Tentang Kita

By Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 22

2.9K 236 10
By Elsamhra

Assalamu'alaikum;
Bucinnestar 💜

Selamat overthinking.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

****

Hal Hebat–Govinda
(Cover by Dinda Alfa)

Saat ini Alsa sedang bersama Reynand, lelaki itu tiba-tiba datang ke rumah menemuinya. Kata Rey, dia ingin menemani Alsa belajar untuk olimpiade. Reynand bosan jika di rumah saja, lagipula tidak ada salahnya dia menemani sahabatnya.

Reynand melihat Alsa yang kini sudah seperti mbak-mbak pengajian. Dia ingat sekali dulu saat pertama kali bertemu dengannya. Dulu, gadis itu menghampiri Reynand untuk sekedar menemani, kala itu Rey sedang diberi hukuman oleh Bunda karena main tanpa pamit. Reynand sempat mengusir Alsa namun ia malah mengajak Reynand berteman.

Reynand masih mengingat jelas perkataan Alsa saat mereka pertama kali bertemu.

"Kak Rey ayo kita temenan," ajak Alsa. Dulu umurnya masih empat tahun, sedangkan Reynand lima tahun.

"Enggak mau." Reynand menggeleng cepat. "Kamu pergi sana, aku lagi kena hukum bunda," kata Reynand mengusir.

"Tapi aku mau kita temenan ..." rengek Alsa di depan Reynand kala itu. Jika tidak Rey 'iyakan', Alsa mengancamnya dengan tangisan keras.

"Iya."

"Yeay! Alsa punya teman." Alsa melompat kegirangan, saking excited ia hampir terjungkal ke belakang. Reynand yang melihat dengan cepat menariknya.

"Jangan lompat-lompat nanti jatuh," kata Reynand sedikit marah.

"Iya Kak." Alsa menundukkan kepala saking takut dengan Reynand.

Dari usia lima tahun hingga sekarang Reynand hanya memiliki satu sahabat. Sayangnya, persahabatan itu sempat terputus karena sesuatu tiba-tiba muncul. Lima tahun bukan sebentar meninggalkan Alsa dalam posisi tanpa kabar, Reynand paham dengan perasaannya. Sudah jelas pasti kecewa.

Sekarang Reynand mencoba memperbaiki hubungan dengan Alsa, sebisa mungkin meluangkan waktu bersama.

"Mau mulai dari mana belajarnya?" tanya Reynand saat melihat Alsa mulai membuka lembaran buku.

"Dari materi kelas 10." Alsa menoleh ke arah Reynand. "Kak Rey enggak pa-pa, kan?" tanya Alsa.

Reynand mengerutkan kening, heran dengan kata 'kak' yang disematkan Alsa saat memanggilnya.

"Kenapa tiba-tiba panggil Kak?"

Alsa tersenyum tipis. "Setelah aku pikir-pikir emang kamu harus dipanggil Kak, kalau panggil nama rasanya enggak sopan apalagi mudaan aku," jelas Alsa

"Rey aja." Reynand membalas senyum Alsa.

"Oh, ya udah, Rey aja." Alsa menurut keinginan Reynand untuk tetap memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel.

Reynand mengangguk sambil tertawa kecil.

Hal yang paling disukainya adalah ada di dekat Alsa. Meskipun dia tahu jika batasan terbentang luas, Alsa sudah menjelaskan semuanya bahwa persahabatan masa kecil berbeda dengan sekarang. Alsa menjaga batasan karena mereka sudah sama-sama dewasa.

****

Beberapa waktu kemudian Alsa sudah selesai belajar, ia menyenderkan tubuh ke sofa dan kepala menoleh melihat Reynand yang masih setia menemani. Rasa bersalah menyelimuti benak Alsa karena membuat Reynand menghabiskan waktu bersama, padahal Lelaki itu harus istirahat di rumah.

Alsa sudah tahu semua mengenai Reynand, tentang alasan dia pergi tanpa kabar dan soal penyakit yang dideritanya. Alsa benar-benar syok, bahkan sempat tidak percaya saat mendengar penjelasan Reynand. Tapi setelah tahu bahwa semua itu fakta, Alsa pasrah menerima keadaan. Yang terpenting mereka masih ditakdirkan untuk bertemu dan melanjutkan persahabatan.

