Tentang Kita

By Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 16

3.2K 267 5
By Elsamhra

Bantu votmen ♥️ share banyak-banyak Bucinnestar!

****

Setelah acara pernikahan selesai Alsa mencari tempat duduk dan melihat suasana sekitarnya. Lebih tepatnya ia mencari sosok yang katanya hari ini akan bertemu–Reynand.

Alsa kira Reynand akan datang saat acara pernikahan, namun sampai semuanya selesai dia tak kunjung datang.

Deg. Gadis itu kaget saat melihat sebuket bunga ada di atas meja. Saat mendongak Alsa mendapati sosok yang selama ini dirindukannya.

Reynand tersenyum. Senyum untuk pertama kalinya setelah lima tahun ia menghilang.

"Boleh aku duduk?" tanya Reynand tanpa berubah sedikit pun cara bicaranya–sopan dan kalem.

"Bo–boleh." Alsa begitu gugup melihat sahabatnya sekarang di hadapannya.

Keduanya sama-sama diam. Sepertinya Reynand lah yang harus memulai pembicaraan.

Reynand berdehem. "Maaf," ujar Reynand dalam.

Alsa yang tadinya menunduk, pelan-pelan ia mendongakkan kepalanya. Menatap Reynand dengan tatapan tidak bisa ditebak.

"Untuk?"

"Semuanya." Reynand tersenyum. "Aku tahu kamu marah," ujar Rey dengan sorot mata menangkap wajah sendu Alsa.

"Aku sempat kecewa," Alsa menjeda, "tapi sekarang udah enggak. Kamu udah pulang. Kamu di depan aku sekarang." Alsa tersenyum penuh kegembiraan. Lesung pipinya bertambah dalam dan itu membuat Rey terpesona. Astaghfirullah.

"Sorry enggak sempat kabarin kamu."

"Kasih tau aku apa alasannya?"

"Kamu yakin mau dengar?" Alsa mengangguk mantap.

"Kamu gak percaya aku?" Alsa bertanya balik.

"Bukan itu Alsa ... Aku takut rasa kecewa kamu bertambah. Aku gak mau."

Alsa tersenyum tipis. Tampaknya ada yang disembunyikan dari Reynand. Bahkan Alsa menjadi ragu untuk tidak mendengarkan alasan dari Rey–ia belum siap untuk membenarkan ucapan yang Reynand katakan nanti.

****

Seseorang masuk tanpa permisi mengganggu gadis yang tengah tertidur di dalam kelas. Bukan mengganggu tapi memberikan sesuatu kepadanya.

Rian meletakkan susu cokelat di atas meja gadis yang sedang menenggelamkan wajahnya di tumpuan kedua tangannya.

Sepertinya gadis itu tampak kelelahan, sampai-sampai mencari celah di jam istirahat untuk tidur–tidak seperti biasanya.

"Tidur aja cantik, apalagi bangun." Rian terkekeh kecil melihat gadis berkerudung itu.

Rian memilih keluar dari kelas, namun di depan pintu ia bertemu dengan Zahra. Sepertinya gadis itu habis dari kantin, ditangannya terdapat dua minuman. Zahra langsung memberikan tatapan tajam pada Rian.

"Apa Lo?"

"Heh, yang harusnya nanya itu gue. Kak Rian habis ngapain di dalam? Gangguin Alsa?"

"Maunya sih iya. Tapi dia kelihatan lagi capek, ya udah cuma gue kasih susu coklat. Tuh ada di atas meja," jawab Rian santai. Dan ia hampir melewatkan sesuatu.

Rian mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie-nya, lalu memberikannya pada Zahra yang sedang menatapnya bingung.

"Nih, buat lo."

Sebuah cokelat dengan varian rasa cokelat, strawberry dan vanilla.

"Dari siapa?"

"Siapa lagi kalo bukan doi Lo."

Zahra terdiam. Pikirannya berkelana memikirkan dia yang kini entah kemana.

"Diambil enggak nih? Kalo gak biar gue kasih ke Alsa."

Zahra dengan cepat merebut ke tiga cokelat itu dari tangan Rian. Mana mungkin ia menolak pemberian orang lain.

"Enak aja. Rezeki gak boleh ditolak," ujar Zahra cepat.

"Tapi orangnya lo tolak."

"Gak nyambung," sarkas Zahra.

"Mau nitip salam gak nih?"

"Bilang aja makasih."

"Yakin?"

"Ish, iya yakin! Udah sana gue mau bangunin Alsa bentar lagi istirahat selesai." Zahra mengambil langkah di samping Rian untuk masuk ke dalam kelasnya.

