Once Upon A Time - [Faj/Ri]

Bởi shvttlecock

59.7K 4.9K 1.5K

Suatu hari bersamamu. Xem Thêm

1. Cukur
2. Cukur Part II
3. Hoodie & Hat
4. Kgn
5. Jersey (You've Done Your Best)
[Intermezzo]
6. Owned
7. Suit & Tie
8. Midnight Calls
[ANAK PINTAR]
10. Pembalasan
11. On Rainy Day
12. Without Words
13. Get Away

9. Pulang

3.4K 323 158
Bởi shvttlecock

Cipayung
Januari 2019.



Hari sudah sore saat Rian masuk ke asrama putra dengan kaki menghentak. Ini hari Kamis, asrama masih sepi karena anak-anak yang lain belum kembali semua. Rian sendiri habis selesai latihan bareng Marcus dan Berry, karena partner-nya yang satu itu belum balik pagi tadi.

Ternyata, Fajar datang menjelang siang. Cowok itu datang ke gelanggang menemui coach Herry dengan kemeja dan celana panjang, tumben, pikir Rian. Dari hasil curi dengar, Rian tahu Fajar memutuskan untuk mulai berlatih esok hari saja. Sehabis ngobrol sebentar dengan coach dan anak-anak lain, cowo itu lalu pamit ke kamar untuk istirahat. Sedikitpun gak menoleh atau menyapa Rian. Rian ngambek.

Dari kemarin-kemarin sikap Fajar agak cuek. Sehabis direct message mereka yang terakhir di Instagram pada malam tahun baru, Fajar jarang membalas chat-nya lagi. Kalaupun balas paling-paling cuman bertanya "kapan balik", dan kalau Rian memulai pembicaraan, jawaban Fajar cuman "ya" atau "gak". Cowok itu terlihat seolah tidak mau melanjutkan percakapan lagi.

Rian bingung kenapa dicuekin, karena biasanya dia yang nyuekin Fajar. Kalau sudah begini, Rian jadi nyesel sering nyuekin Fajar karena dicuekin ternyata gak enak. Maka selepas latihan, Rian bergegas ganti baju dan menyusul Fajar di kamarnya, meminta penjelasan.

Langkah Rian berhenti di depan kamar Fajar. Sepatu cowok itu tersimpan di rak. Sendal jepitnya juga masih ada. Rian semerta-merta membuka pintu. Ruangannya setengah gelap karena hari mulai sore dan mendung menguasai langit Jakarta. Ada siluet Fajar sedang bergumul di balik selimut, masih memakai kemeja yang sama dari tadi siang. Tidur. Tanpa menghidupkan lampu, Rian nyelonong masuk. Tas raketnya dia hempas ke lantai.

"Jar."

Fajar diam.

"Jar, bangun!"

Alis Rian menukik. Tidak sabar.

Lalu Rian tiba-tiba naik ke atas tubuh Fajar. Menindih cowok yang lebih tua tepat diantara pinggang dan perutnya. Fajar terpekik kaget, sedikit meronta lalu terbangun.

"Blemo! Saha sih?!" Suaranya serak. Matanya masih tertutup sebelah. Tubuhnya berusaha bangun tapi Rian menahan dada Fajar untuk tetap rebahan. Saat Fajar sadar yang di atasnya adalah Rian, tubuhnya berubah rileks dan matanya kembali tertutup.

"Turun, Jom." Fajar memerintah datar. Rian mencebik.

"Kenapa sih lu, Jar?"

"Kenapa apa? Turun ah! Berat."

"Lu tuh ada masalah apa sama gue? Bilang dong!"

"Apasih?!" Suara Fajar meninggi. Rian agak tersentak. "Gak ada apa-apa. Turun ah! Mau tidur lagi."

"Trus kenapa baru balik? Kan janjian rabu!" Rian kekeuh menarik selimut Fajar, berusaha mengenyahkannya dari cowok itu. Tapi Fajar malah mendorong Rian, tubuhnya sedikit mundur ke belakang. Rian lagi-lagi tersentak. Fajar kenapa sih?!

"Gue gak janji balik rabu, ya," Fajar menatapnya jengah. "Lagian lu juga ngapain balik cepet, kan di Jogja lebih enak. Bisa main PUBG bareng. Disana banyak temennya, kan?"

Selimut itu kembali ditarik menutupi tubuh Fajar. Cowok itu tertidur miring memunggungi Rian. Ada jeda sejenak sebelum Rian mengerti apa maksud Fajar.

"Ya Allah, Jar. Kamu marah soal itu?"

"..."

"Jar? Aku tuh gak tau dia ikut, yang ngajak dia itu temenku."

"..."

"Jar, dengerin dulu---"

Rian sebal. Tangan Fajar dia tarik keras. Fajar lalu terduduk dan menatapnya lebih jengah.

"Rian, stop!"

Fajar memanggilnya dengan Rian. Artinya dia tidak main-main. Rian menciut. Bukan karena merasa kalah, semata-mata mengakui dia salah.

"Gue capek mau tidur. Nanti kita ngomong lagi. Keluar dulu bisa, kan?"

