Tentang Kita

By Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 13

3.3K 277 9
By Elsamhra

Sambungan part kemarin ...
Janlup votmen banyak-banyak xixixi.

****

Armada–Awas Nanti Jatuh Cinta
(Official Music Vidio)

****

Segerombolan anak Vernski sedang menikmati waktu istirahatnya dengan makan soto di kantin Uni. Tak jarang mereka mendengar bisikin-bisikan dari murid lain mengenai keberadaan mereka  sekarang. Pantas saja sebab biasanya anak Vernski memilih bolos daripada berada di kantin. Namun kali ini Bos besar mereka melarang untuk bolos, itu karena janjinya pada Alsa. Gadis yang kini tengah mengantre batagor.

Fahri mengikuti arah pandang Rian yang mengarah pada gadis berkerudung di sana. Pantas saja ternyata Rian sedang mengawasi Alsa–pujaan hatinya.

Fahri berdehem. "Bantuin kali Yan tega banget biarin doi ngantri," ujar Fahri memberi saran sembari menikmati siomay nya.

"Bantuin siapa, Ri?" Kevin penasaran dengan apa yang dikatakan Fahri.

"Siapa lagi kalo bukan si Alsa." Ogi menyahuti membuat Rian memberi tatapan tajam ke arahnya.

"Alsa yang buat Rio keluar dari Vernski? Mana sih orangnya penasaran gue." Kevin memutar badannya dan mengedarkan pandangan mencari sosok Alsa.

"Tuh yang lagi ngantri batagor paling akhir." Fahri memberitahu Kevin dengan menunjuk ke arahnya. Dari lima orang yang mengantre, Alsa lah yang paling belakang.

Kevin menatap takjub sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Masya Allah cantik banget kaya bidadari," puji Kevin tanpa peduli lagi dengan keberadaan Rian. Padahal Rian sudah mengepal tangannya dan bersiap untuk meninju Kevin.

"Awas lo entar kena bogem si Bos," ujar Edo yang takut perkataannya terjadi.

Kevin langsung menoleh ke arah Rian yang kini tengah menatapnya tajam seperti belati. Tidak biasanya ia marah karena perempuan sebab biasanya Rian tidak memperdulikan hal itu, apalagi saat teman-teman dulu menggoda pacarnya, Rian bahkan bodo amat. Dan kali ini Rian tampak beda dan lebih posesif jika miliknya diganggu, mau dia teman sekalipun Rian tetap tidak suka ada yang memuji Alsa.

"A–ampun Bos, gue gak maksud aneh-aneh cuma muji doang." Kevin merapatkan kedua tangannya memohon pada Rian.

"Gue maafin." Rian memilih untuk kembali tenang dan tidak terbawa suasana. Malu jika ia berkelahi dan Alsa melihatnya, mau ditaruh di mana wajah tampan Rian? Gadis itu pasti tidak ingin menemuinya lagi.

"Lo semua jangan suka sama doi gue, awas kalo ada," ujar Rian memperingati anggotanya penuh penekanan. Tatapan elang Rian sudah membuat mereka takut, jika sudah marah habislah mereka semua.

"Gue sih gak bakal orang gue setia sama Zahra," ujar Mahen penuh percaya diri.

"Halah setia-setia tapi doi bejibun. Hati-hati lo Zahra adeknya Bang Dimas, entar lo malah kena mental," sahut Dares tertawa, diikuti anggota lainnya.

"Bacot lo pada." Rian memilih bangkit menemui Alsa daripada mendengarkan ocehan teman-temannya.

"Si Bos kalo ngomong suka nyakitin, untung gue kuat mental," ujar Ogi saat Rian sudah menjauh dari mereka. Sedangkan yang lainnya hanya mengiyakan, lebih baik cari aman daripada kena hantam Rian.

Rian menemui Alsa dan berdiri di sampingnya, sedang gadis itu tampak menggeser posisi yang baginya sangat berdekatan dengan Rian.

"Biar aku aja yang ngantri, kamu duduk sana," usir Rian yang membuat Alsa menggelengkan kepalanya.

"Gak pa-pa biar aku aja, bentar lagi udahan kok ngantrinya." Alsa tersenyum tipis menatap Rian sekilas lalu membuang muka.

Rian bersikeras untuk tetap menemani Alsa mengantre, padahal ia bisa saja menyerobot antrian, tapi pasti Alsa akan menolaknya. Demi bisa berdekatan dengan Alsa, Rian mengubah pola hidupnya agar gadis itu menyukainya.

Kini giliran Alsa yang menerima batagor, dua piring sekaligus Alsa pegang dengan hati-hati. Melihat itu Rian dengan cepat mengambil batagor itu dari tangan Alsa dengan embel-embel membantunya.

"Eh, siniin Kak batagornya." Alsa merasa merepotkan Rian, namun tetap saja ucapannya tak ditanggapi.

Rian justru melenggang pergi menuju meja Alsa yang sudah ada Zahra di sana.

