Tentang Kita

Autorstwa Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... Więcej

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 20

3K 246 12
Autorstwa Elsamhra

Permulaan yang rasanya cukup untuk menghidupi kisah kita. Kisah yang bergantung pada takdir dan belum tentu sampai akhir.

****


Pagi ini Alsa sudah dibolehkan masuk sekolah, sekarang dia sedang bersama Abi di dalam mobil. Alsa merasa ada yang dirahasiakan melihat ekspresi Abi seperti ingin bicara namun tak sampai. Ekspresi wajah Abi sudah seperti itu sejak berangkat tadi.

Alsa sedang mencari kesempatan untuk menanyakan beberapa pertanyaan untuk Abi. Hubungan orang tua dan anak sangat terbentuk di sini, jadi Alsa harus tahu permasalahannya. Ya ... walaupun tidak semua harus Alsa ketahui, dan Alsa paham dengan kondisi.

Alsa menoleh ke arah Abi yang sedang fokus menyetir. Hatinya sedang merapal pertanyaan, dan kini saatnya mulut yang mengambil peran berbicara.

"Abi," panggil Alsa sambil menampakkan senyum manisnya.

Abi menoleh sebentar untuk menatapnya, lalu kembali fokus menyetir. "Kenapa?" tanya Abi.

"Alsa ada salah ya sama Abi?" Alsa tidak suka basa-basi, ia lebih suka langsung ke intinya.

Kerutan di kening Abi membuat Alsa memutar-mutarkan ponsel  digenggamannya. Aksi itu Alsa lakukan untuk menghilangkan rasa gugup serta kejenuhan yang melanda perasaannya. Tidak biasanya juga Abi bersikap dingin.

"Gak ada nak."

"Tapi kenapa Abi diem terus?"

"Sariawan."

Bohong. Alsa tidak percaya dengan jawaban Abi, pasti ada yang disembunyikan. Alsa tidak habis akal, ia memberikan pertanyaan lagi untuk Abi-nya.

"Abi bohong ya?" hardik Alsa mencoba membuat Abi-nya berkata jujur. "Masa sih sariawan, padahal tadi makan pedes enggak apa-apa." Alsa mengingat kejadian saat sarapan, dimana Abi tampak biasa saja saat memakan sambal goreng.

Abi memelankan mobilnya agar bisa menanggapi pertanyaan Alsa. Abi paham betul dengan anaknya, jika sudah penasaran pasti akan terus bertanya. Dan herannya lagi Alsa bisa tahu kalau dia sedang mencoba menutupi permasalahan. Padahal Abi sudah mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja dalam mengekspresikan raut wajahnya.

"Iya Abi bohong." Abi menoleh ke arah puterinya. "Abi boleh jujur sama Alsa?" lalu kembali fokus menyetir dengan pandangan tertuju ke depan.

"Boleh Abi ..." jawab Alsa harap-harap cemas. Lagipula Abi tidak perlu meminta izin untuk berkata jujur.

Sebenarnya Abi tak enak hati mengatakan ini, namun ia harus mengatakannya agar tak terjadi kesalahpahaman.

"Jangan terlalu dekat sama Rian. Abi mohon sama Alsa untuk jaga batasan sama dia." Abi melihat ekspresi puterinya yang berubah. Sebenarnya Abi tidak bermaksud mencampuri urusan puterinya, Abi hanya takut satu hal, Alsa jatuh hati pada Rian.

Abi tahu Rian menyukai Alsa, dan Abi takut puterinya juga menyukai lelaki itu. Daripada terjerumus bisikan setan, lebih baik Abi memberitahu hal ini sekarang agar kelak tidak sia-sia.

****

Smooth like butter
Like a criminal undercover
Gon' pop like trouble
Breakin' into your heart like that 🎶

Nada dering ponsel Alsa untuk panggilan masuk.

Alsa membiarkan ponselnya berdering, ia lebih memilih melanjutkan mencatat pelajaran kimia. Waktu istirahatnya Alsa pergunakan untuk belajar karena akan ada ulangan susulan yang baru saja Alsa tahu tadi pagi.

Tiga hari tidak masuk sekolah membuatnya ketinggalan pelajaran. Jika dihitung sudah ada 3 mapel yang harus ia ikuti untuk ulangan susulan.

"Nih,  ada titipan." Zahra yang baru saja dari kantin tiba-tiba memberikan pop ice di atas meja.

"Dari siapa, Zah?" heran Alsa yang langsung mendongakkan kepalanya.

"Siapa lagi kalo bukan Kak Rian." Zahra duduk di bangkunya untuk melahap batagor yang sengaja dia bawa ke kelas.

Mendengar itu membuat Alsa termenung. Ia mengingat perkataan Abi sewaktu di mobil, untuk tidak terlalu dekat dengan Rian. Padahal Alsa tidak ada apa-apa dengan Rian, namun Alsa memahami sikap Abi yang over protective.

Ini kesekian kalinya kakak kelasnya itu memberikan makanan dan minuman, dan kali ini yang diberikannya adalah minuman favorit Alsa. Ada rasa tidak nyaman jika hal ini menjadi keterusan, bukannya menolak rezeki tetapi lebih menjaga jarak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Al, Lo mau denger berita gak? Sumpah ini lagi heboh." Zahra sungguh histeris mengatakan itu, Alsa sampai menggelengkan kepala karena kelakuannya.

"Ya ampun itu batagornya ditelan dulu Zahra." Alsa merasa geram dengan sahabatnya karena berbicara dengan mulut penuh batagor. Kelakuan itu tidak untuk ditiru, sebab berbicara sambil mengunyah bisa saja tersedak.

Zahra menelan abis batagor itu sesuai instruksi sahabatnya. Salah dia juga karena lupa jika sedang mengunyah. Zahra mengambil minum yang dibelinya tadi lalu meneguknya, setelah itu ia kembali bercerita. Cerita yang menurutnya lebih kepada informasi dan Alsa harus tahu.

"Masih ada lima menit lagi buat cerita dan lo bisa sambil belajar juga," kata Zahra sambil melihat arlojinya.

"Serius banget ya?" Alsa awalnya tidak minat untuk mendengarkan, tapi kelihatannya ini berita penting jadi ia sudahi saja belajarnya. "Tapi kalo berita ghibah aku gak mau dengar ya," katanya pada Zahra.

"Iya, iya, ghibah nya libur dulu. Ini berita tuh lebih ke arah olimpiade. Gue denger lo kepilih." Zahra memegang pundak Alsa dengan senyum bahagia. Berita ini Zahra dapati saat hendak ke kantin, ia mendengar percakapan para guru saat melewati kantor. Kalau begini, kan itu berarti impian sahabatnya terwujud.

"Kamu serius? Dapat informasi darimana Zah?" Alsa sungguh terkejut mendengar berita ini. Mengikuti olimpiade sains merupakan cita-citanya dari SMP.  Jika ini berita benar, Alsa sangat bersyukur kepada Allah SWT. karena sudah mendengar salah satu doanya.

"Tadi enggak sengaja denger pas mau ke kantin."

"Kamu enggak salah denger, kan?"

"Kalo enggak salah ya bener." Zahra tertawa.

"Ish, Zahra serius ..." rengek Alsa yang jarang sekali ia lakukan. Biasanya kalau sudah merengek wajah Alsa penuh keringat dan dingin.

Percakapan mereka terputus saat Rian tiba-tiba masuk ke kelas dan menghampiri Alsa. Lelaki itu bukan main lagi urakannya. Seragam yang dikenakan pun terlihat kacau, sudah tidak dikancing, dibiarkan keluar, rambut sudah melebihi telinga. Siapa pun yang berada didekatnya pasti ketakutan seperti Alsa sekarang.

Padahal tiga hari lalu sosok Rian tidak seperti ini. Rian bahkan terlihat rapi saat bertamu ke rumahnya, dan Alsa kira Rian sudah berubah. Tapi ternyata ... Rian masih sama, sebagaimana jati dirinya.

"Hai, Al," sapa Rian sambil tersenyum. Deretan gigi putih ditambah lagi dengan gingsul membuatnya terlihat manis dan tampan.

Semua teman sekelas Alsa yang melihat menjadi riuh. Ada yang ketakutan, ada yang kesenangan karena melihat bad boy versi nyata. Biasanya mereka hanya membaca versi novel, dan itu tidak sama seperti dunia nyata pastinya. Sekalipun ada tidak akan sama.

Rian melirik pop ice yang tampaknya belum Alsa minum. Dan itu memang benar jika Alsa belum meminumnya.

"Kenapa belum diminum pop ice nya?" Rian mengambil bangku yang terletak di baris pertama, lalu duduk dengan posisi berhadapan dengan Alsa.

Jujur Alsa ketakutan. Situasi seperti ini seharusnya tidak terjadi, apalagi teman-temannya melihat kejadian ini. Mungkin sebagian lagi paham akan posisinya, tapi kita tidak tahu isi hati manusia. Alsa takut mereka salah paham setelah melihat kejadian ini berulang kali.

"Kak, kan udah Zahra bilang kalo Alsa jangan dibeliin pop ice dulu. Tau sendiri Alsa baru aja sembuh," omel Zahra keibuan.

Rian mengaku salah karena tidak mengerti apa yang diinginkan Alsa.

"Sorry, Al." Rian jadi merasa bersalah.

"Kakak enggak salah. Aku makasih banget udah dibeliin pop ice." Alsa tersenyum menatap lelaki di depannya dengan perasaan dag-dig-dug.

Bisik-bisik mulai dilontarkan para murid lain, sampai-sampai hal itu terdengar jelas ke telinga Alsa dan Rian.

"Sumpah gue baru tau Kak Rian sesuka itu sama Alsa."

"Alsa tuh antara beruntung sama bingung."

"Dilema banget gak sih jadi Alsa."

"Gue kalo jadi Alsa udah gue embat sih, kapan lagi bisa deket sama orang yang disegani satu sekolah."

"Kak Rian tipe gue banget, tapi gue bukan tipe dia."

Alsa mengacuhkan suara bisik dari teman-temannya. Yang dia inginkan sekarang hanyalah menghindari Rian sesuai yang dikatakan Abi-nya.

Saat pulang sekolah Alsa terkaget mendapati Rian sudah menunggunya di depan gerbang sekolah. Alsa bersikap biasa saja, kepalanya yang pusing membuatnya sedikit malas berbicara.

"Al, mau pulang bareng? Khusus hari ini aku bawa mobil," ajak Rian yang berharap Alsa menerima ajakannya.

"Makasih, Kak, tapi aku pulang sama Abi." Alsa memijat pelipisnya yang terasa semakin pusing. Arah matanya mencari mobil yang dikendarai Abi-nya.

Ternyata Abi belum menjemputnya, tidak ada mobil Abi di sekitar lokasi.

"Kak Alsa," panggil seorang gadis yang  kini berjalan menghampirinya.

"Disya?" Rian mengerutkan kening melihat keberadaan gadis itu, apalagi dia memanggil Alsa. Rian heran, sudah sedekat apa mereka berdua?

"Hai, Kak Rian," sapa Disya. Kali ini urusannya bukan bersama Rian, tapi dengan Alsa.

"Kak Alsa udah dapat kabar tentang olimpiade?"

"Udah denger dari Zahra, tapi enggak tau benar apa enggak." Alsa heran dengan sikap Disya, padahal mereka berdua tidak terlalu dekat. Tapi tidak apalah, lagipula maksud Disya baik.

"Bener, kok, Kak Alsa kepilih ikut olimp."

"Kamu tau dari mana?" Alsa belum bisa percaya sebab belum ada konfirmasi dari guru.

"Pak Dedhy tadi hubungin aku, dia belum sempat kabarin Kakak karena tadi buru-buru ke rumah sakit jenguk istrinya."

Alsa hanya bisa tersenyum. Sungguh kabar baik yang ditunggu-tunggu. Di kelas 11, akhirnya Alsa bisa mengikuti olimpiade yang ia kira tidak akan pernah terwujud.

"Makasih ya infonya," kata Alsa sambil tersenyum menampakkan gigi gingsulnya.

"Iya Kak sama-sama." Disya tak kalah cantik saat membalas dengan senyuman.

Sekarang giliran Disya beralih pada Lelaki di hadapannya– siapa lagi kalau bukan Rian. Rian langsung  mengalihkan pandangannya untuk menghindari kontak mata dengan Disya karena posisinya ada Alsa, Rian sedang menjaga perasaan gadis itu.

"Kak Rian," panggil Disya agar Rian mau menatap ke arahnya.

"Ada undangan dari Papa. Papa mau Kak Rian datang di acara makan malam, katanya ada yang mau dibahas," sambung Disya.

Apa-apaan ini? Rian langsung melihat ke arah Alsa, melihat ekspresi wajahnya berubah atau tidak. Alsa terlihat ... biasa saja.

Rian merasa hanya dia yang jatuh cinta, sedang Alsa tidak. Apa ini yang dinamakan cinta bertepuk sebelah tangan?

Tiba-tiba mobil sport Lamborghini berhenti di depan gerbang sekolah, kaca mobilnya terbuka dan menampakkan sosok tak asing bagi Alsa.

Reynand.

****

Assalamu'alaikum, makasih banget masih mau bertahan sejauh ini. Aku janji bakal update rutin setiap minggunya.

Semoga kalian bertahan sampai akhir ya.

Buat yang udah baca versi sebelumnya aku makasih banget kalian masih mau baca revisian.

Aku boleh minta krisar?
Sampai part ini, part mana yang kalian suka?
Suka revisian apa sebelumnya?

Bantu votmen ♥️ share Bucinnestar!

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

6.4M 503K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
575K 69.8K 19
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
2.9M 256K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
12.8K 2.5K 2
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...