Suara Fajar benar-benar terdengar jengah. Ada jeda lagi. Fajar ingin kembali tidur sebelum kepalanya dipeluk, rambutnya diremas keras dan sebuah bibir menabrak miliknya. Perlu beberapa detik bagi Fajar untuk sadar kedua tangan yang melingkupi kepala dan lehernya adalah milik Rian. Bibir cowok itu menari-nari diatas bibirnya, memagut dan menggoda isi mulutnya. Gerakannya keras, berantakan, lalu lembut, dan ada penyesalan disana. Rian berdiri dengan lututnya. Kedua kaki menjebak tubuh Fajar ditengah-tengahnya. Mendominasi ciuman itu, memaksa Fajar untuk luluh.

Fajar kalah. Rian kalut.

Tangannya terangkat untuk mengusap-usap pinggang Rian. Mencoba menenangkan Rian. Menyuruhnya untuk berhenti.

Lalu Rian berhenti. Tubuhnya merosot, terduduk di pangkuan Fajar.

"Maaf," Rian mencicit, matanya tergenang. "Rian mau bilang ke Fajar tapi Rian takut Fajar marah."

Fajar diam sejenak memperhatikan Rian-nya yang sangat lucu saat merasa bersalah. Matanya yang besar berair, bibirnya yang penuh mengerucut. Fajar tidak tahan. Lagipula dia gak benar-benar marah. Mood-nya cuman sedang jelek selepas Rian terlihat main dengan orang itu, ditambah kabar buruk yang baru saja dia dengar. Lalu dia menghela napas. Memeluk pinggang Rian, menariknya mendekat.

"Dimaafin. Maafin aku juga. Lain kali bilang aja, Fajar gak akan marah, OK?" saat Rian mengangguk, Fajar menyengir kecil, menciumi kepalanya. "Anak pintar."

Kemudian Fajar menidurkan diri kembali, terlentang dengan Rian di atasnya. Kepala cowok itu tersembunyi di ceruk leher Fajar. Ada aroma keringat dan bau tubuh khas Rian yang segar menggelitik hidungnya. Tangannya mengusap-usap punggung Rian.

"Kamu kurusan," katanya sambil menelusuri tulang punggung Rian yang sedikit menonjol.

Rian menggumam. Mengusap air matanya lalu melirik ranjang di sebelah milik Fajar yang kosong.

"Jepang gak balik, ya?"

Rian tidak bisa lihat, tapi sorot mata Fajar berubah sedih. "Wahyu pulang."

Meski hal seperti ini terjadi setiap tahun, nyatanya mereka tidak pernah siap dengan kehilangan dan kekosongan yang menyertainya.

Keduanya lalu diam. Tenggelam dalam bunyi detak jantung dan hela napas masing-masing.

"Jom,"

"Hm?"

"Kalau nanti giliran gue yang pulang, lo jangan kangen gue ya, Jom."

"Hush! Ngawur!" Rian memukul lengannya. Fajar tertawa.

"Tapi, Jom," Fajar mengeratkan pelukannya. "Gue harap selama kita masih dikasih kesempatan, gue mau kita lakuin yang terbaik."

Rian diam.

"Jom, tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya, mau gimanapun hasilnya, ayo berjuang sama-sama terus."

Rian mengangkat kepalanya untuk menatap Fajar. Dia tersenyum lucu. Telunjuknya menelusuri kening, hidung, dan bibir Fajar, lalu kembali menidurkan kepalanya di atas dada cowok itu. Memikirkan dirinya tanpa Fajar membuatnya sesak.

"Pasti."

Karena, sebelum waktunya tiba, ketika kekosongan itu datang, jika mereka masih saling memiliki, mereka akan tetap mampu mengisinya dengan kehadiran masing-masing.





















- Pulang.










A/N :

Seeing all those names missing di daftar pemain pelatnas bikin pusing. Banyak nama pemain hilang, banyak nama-nama baru juga. Termasuk beberapa pemain favorit dan juga temen deketnya Fajar.

Idk for sure ya, tapi Wahyu aka Jepang sepertinya deket banget sama Fajar. Mereka roomate juga. Kalau kalian perhatiin juga kita sering nyebut Wahyu di beberapa chapter 'cause he took important part dalam karakter dan perkembangan hubungan FajRi. Dan melihat dia sekarang menghilang...... Ah......

Kalau diperhatiin ya, guys, Fajar hampir selalu main sama Wahyu. Fajar itu ceria, mudah bergaul, punya banyak temen. Tapi kalau main, temennya itu-itu aja. Trus sering kalau live ig, dia ketauan sendirian di kamar. Padahal kalo ditanyain temen-temennya kemana, dia jawab "pada main, ini kan malming lur" lah dia sendiri ngendog di kamar atau kalau gak nongkrong di kebon ditemenin ayam. Heran juga sama dia kadang.

Tapiya namanya hidup guys, ada yang datang dan pergi. Semoga FajRi dan teman2 pelatnas tetep sukses dimanapun berada.

Selamat Jumat malam. Kisses!

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

58.2K 5.4K 69
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
181K 16.9K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
76.8K 6.1K 46
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
718K 70.3K 41
𝑫𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...