"Parah lo, Zah, Alsa capek-capek ngantri lo malah asik duduk santai," ujar Rian sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, apanih datang-datang malah seudzon. Gue baru dari ruang guru makanya Alsa yang ngantri, kalo gak kepaksa juga biasanya ngantri berdua." Zahra merasa jengkel dengan Rian yang seenaknya menuduh.

"Udah Zah jangan ribut gak baik," lerai Alsa sambil memberikan sepiring batagor pada Zahra. "Mending dimakan batagornya entar keburu masuk," lanjut Alsa.

"Tau tuh Zahra gak bisa santui jadi cewek." Lagi dan lagi Rian masih mengganggu Zahra yang sibuk mengaduk batagor.

Zahra dengan sabar untuk tidak menanggapi kakak tingkatnya, ia memilih untuk menikmati batagor yang Alsa pesan.

"Kak, makasih udah dibawain batagornya," ujar Alsa memandang Rian sebentar, kemudian mengaduk batagornya.

"Sama-sama Tuan putri." Rian tersenyum. Padahal kalau bisa Rian ingin membantu Alsa setiap saat tanpa pamrih, bahkan dengan sepenuh hati ia melakukannya.

Alsa menikmati makanannya, sedangkan Rian menikmati wajah teduh Alsa. Terlihat sangat kalem saat mengunyah makanan, ah, Rian benar-benar jatuh hati pada gadis itu.

Sebenarnya Alsa malu-malu jika Rian menatapnya sedang makan, namun rasa itu ia buang demi perutnya yang sudah keroncongan.

"Al, soal Disya tadi kamu marah?" tanya Rian tiba-tiba.

Alsa sontak mendongakkan kepalanya, lalu menggeleng ribut. "Gak, aku gak marah. Buat apa juga aku marah, Kak?"

"Yakin gak marah? Kalo gitu besok aku pergi nganterin dia," ujar Rian yang ingin melihat Alsa cemburu.

"Kalo itu udah janji harus ditepatin."

"Pangeran gak pernah janji."

"Terus kenapa Disya bilang gitu kalo Kak Rian gak janji?" Alsa kembali memakan batagornya, tidak penting juga menanggapi soal Disya, yang penting itu perutnya saat ini.

"Habis Disya cantik, Al," ujar Rian diiringi kekehan kecil, berharap Alsa termakan oleh kata-katanya.

"Cantikkan juga Alsa," sahut Zahra.

"Iyalah, orang Tuan putri gue. Kalo gak cantik ya baik. Kamu gak ada duanya, iya gak Al?"

Mulut lelaki mana bisa Alsa percaya begitu saja.

"Iya gak ada duanya tapi cewek Kak Rian banyak," cibir Zahra, menatap Rian tidak suka.

"Sok tau lo," balas Rian tidak terima. "Jangan didengerin Al mulut Zahra suka gak bener." Rian jika sudah begini sifat nyinyir nya suka keluar seperti perempuan.

"Iya Kak, udah jangan ribut malu diliatin murid lain." Alsa selesai memakan batagornya, lalu meminum pop ice yang sudah dipesan duluan.

"Siap, laksanakan Alsa-nya Rian."

Istighfar. Alsa menggeleng-gelengkan kepalanya, sebisa mungkin ia tidak ingin terjebak dalam muslihat syaitan yakni baper dengan lawan jenis.

Beberapa saat kemudian jam pulang sekolah tiba membuat murid Harapan Jaya berhamburan keluar kelas. Bukan, bukan karena ingin cepat pulang tapi mereka ingin melihat perkelahian yang terjadi di belakang sekolah.

Sedangkan Alsa masih sibuk membersihkan kelas ditemani Zahra yang setia menunggu. Zahra melihat Alsa memasuki cokelat ke dalam tas, tidak biasanya gadis itu membawa cokelat.

"Al, cokelatnya dari Kak Rian, ya?" goda Zahra membuat Alsa berhenti menyapu.

"I–iya, emang kenapa Zah?"

"Gak pa-pa." Zahra tersenyum namun hatinya tidak merelakan Alsa berdekatan dengan Rian.

Setelah Alsa selesai menyapu mereka pun bergegas pulang. Suasana sekolah masih cukup ramai bahkan banyak anak yang berlarian sehabis piket, seperti ingin melihat sesuatu yang Alsa tidak tahu.

"Kenapa orang pada lari-lari Zah?" Alsa bingung.

Zahra menggidikkan bahunya. "Kan gue daritadi sama lo," jawabnya.

"Juned!" teriak Zahra memberhentikan Juned yang tengah berlari di ujung kelas.

Juned berhenti dan berteriak, "kenapa Zah gue lagi buru-buru nih?!"

"Lo mau kemana?!" Zahra mengeraskan suaranya agar Juned di seberang sana mendengarnya.

"Mau nonton anak Vernski ribut sama anak Astra di belakang sekolah!" Juned tidak sabaran untuk menontonnya. "Udah kan? Gue cabut dulu!" Juned pun berlari menuju belakang sekolah.

Mendengar nama Vernski membuat Alsa teringat akan Rian–selaku Ketua Vernski.

"Al, Lo mau nonton juga gak? Gue penasaran nih."

Alsa berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Gak deh, nanti malah kenapa-napa."

"Ya udah gue ke belakang sekolah dulu, lo sendiri ke gerbang depan ya."

"Eh, Zah, jangan nekat deh." Alsa menahan tangan Zahra untuk tidak pergi. Mau gimana pun Alsa tidak ingin terjadi sesuatu pada sahabatnya.

"Al, penasaran gue udah di ujung nih," balas Zahra tidak sabar melihat perkelahian. "Udah lama juga gak liat Kak Rian bonyokin anak orang," lanjut Zahra.

Kenapa sih harus Kak Rian? Alsa kan jadi ikut penasaran sekaligus khawatir padanya. Namun Alsa sudah ada janji dengan Umi untuk pulang tepat waktu.

"Aku pulang aja deh, kamu hati-hati nontonnya. Eh, apa kita laporin aja sama guru? Zahra kenapa baru kepikiran sih," kesal Alsa yang baru kepikiran hal itu.

"Zahraa!"

Telat, Zahra sudah berlari meninggalkannya sendiri di koridor. Dasar Zahra yang memiliki tingkat kepo lebih tinggi dari Alsa.

"Ish, Zahra main pergi aja," kesal Alsa.

Tanpa pikir panjang Alsa bergegas untuk melaporkan kejadian ini pada Guru yang masih ada di sekolah. Dirinya bertemu Pak Hariz dan memberitahu apa yang terjadi.

Setelah mengetahui itu Pak Hariz pun pergi ke belakang sekolah, sedangkan Alsa ke gerbang depan untuk menunggu jemputan. Setidaknya perkelahian akan berhenti jika sudah ada guru yang melerai. Dan Rian–lelaki itu semoga baik-baik saja.

Saat sampai di depan gerbang Alsa dibuat kaget dengan ramainya orang mengendarai motor, sudah dipastikan itu adalah anak SMA Darmawangsa karena seragamnya beda dengan Harapan Jaya.

Sudah pasti itu sekumpulan anak Astra yang mencoba kabur.

Satu motor berhenti tepat di depan Alsa sontak gadis itu berlari mencari pertolongan.

"Tolongg!" teriak Alsa ketakutan. Orang yang mengejarnya ini terlihat menyeramkan dengan tato kupu-kupu yang tidak sengaja Alsa lihat di bagian tengkuk lehernya.

Dari kejauhan Rian melihat kejadian itu dan buru-buru mengejar lelaki yang berani macam-macam pada gadisnya.

"Woii!" Rian menancapkan gas motornya dan mengejar lelaki itu, namun sial dia sudah berhasil kabur sebelum Rian berhasil menangkapnya.

"Arrgh!" geram Rian marah, buru-buru ia turun menemui Alsa. "Kamu gak pa-pa, kan? Cowok tadi ngapain kamu? Kalo ada yang sakit kita ke dokter," cecar Rian khawatir. Tampak jelas dari wajahnya jika Alsa benar-benar ketakutan.

"Alhamdulillah, a–aku gak pa-pa," jawab Alsa sambil mengatur napasnya. Kejadian itu baru pertama dan semoga menjadi yang terakhir bagi Alsa.

"Sorry Al kamu jadi terlibat. Aku janji ini terakhir kalinya," ujar Rian merasa bersalah. Jika sudah menyangkut Alsa, Rian tidak bisa tinggal diam.

"Kak udah, aku juga gak pa-pa. Sekarang obatin luka Kakak aja. Liat tuh lukanya penuh di wajah." Alsa merasa ngilu melihat luka lebam yang Rian alami, walaupun begitu Rian tampak tidak merasakan sakit.

Rian menyentuh luka di sudut bibirnya dan di bagian pipi. Rian menatap Alsa yang tengah meneliti luka di wajahnya.

"Kalo kaya gini aku masih ganteng gak Al?" goda Rian yang begitu percaya diri.

****

Assalamualaikum, hi, gimana masih mau lanjut?

Simpel kalo mau cepat update mah, cukup votmen ♥️ share banyak-banyak cerita TK ke teman kalian.

MAKIN KE SINI MAKIN PETJAH!
KIRA-KIRA NEXT PART NYA GIMANA YA?

MANA BELUM KETEMU REYNAND LAGI :)

Continue Reading

You'll Also Like

279K 15.9K 38
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
7M 495K 60
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
182K 5K 35
Anisa putri al azizah wanita cantik , manja, bar bar ,cerewet dan baik. Anisa terpaksa menikah karena ke inginan eyang dan omah nya ____ Kalian penas...
80.1K 4K 24
Ayana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di seki...