Tell Me Why ▪ Park Jihoon

By arin-a

2.7K 596 140

Semuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipili... More

•Prolog & Cast•
01 • First Meet, Isn't?
03 • Have Been Chosen
04 • Crazy Thing Called 'Cooperation'
05 • Rendezvous
06 • How Can I?
07 • Special Request
08 • Who is She?
09 • The Special Day
10 • Moving
11 • Heol
12 • Get Closer
13 • No Regret
14 • What is it?
15 • Thank You
16 • Present
17 • Last Forever?
18 • Go Public
19 • How to Protect Her
20 • Fight
21 • The Cure
22 • Something Goes Wrong
23 • Promise
24 • I'm Fine
25 • ToGetHer?
26 • At least, Try
27 • Nighty Night
28 • Somewhere in Between
29 • About You
30 • Quotes & Mith
31 • Br(OK)en Kiss

02 • Please, Save It

134 36 7
By arin-a

"Apa?!" Jihoon tersentak sampai mengubah posisi duduknya yang semula bersandar di sofa menjadi duduk tegak. "Perusahaan Halmeoni hampir ... bangkrut?"

Kedua orang tuanya yang duduk tidak jauh dari tempatnya mengangguk lemas. Tidak ada yang bisa disembunyikan lagi dari anak semata wayang mereka itu. Kini Jihoon memijat pelipisnya yang mulai berdenyut, meredakan emosi.

"Kau tahu, kegagalan The Wanone Corporation tentu berdampak besar juga kepada perusahaan kita, Jihoon-ah," jelas sang ayah, Park Ji Wook, yang terlihat lebih tertekan di sini. Ia jelas khawatir dan resah memikirkan masalah yang jelas membentang di depan matanya.

Sebagai salah satu dari sebelas calon pewaris The Wanone Corp., tentu Jihoon tahu pasti bagaimana perubahan kecil di perusahaan induk itu akan berdampak luar biasa pada anak perusahaan seperti yang saat ini dikelola ayahnya. Dia merasa tidak bisa tinggal diam. Tekadnya bulat, entah dari mana ia mendapat suntikan ambisi untuk dapat menyelamatkan The Wanone Corp.

"Apa ada yang bisa ... dilakukan, Appa?" ujarnya lirih, hampir putus asa namun menguatkan diri untuk menatap erat ayahnya. "Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi."

Terbayang betapa sulitnya kedua orang tua di hadapannya ini untuk menyesuaikan dengan perubahan yang biasa terjadi di The Wanone Corp. Ia tahu pasti, ayahnya sudah terbiasa sibuk, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempertahankan perusahaan yang dikelolanya.

Oleh karena itu, Jihoon sengaja tinggal menjauh ketika memulai pendidikan di perguruan tinggi. Awalnya dia berniat menghindari ayahnya yang memang workaholic Namun saat ini, ia merasa harus ikut mempertahankan juga apa yang telah dibangun oleh ayahnya.

"Besok Eomma akan memanggil kesebelas cucunya ke rumahnya, termasuk kau," sahut ibunya, seperti baru teringat sesuatu. Tiba-tiba ekspresinya berubah antusias. "Datanglah ke sana, Jihoon-ah."

Ayahnya ikut mengangguk setuju. "Ya, untuk saat ini, hanya itu yang bisa kau lakukan untuk membantu. Datanglah ke sana."

Tak lama kedua orang tuanya mulai beranjak meninggalkannya sendiri di ruang tengah. Kini pandangannya lurus ke depan, menatap acara komedi di televisi tapi anehnya kali ini ia tidak bisa tertawa sedikitpun. Ia menghela napas resah lalu beralih sejenak ke ponselnya yang kini berada di tangan kanannya.

Park Jihoon: Aku tidak bisa datang kali ini
Park Jihoon: Mianhae
Park Jihoon: Tidak perlu menungguku

Selama beberapa detik ia menatap pesan yang dikirimnya satu jam lalu itu. Tidak ada balasan. Membuat pemikirannya semakin rumit, ia jelas merasa bebannya semakin bertambah. Perasaannya pun jadi tidak menentu. Dia sendiri bingung.

Dalam beberapa saat pikirannya kembali melayang meskipun kedua matanya menyantap suguhan televisi yang masih menyala itu. Ia resah dengan berbagai alasan yang dirinya sendiri sulit menerimanya. Tidak lama, getaran dari ponselnya membuat Jihoon spontan meraih kembali benda persegi tipis itu.

Shin Jiyeon: Apa kau menyerah?

Membaca itu membuat Jihoon refleks menjatuhkan tangannya yang tengah menggenggam ponsel ke sofa di sebelahnya sambil mengerang frustasi. Kini pandangannya menerawang, mencoba menggali apa yang harus dilakukannya saat ini, menyadari dirinya sedang berhadapan pada pilihan sulit.

Haruskah aku melepaskannya sekarang?