"Rey, kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Alsa yang takut Reynand kelelahan karena menemaninya belajar.

"Enggak pa-pa Alsa." Reynand tersenyum. Ternyata rasa khawatir Alsa tidak pernah berubah padanya.

"Tapi muka kamu pucat, aku antarin pulang ya?"

"Masih betah di sini."

"Rey, kamu harus istirahat, Bunda bilang kamu enggak boleh telat minum obat. Pulang ya udah mau Maghrib juga." Bukannya Alsa mengusir, itu semua demi kebaikan Reynand.

"Ya udah aku pulang. Kamu enggak usah repot-repot aku bawa mobil."

Mata Alsa melebar kaget. "Kamu bawa mobil sendiri?"

"Iya." Reynand mengangguk. "Enggak usah khawatir, kan kemarin aku pernah jemput kamu ke sekolah."

"Rey ... besok-besok jangan lagi. Kalo Abi suruh kamu jemput aku bilang aja enggak bisa."

"Sesekali nyenengin Om Ali, kan udah lama enggak ketemu." Reynand mencari alasan, tapi ia senang mendengar Alsa banyak bicara.

Alsa berdecak kesal. "Terserah, deh, kamu susah dibilangin."

Reynand tertawa kecil.

"Iya, iya, besok enggak lagi." Akhirnya Reynand mengalah.

"Janji ya?"

"Janji."

Mereka ingin mempersatukan jari kelingking, tapi Alsa baru ingat kalau mereka tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan mahram. Reynand pun mengerti dengan semua ini, toh, itu sudah aturan hidup keduanya.

Reynand berdehem untuk meredakan suasana canggung.

"Al, lusa bisa temenin aku check up?"

Alsa diam sejenak. Ia memikirkan siap, tidak siap nya menemani, namun setelah dipikir-pikir kapan lagi menyenangkan sahabat.

"Insya Allah, bisa," jawab Alsa dengan pancaran senyum diwajahnya. Berusaha menutupi rasa tidak tega melihat Reynand dalam keadaan sekarang. Alsa berharap Reynand diberi kesembuhan agar mereka bisa bersama selamanya. Sampai mereka sama-sama menikah dengan jodoh pilihan Allah SWT.

****

"Alsa!" panggil James pada rekan olimpiade-nya.

James Radigon, lelaki yang tadinya berdiri di koridor pun berjalan menghampiri Alsa. James memanggil Alsa untuk bertanya mengenai kejelasan olimpiade yang akan mereka hadapi tiga bulan mendatang.

"Kenapa James?" tanya Alsa bingung. Pasalnya jarang sekali mereka saling tegur sapa, sebab James anak kelas 11 IPA 1 unggulan dan kelasnya jauh dari kelas Alsa. Meskipun begitu mereka saling kenal.

James sangat penasaran dengan gadis yang menjadi saingan sekaligus rekan olimpiade.

"Udah mulai belajar?" tanya James membuka topik pembicaraan.

"Udah sedikit. Kalo kamu gimana?"

"Belum." James menjawab dengan santai.

"Terus mau mulai kapan James belajarnya?"

"Lo, kan pinter kimia jadi tugas lo ajarin gue."

Benar-benar pernyataan yang membuat Alsa terkejut. Entah apa yang membuat James seyakin itu menyuruhnya untuk mengajar. 

"Kok nyuruh aku?" heran Alsa mengeryitkan kening.

"Gue yakin karna lo pinter. Peringkat lo juga dibawah gue," kata James yang menduduki peringkat 1 umum SMA Harapan Jaya.

"Tapi bidang pelajaran kita beda. Aku biologi, kamu kimia."

"Tukeran aja, Sa. Lo kimia, gue biologi."

"Enggak bisa gitu James, kamu ada-ada aja," balas Alsa. James ini main seenaknya saja, tidak semudah itu mengganti mapel apalagi bidang kimia bukan makanan Alsa. Walaupun bisa, itu sudah tanggung jawab James.

