atau tertawa, Jeara yang selalu mengingatkannya untuk selalu menghargai orang, Jeara yang menjadi favorit Angkasa sampai kapanpun.

Benar kata orang-orang, Angkasa beruntung menjadi salah satu yang berharga di hidup Jeara.

"Kamu aneh, senyum-senyum sendiri."

Angkasa terkekeh, merangkul pacarnya dan menariknya keluar. "Kamu yang bikin aku jadi aneh."

"Kok aku?"

"Coba aja kamu pikirin alasannya. Nanti kalau udah ketemu, kasih tau aku."

Pernyataan Angkasa sukses membuat Jeara mulai berpikir. Sepanjang perjalanan menuju rumah teman Jean, Jeara hanya diam sambil berpikir keras tentang dirinya yang membuat Angkasa menjadi aneh. Angkasa yang melihatnya hanya bisa tertawa pelan, gemas melihat tingkah pacarnya yang terlalu membawa hal itu serius.

Dua puluh menit perjalanan hanya diisi keheningan antara mereka berdua, Jeara tidak sadar kalau mobil Angkasa sudah berhenti tepat di depan rumah Aham, teman Jean yang selama ini direpoti.

"Udah belum mikirnya?"

Jeara menggeleng, masih menatap Angkasa dengan tatapan bingung.

"Nggak usah dipikirin lagi, nanti aku kasih tau alasannya. Turun yuk, udah sampai di rumah Aham."

"Hah cepet banget?"

"Kamu nggak sadar, makanya kerasa cepet. Udah ayo, masih ada tanggungan jajanin Jean juga nih."

Keduanya turun dan langsung disambut dengan Jean dan Aham yang sedang mengobrol di teras rumah. Aham yang menyadar kedatangan kakak temannya itu langsung menghentikan obrolan dan menghampiri Jeara serta Angkasa.

"Eh ada Kak Asa."

"Asik dapet traktiran."

Kadang Angkasa sangat menginginkan Aham yang menjadi adik Jeara, bukan anak kurang ajar bernama Jean yang selalu meminta traktiran setiap ada kesempatan.

"Maaf ya, Ham. Jean ngerepotin kamu terus." Kata Jeara. Aham tersenyum dan menggeleng tanda dia merasa tidak direpoti oleh kehadiran Jean.

"Nggak apa kok, Kak Je. Aham juga seneng kalau Jean disini, jadi punya temen hehe." Balas Aham.

"Lo mau ikut kita makan ngga, Ham? Kak Asa yang traktir lho!" Jean mengintrupsi, membawa nama Angkasa dan traktiran di kalimatnya.

"Nggak usah, gue mau nyusulin Mama ke rumah tante gue nih. Lain kali aja, Je." Tolak Aham.

"Ya udah, kita duluan ya Aham. Makasih lho kamu udah mau nampung bocah kurang ajar kayak Jean gini. Lain kali kakak traktir deh, itung-itung balas budi hahaha."

"Boleh kak, tapi berdua aja. Nggak usah ngajak Kak Asa atau Jean."

Angkasa menatap Aham tajam setelah mendengar kalimatnya. Tidak terima dengan permintaan Aham yang menurutnya sedikit menganggu. Jeara itu pacarnya dan Aham sebaiknya mengerti itu.

"Kalo Angkasa bolehin, nggak apa-apa." Jawab Jeara.

Jean dan Aham sama-sama tertawa setelahnya. Sifat Jeara yang sangat nurut dengan pacarnya membuat mereka senang menggoda Jeara. Mereka paham kalau Jeara tidak akan langsung menyetujui permintaan yang berkaitan dengan Angkasa.

"Kak Jeara udah cocok banget jadi istri yang nurut sama suami, hahahaha. Nikah aja sana, aku setuju aja kok kalau sama Kak Asa. Lumayan nanti aku dapet traktiran tiap hari."

"Kakak sih mau-mau aja, tergantung gimana Jeara aja sih siapnya kapan."

Jawaban Angkasa sukses mengundang tawa dari Aham dan Jean. Sementara Jeara hanya bisa tersenyum malu dan bahkan memukul lengan Angkasa pelan. Tidak menyangka kalau pacarnya akan menjawab dengan kalimat itu.

Namun bukan Jeara namanya kalau dia tidak bisa menjawab perkataan pacarnya yang sudah membuat dirinya malu.

"Kak Jea udah siap kok, tinggal nunggu Angkasa ngelamar aja."

Sial.

Angkasa salah tingkah mendengarnya.

────────────────

Selamat datang,
Selamat bertemu Jeara dan Angkasa dalam perjalanan mereka disini.

Semoga kalian bisa menikmati kisah mereka!

Saran dan kritik terbuka luas bagi kalian yang ingin memberikan pendapatnya.

-sweetdoie.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

4.3M 731K 56
[SUDAH TERBIT / ADA DI GRAMEDIA] [bahasa ㅡ au] LDR yang rumit itu bukan LDR yang beda kota atau negara, tapi LDR yang beda rumah ibadah. ©jeno-ly, 20...
My sekretaris (21+) Von L

Aktuelle Literatur

240K 2.3K 19
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
CERPEN DEWASA (21+) Von Didi

Aktuelle Literatur

275K 715 55
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
1.6K 105 18
Amara yang tidak percaya perkataan sepupu dan sahabatnya sendiri mengenai kekasihnya yang berselingkuh. Amara berpikir jika mereka hanya tidak menyuk...