▪°▪°▪

Jihoon menarik napas ketika kendaraan roda empat yang selama setengah jam terakhir dikemudikannya berhenti di salah satu halaman luas dari sebuah rumah megah. Sambil menyeka surai ash grey-nya, ia menghembuskan napas berat. Berharap perasaan buruk yang dirasakan belakangan tidak akan berarti apa-apa.

Sepuluh meter dari tempatnya berpijak, berdiri sebuah rumah yang sudah tidak asing lagi untuknya. Rumah klasik namun masih tetap terkesan megah. Matanya sekilas menyapu kendaraan yang terparkir di sebelah mobilnya.

"Hyung-ku semua ada di sini juga?" gumamnya heran pada diri sendiri. Menyadari mobil-mobil ini tidak asing untuknya.

Akhirnya kedua kaki tegapnya mulai berderap, mendekati rumah itu. Sebelum ia masuk, ada beberapa pelayan yang biasa menunduk menyambutnya. Sontak ia menghentikan langkah ketika ada yang menyebut namanya dengan antusias. "Uri Jihoon-ie!"

"Halmeoni!" balasnya mendapati wanita tua yang masih tampak anggun dan cantik itu tersenyum, menyembul dari salah satu lorong.

Jihoon menghampirinya. Memeluknya dengan erat sebagai upaya untuk meruntuhkan dinding kerinduan kepada neneknya itu. Wanita itu kemudian mengusap puncak kepala Jihoon, tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya lagi.

"Kau datang."

Jihoon tersenyum tulus. "Tentu saja, Halmeoni."

Tak lama, Jihoon pamit menuju ruang tengah, di mana telah menjadi ruang utama rumah ini. Suara riuh ramai sudah mampu didengarnya dari jauh, semakin dekat langkahnya, senyum di bibirnya pun mengembang ketika menyadari saudara-saudara sepupunya sudah berkumpul di sini.

"Jihoon, annyeong!" sambut sebagian dari mereka, menyadari kedatangannya.

Seketika ia sangat antusias dan ikut bersemangat melihat semua kakak sepupunya seperti Yoon Ji Sung, Ha Sung Woon, Hwang Min Hyun, Ong Seong Wu, Kim Jae Hwan, dan Kang Daniel sedang larut dalam suatu permainan seru, juga mengobrol santai.

Park Woo Jin yang hampir seumuran dengannya langsung menghampiri, ber-high five ria, sudah lama mereka tak bertemu karena saudaranya itu kini tinggal jauh di Busan.

Sebagian adik sepupunya juga berada di sini, Bae Jin Young dan Lee Dae Hwi tengah asik memainkan game yang sengaja diberikan untuk ruangan ini sebagai fasilitas ketika saudara sepupu ini saling berkumpul. Tak lama kemudian makanan datang, membuat mereka saling melempar tanya meski ada sedikit kecanggungan setelah lama tidak berkumpul.

"Jihoon-ah, Max baik-baik saja, 'kan?" tanya Kang Daniel santai sambil melahap potongan pizza di tangannya.

Max adalah nama anjing peliharaan Jihoon. Daniel memang terkenal menyukai hewan peliharaan oleh karena itu dirinya sangat peduli pada Max. Jihoon tertawa sekilas sambil menjawab, "Dia merindukanmu, hyung."

"Di mana Guanlin?" tanya Halmeoni tiba-tiba setelah memasuki ruangan dan memindai sekilas cucu-cucunya yang telah berkumpul.

Seketika semua suara lenyap, baru menyadari satu sama lain. Mereka hanya sepuluh orang, salah satu calon pewaris termuda yang juga merupakan seorang maknae belum hadir diantara mereka.

"Dia masih di perjalanan, Halmeoni. Pesawatnya mengalami sedikit keterlambatan," jelas Yoon Jisung sebagai cucu tertua membelah keheningan dan atmosfer aneh yang sempat terjadi.

Wanita dengan usia senja itu akhirnya mengangguk paham. Ia masih mengamati bagaimana cucunya saling berbagi kudapan yang tengah tersedia, sambil diam-diam tersenyum meskipun ada kesedihan yang terselip di sana, namun tidak seorang pun menyadarinya.

"Selesai makan, ada yang ingin aku katakan," suaranya kembali menyurutkan keributan yang spontan ditimbulkan dari sepuluh saudara yang belum puas reuni itu. "Baiklah aku akan menunggu kalian."

Sepuluh cucu laki-lakinya itu kompak menjawab setuju. Setelahnya wanita itu mulai berderap meninggalkan ruangan itu dengan sebuah pesan yang telah dibisikkannya pada salah satu orang kepercayaannya. "Arahkan mereka ke ruang hall."

▪°▪°▪

Continue Reading

You'll Also Like

179K 19.6K 40
Xiao Zhan kabur dari kejaran orang-orang yg ingin melecehkannya dan tidak sengaja memasuki sebuah ruangan, ruangan dimana terdapat seorang pria yg se...
105K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
31.2K 3.3K 14
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
267K 22.9K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...