9. Pulang

3.4K 323 158
                                    

Cipayung
Januari 2019.



Hari sudah sore saat Rian masuk ke asrama putra dengan kaki menghentak. Ini hari Kamis, asrama masih sepi karena anak-anak yang lain belum kembali semua. Rian sendiri habis selesai latihan bareng Marcus dan Berry, karena partner-nya yang satu itu belum balik pagi tadi.

Ternyata, Fajar datang menjelang siang. Cowok itu datang ke gelanggang menemui coach Herry dengan kemeja dan celana panjang, tumben, pikir Rian. Dari hasil curi dengar, Rian tahu Fajar memutuskan untuk mulai berlatih esok hari saja. Sehabis ngobrol sebentar dengan coach dan anak-anak lain, cowo itu lalu pamit ke kamar untuk istirahat. Sedikitpun gak menoleh atau menyapa Rian. Rian ngambek.

Dari kemarin-kemarin sikap Fajar agak cuek. Sehabis direct message mereka yang terakhir di Instagram pada malam tahun baru, Fajar jarang membalas chat-nya lagi. Kalaupun balas paling-paling cuman bertanya "kapan balik", dan kalau Rian memulai pembicaraan, jawaban Fajar cuman "ya" atau "gak". Cowok itu terlihat seolah tidak mau melanjutkan percakapan lagi.

Rian bingung kenapa dicuekin, karena biasanya dia yang nyuekin Fajar. Kalau sudah begini, Rian jadi nyesel sering nyuekin Fajar karena dicuekin ternyata gak enak. Maka selepas latihan, Rian bergegas ganti baju dan menyusul Fajar di kamarnya, meminta penjelasan.

Langkah Rian berhenti di depan kamar Fajar. Sepatu cowok itu tersimpan di rak. Sendal jepitnya juga masih ada. Rian semerta-merta membuka pintu. Ruangannya setengah gelap karena hari mulai sore dan mendung menguasai langit Jakarta. Ada siluet Fajar sedang bergumul di balik selimut, masih memakai kemeja yang sama dari tadi siang. Tidur. Tanpa menghidupkan lampu, Rian nyelonong masuk. Tas raketnya dia hempas ke lantai.

"Jar."

Fajar diam.

"Jar, bangun!"

Alis Rian menukik. Tidak sabar.

Lalu Rian tiba-tiba naik ke atas tubuh Fajar. Menindih cowok yang lebih tua tepat diantara pinggang dan perutnya. Fajar terpekik kaget, sedikit meronta lalu terbangun.

"Blemo! Saha sih?!" Suaranya serak. Matanya masih tertutup sebelah. Tubuhnya berusaha bangun tapi Rian menahan dada Fajar untuk tetap rebahan. Saat Fajar sadar yang di atasnya adalah Rian, tubuhnya berubah rileks dan matanya kembali tertutup.

"Turun, Jom." Fajar memerintah datar. Rian mencebik.

"Kenapa sih lu, Jar?"

"Kenapa apa? Turun ah! Berat."

"Lu tuh ada masalah apa sama gue? Bilang dong!"

"Apasih?!" Suara Fajar meninggi. Rian agak tersentak. "Gak ada apa-apa. Turun ah! Mau tidur lagi."

"Trus kenapa baru balik? Kan janjian rabu!" Rian kekeuh menarik selimut Fajar, berusaha mengenyahkannya dari cowok itu. Tapi Fajar malah mendorong Rian, tubuhnya sedikit mundur ke belakang. Rian lagi-lagi tersentak. Fajar kenapa sih?!

"Gue gak janji balik rabu, ya," Fajar menatapnya jengah. "Lagian lu juga ngapain balik cepet, kan di Jogja lebih enak. Bisa main PUBG bareng. Disana banyak temennya, kan?"

Selimut itu kembali ditarik menutupi tubuh Fajar. Cowok itu tertidur miring memunggungi Rian. Ada jeda sejenak sebelum Rian mengerti apa maksud Fajar.

"Ya Allah, Jar. Kamu marah soal itu?"

"..."

"Jar? Aku tuh gak tau dia ikut, yang ngajak dia itu temenku."

"..."

Once Upon A Time - [Faj/Ri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang