AM to FM

By GavetLou

162K 12.4K 321

[[CERITA INI MASIH PROSES REVISI DI WORD!]] Ayudya Maheswari menjadi penyiar dengan harapan menemukan kembali... More

INTRO
Prolog
SATU
DUA
WELCOME SPEKTA
TRIAL
WELCOME CYAN
TRISTAN?
DAMN!
AARGHH!!
PUNCH LINE
Zona 90-an
Alex (?)
Tristan (2)
Sobat Malam
Sobat Malam (2) - Widuri
Sobat Malam (2) - Alex
Forgive Me
Tersisa Kenangan
Rainbow Cafe
Fans (?)
Fans (?) - 2
Kenangan Hujan
Kenangan Hujan (2)
Kenangan Hujan - Setia
Malam Terakhir
Kacau
Pasrah
New Day
Saatnya Ambil Keputusan
Saatnya Ambil Keputusan (2)
Tristan dan BHC
Tristan dan BHC (2)
Why?
Fans (Lagi)
Royndra
Eternal Flame
Don't You Remember
The Day You Went Away
Absquatulate
Abience
Eccedentesias
Halcyon
Selcouth
Isolophilia
Scared
Show Time (1)
Show Time (2)
My Love
The Reason
Menemukanmu
Please
Tentang Luka
Masih Tentang Luka

Lunch

2.1K 181 0
By GavetLou

"Lo ngapain?"

Magenta menangkupkan kedua tangan di mulut dan terdengar tawa yang ditahan, melihat Cyan asyik menikmati setiap entakan yang keluar dari speaker.

"Sejak kapan lo di sini?"

"Sejak kepala lo terlihat elastis dan fleksibel mengikuti Who Do You Love? - nya The Chainsmoker."
Mag menggeser kursi, duduk di depan Cyan dan memanggil pelayan untuk meminta daftar menu.

"Gue spaghetti saus ayam jamur. Minumnya ... es marem. Lo apa?" Mag memutar buku daftar menu dan mengarahkannya ke Cyan.

"Gue nasi goreng, deh, yang seafood yah. Minumnya jus alpukat."

"Nasi goreng, oh nasi goreng...," Mag bergidik.

Cyan terkikik.
"Lagian lo aneh. Nasi goreng kok nggak suka," ujar Cyan setelah mengembalikan daftar menu kepada pelayan.

Magenta mengangkat bahu.
"Entah. Setiap kali gue membayangkan nasi goreng masuk ke mulut, pasti selalu...," jelasnya sambil sesekali bergidik dan mengibas-ngibaskan tangan di depan mukanya sendiri untuk membuang mual karena terbayang ribuan belatung yang licin dan bergerak-gerak masuk ke mulutnya.

"Oh, ya? Ceritain dong. Kok bisa begitu, sih?"

"Ah, lo mengorek kenangan yang membuat gue mual."

"Kepo, gue. Soalnya nasi goreng ini kan makanan sejuta umat. Kok bisa lo kebayang belatung?"

"Jadi, waktu gue kecil itu, tinggal di desa bareng keluarga Bu Dhe," Mag memulai cerita. "Nah, hampir setiap pagi, sarapan gue dan sepupu-sepupu yang lain ya nasi goreng. Lebih tepatnya nasi yang digoreng pakai campuran telur dan bumbu masak." Mag menghentikan ceritanya dan menenggak air putih untuk menghilangkan mual.

"Sampai suatu ketika, saat suapan ke sekian ... Itu sebelum masuk mulut, ya. Gue lihat ada yang gerak-gerak di sendok gue. Entah dari mana, nggak ada yang tahu. Tapi setelah itu, gue paling ogah sama yang namanya nasi goreng." Magenta menelan ludah seolah hendak muntah.

"Ah, ya sudahlah. Jangan lo bayangin. Nah, sekarang lo mau ngomongin apa sih?"

Magenta menggeleng kecil lalu merogoh handbag. Jemari lentiknya mengeluarkan dua lembar kertas berukuran agak panjang dan menyodorkannya ke depan Cyan.

"Jikustik??" Mata Cyan berbinar, tetapi sesaat kemudian ia menghela napas dan kembali memutar-mutarkan ponsel di tangannya.

"Lo nggak suka?"

"Gue suka. Suka banget, Mag. Bahkan sejak dulu gue sering bermimpi bisa menyanyikan lagu kesukaan gue dengan bebas ketika Pongky sedang mengeluarkan suaranya di atas panggung."

"So...?" Mag mengernyitkan alis. "Gue dapet beberapa tiket ini sejak beberapa hari lalu, Cyan. Dan karena gue rasa lo pasti suka segala hal yang berbau musik, termasuk konser, sengaja gue sisihkan ini dua lembar."

"Sorry, Mag. Tapi gue ...," Cyan menggantung perkataannya dan mengeratkan bibirnya.

"Oke, oke. Gue rasa lo pasti punya alasan yang tepat kenapa menolak pemberian gue." Mag memasukkan kembali dua tiket jikustik ke dalam handbagnya.

"Sorry, Mag ...," Cyan memegang tangan Mag sebagai tanda penyesalan.

"It's okay." Mag menarik sudut bibirnya ke atas.

Setelah menarik napas panjang, Mag tersenyum dan beralih mengucapkan terima kasih kepada pelayan untuk makanan yang sudah mendarat aman di depan mereka berdua.

"So, Cyan. Kemarin di Gombel. And now, about concert. Why? Boleh gue tahu sesuatu?"

Cyan memutar kedua bola matanya beberapa kali, lalu melirik ke plafon, menelan ludah, dan menggigit bibir bagian bawah. Beberapa saat kemudian ia terkikik, seraya menahan diri agar bendungan di matanya tidak jebol.

"Oke. Sekali lagi gue ingetin, ya. I'm still here for you. Ceritain apa pun yang membuat hidup lo berat, apa pun yang mengusik pikiran lo. Nyampah aja ke gue. Asal lo tenang. Jangan pernah takut, seember-embernya gue, bisa dipastikan hanya berisi cerita tentang diri gue sendiri." Mag menggulung spaghetti dan memasukkannya ke dalam mulut.

Cyan mengaduk-aduk nasi goreng di hadapannya dan tersenyum. Pertemuannya dengan Magenta memang aneh, tetapi seolah Tuhan menempatkan Magenta sebagai sahabat yang setidaknya bisa membuat Cyan tidak benar-benar sendiri.

=====

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 150K 40
Hidup Gama seperti sebuah quote "Cintaku habis di kamu, sisanya aku hanya melanjutkan hidup." Setelah perpisahan dengan Jenia hampir sepuluh tahun y...
496K 36.1K 36
Shanum Agnia Sudrajat, 24 tahun. Bersahabat dengan teman yang berkecimpung di dunia showbiz mau tidak mau membuatnya kecipratan juga. Walau tidak dib...
114K 8.3K 47
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. ia tidak minus. seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. dia juga tidak punya kemampuan u...
363K 21.4K 74
Ternyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.