"James! Lo apain Alsa?" teriak Rian dari kejauhan.

Alsa terkejut begitu mendengar suara Rian. Melihat dari kejauhan saja wajah Rian seperti sedang menahan amarah, panjang langkah kakinya membuat dia cepat sampai. Seketika Alsa melangkah mundur saat Rian datang menghampiri.

"Al, kamu diganggu James? Bilang Al biar aku hajar dia," kata Rian, begitu mencemaskan Alsa.

Alsa menggeleng ribut. "Enggak Kak, James cuma nanya aja. Please, jangan berantem ya? Enggak enak dilihatin orang." Alsa merapatkan kedua tangannya di depan dada sebagai arti permohonan. Kesalahpahaman ini harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan masalah.

Rian melirik James dengan wajah datar, sedangkan James bersikap biasa saja. Toh, dia hanya meminta Alsa mengajarinya, tidak lebih dari itu. Baiklah, Rian menuruti perkataan Alsa untuk tidak menghajar James, walaupun jiwanya sudah menggebu-gebu.

"James, lo ganggu Alsa?" tanya Rian dengan suara beratnya.

"Sorry banget, Yan, lo salah paham. Gue cuma minta Alsa ajarin gue buat olimp," jelas James sesuai kenyataan. Terserah Rian percaya atau tidak, karena itulah kebenarannya.

"Kenapa harus Alsa? Suka lo sama dia?" Rian menatap James tidak suka. Ia tahu betul jika James murid berprestasi, namun tidak dengan kepribadian yang dimilikinya. Karena James sempat mendaftar di Vernski, tapi ia memutuskan keluar saat tahap seleksi. Hal itu masih menjadi teka-teki sebab alasan James belum diketahui sampai sekarang.

"Kalo gue suka udah dari dulu gue embat." James tertawa kecil. "Kan lo tau sendiri tipe gue gimana," lanjut James.

Tiba-tiba Rian teringat akan Disya. Ya, tipe yang dimaksud James adalah Disya. Tidak salah lagi.

"Lo masih berharap sama Disya?" tanya Rian.

"Kalo iya kenapa? Cemburu lo?"

Mendengar itu membuat amarah Rian mendidih. Dia berusaha keras menahan amarah demi Alsa. Rasanya sudah tidak tahan menghajar James habis-habisan.

Alsa merasa suasana mulai memanas, berinisiatif mengajak Rian untuk pergi dari tempat itu. Daripada nanti terjadi adu jotos dan mereka saling terluka, lebih baik dihindari segera.

"Kak Rian ayo pergi dari sini, bentar lagi masuk," ajak Alsa sebagai alasan untuk mengajak lelaki itu. Setelah itu ia pamit pada James.

Rian mengangguk.

Keduanya pergi meninggalkan James. Berjalan beriringan membuat murid lain menatap ke arah mereka. Alsa menggeser posisi agar tidak begitu dekat dengan Rian. Bisa dibilang jarak  mereka satu meter saat ini.

"Al," panggil Rian disebelahnya.

"Kenapa Kak?"

"Lupain yang tadi ya."

"Iya, Alsa lupain. Alsa harap Kak Rian enggak berantem sama James, bisa 'kan?"

"Enggak janji."

"Berantem enggak bagus Kak Rian."

"Ya udah aku janji." Rian tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. "Asal kamu jangan dekat-dekat Disya. Bahaya." Rian takut hal yang tidak diinginkan terjadi, karena dia sudah paham sifat Disya.

Rian mengatakan itu untuk menjaga Alsa, meskipun ke depannya tidak sama-sama yang terpenting tugasnya sekarang adalah berjuang.

****

Yeay! update!
Panjang nih part-nya. Maaf kalo belum bisa dapat feel-nya.

Tolong krisar dong Bucinnestar 💜
Bantu share ♥️ votmen ya!

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

27.6K 161 13
Naya Intana Sofia, seorang wanita muda berusia 21 tahun, terjebak dalam pernikahan dengan seorang ceo terkenal dan tampan, Devano Aldebaran. Gadis it...
6.4M 504K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
277K 15.8K 38
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
4.9M 296K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...