Rian mengurungkan niatnya untuk pergi, ia justru berdiri di depan pintu dengan tangan di saku celana. Pandangan matanya tertuju pada gadis yang baru saja terbangun, wajah khas bangun tidur serta kelelahan melekat pada wajah Alsa. Tatapan mereka bertemu seperkian detik. Rian tersenyum sedangkan Alsa tidak. Gadis itu sama sekali tidak membalas senyumnya.

Bukan, bukannya Alsa sombong. Lebih tepatnya bingung melihat Rian ada di depan pintu kelasnya.

"Al, tuh ada titipan dari si preman." Zahra menunjuk dengan gerakan dagunya.

Alsa baru menyadari adanya susu coklat di atas mejanya. Siapa yang memberi?

"Dari Kak Rian." Zahra seolah paham dengan diamnya Alsa.

Pandangan Alsa mengarah ke pintu kelas, namun sayang sosok itu sudah pergi. Sayang sekali padahal Alsa ingin berterima kasih dengannya. Kebetulan hari ini Alsa sedang tidak mood minum pop ice.

"Kamu tau dia naro ini di meja?" tanya Alsa sambil mengangkat susu coklat ke arah Zahra.

"Enggak. Tadi gak sengaja ketemu di luar, katanya dia kasih lo susu di atas meja. Pasti Kak Rian sih, kalo bukan dia siapa lagi coba?"

Alsa mengangkat bahunya, lalu meminum susu coklat pemberian orang yang belum sempat dia beri ucapan terima kasih.

"Al, kayanya Kak Rian suka sama lo, deh," ujar Zahra membuat Alsa terbatuk.

"Uhuk ... Uhuk ..."

Zahra menepuk-nepuk punggung Alsa–lebih tepatnya refleks. Beruntung batuk Alsa berhenti dengan cepat.

"Ya ampun Alsa ... sorry, gue salah ngomong ya?" tanya Zahra merasa bersalah. "Tapi emang keliatan Kak Rian suka sama lo," lanjut Zahra.

"Ha?" Alsa mendadak bingung. "Kamu ngomong apa Zah?"

Alsa bingung harus menjawab apa, lebih baik dia bungkam. Toh, semua orang punya hak untuk menyukai, mencintai, orang lain. Alsa tidak bisa melarang orang lain untuk tidak menyukainya–dalam artian masih dalam batas wajar.

Sedangkan di lain tempat, beberapa anak laki-laki sudah berkumpul untuk melakukan tawuran. Mereka sedang menunggu ketua mereka yang belum datang.

Mereka semua nekat bolos demi ikut tawuran. Lebih tepatnya menyelesaikan masalah yang belum tuntas.

Rian Pratama.

Ketua Vernski itu datang dengan mengendarai motor dan jaket hitam–Jaket kebesaran Vernski yang kini melekat di tubuhnya.

"Lo semua yakin bakal ikut?!" tanya Rian dengan lantang pada anggotanya.

"Yakin!" jawab semuanya bersamaan dan tak kalah lantang dari ketua.

"Lo semua tau konsekuensinya?!"

Semua diam. Tak berani menjawab.

"Kenapa Lo semua diam?! Takut!"

Rian tidak suka jika anggotanya takut. Rian seperti mengasuh anak kecil jika anggotanya itu semua takut.

"Gue ulang. Lo semua tau konsekuensinya?!"

"Tahu!" Beberapa dari mereka akhirnya menjawab.

Rian berdecih. "Yang gak jawab gue anggap bisu!" ujar Rian penuh emosi.

Tiba-tiba deruan motor terdengar, rupanya yang mereka tunggu sudah datang.

Rian menyuruh anggotanya untuk bersiap-siap mengambil ancang-ancang dan tidak menyerang jika tidak di serang duluan.

Penyebab tawuran jika ditelusuri lebih dalam yakni tidak bisa mengontrol diri.

Sesuai dengan umurnya, remaja cenderung tidak memiliki pengendalian diri yang baik. Mereka kerap tidak bisa menampilkan sikap dan sifat yang sesuai dengan pengetahuan mereka.

Apa akibatnya? Mereka cenderung mudah marah, frustasi, dan kurang peka terhadap lingkungannya. Saat ada masalah, mereka cenderung menghadapinya dengan amarah, melarikan diri atau melimpahkannya pada orang lain.

Ting.

Ponsel Rian berdenting. Cepat-cepat ia memeriksa dan mendapati pesan dari Zahra.

Zahra:
Kak, Lo sengaja kasih susu basi ke Alsa?
Alsa mual-mual sekarang, badannya pucat.

****

Assalamu'alaikum, kangen gakk?
Suka gak part nya?

MAKIN GREGET DI NEXT PART!
HAYOLOH REYNAND UDAH MUNCUL.

Continue Reading

You'll Also Like

226K 16K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
174K 16.5K 52
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...
2.9M 257K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
6.4M 504K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza