Once Upon A Time - [Faj/Ri]

7. Suit & Tie

I be on my suit and tie shit, tie shit
While we’re in the swing of love
Let me show you a few things
Show you a few things, about love,

.

Rian tidak tahu ada dimana. Ada siluet yang menghimpitnya ke tembok. Tubuhnya didesak, ditekan, dikungkung. Ada aroma parfum familiar. Wangi citrus dan mint menari di depan bibirnya. Napasnya terengah. Bibirnya dipagut keras, desahannya teredam. Ada gigitan, kecupan, lalu jilatan. Rasanya hangat, lalu basah. Ada tekanan, remasan, dan elusan di seluruh tubuhnya. Dadanya sakit. Celananya sesak. Rian pusing, dia pasrah, ingin pingsan.

Lalu tubuhnya di dorong. Terhempas. Rian ambruk ke ranjang. Di depannya, siluet itu berdiri. Lalu sosoknya berganti jelas.

"Fajar?" Suara Rian keluar. Serak. Pelan. Kaget.

Fajar diam. Terengah. Sorot matanya dingin.  Tangan kiri terangkat berusaha melonggarkan dasi merahnya. Rian sadar Fajar memakai setelan.

Lalu Fajar bertitah. Tenang. Tajam.

"Now, strip for Daddy."

Mata Rian melebar. Tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi tubuhnya menurut.

Dia bangkit. Melepas satu persatu kain di tubuhnya. Tangannya gemetar. Mata Fajar tak pernah lepas memerhatikan. Rian merasakan tubuhnya panas. Dia berkeringat. Gugup. Lalu semuanya hilang. Tubuhnya polos, seperti bayi.

Fajar menyeringai. Dasinya sudah lepas. Jasnya tercampakan di lantai dingin. Kemejanya tergulung.

"Such a good boy."

Rian terdorong lagi ke ranjang. Kali ini badannya ditindih. Bibirnya didesak lagi oleh Fajar. Panas. Basah. Rian mendesah. Lalu bibir hangat itu berpindah. Ke lehernya. Dadanya. Perutnya. Pahanya. Turun ke kakinya. Ada jilatan di jemari kakinya. Rasanya geli. Lalu bibir itu kembali lagi ke atas. Kepala Fajar tersimpan di antara kedua pahanya dan dia lagi-lagi merasakan jilatan.

Rian tersedak. Punggungnya melengkung.Tangannya meremas seprei.

"J-Jar? Anghh.."

Rian nyaris berkaca-kaca. Tangannya meremas rambut Fajar, lalu berusaha menutup kedua pahanya, kepala Fajar terjebak diantaranya. Tapi Fajar tidak berhenti, terus memberi hisapan, lalu gigitan, dan jilatan memutar. Rian bingung, panik, tapi dia suka. Ini yang pertama.

"Bukan Fajar," Fajar menggeram. "Panggil yang benar."

Rian menahan napas.

"D-Daddy?"

Kakinya ditekuk dan dilebarkan. Bibir Fajar menekan bagian lain. Rian memekik.

Lalu kepalanya berputar. Hampir datang. Dia pusing. Fajar semakin gencar. Kaki-kaki Rian gemetar. Desahannya menyedihkan. Kepalanya terhempas keras ke belakang. Pandangannya mengabur. Hal terakhir yang dia ingat sebelum ledakannya datang adalah Fajar, dengan setelan dan dasi merahnya, menyeringai.

.

That's alright, 'cause you're all mine
Oh go on and show 'em who you call daddy
I guess they're just mad 'cause boy,
they wish they had it
And you're all mine tonight

.

Rian bangun dengan napas seperti tercekik. Matanya menyapu sekeliling. Masih di hotel. Sepupunya tertidur di kasur sebelah miliknya. Lampu kamar masih temaram. Jam dinding masih menunjukkan pukul dua pagi. Bunyi deru angin Bromo terdengar di luar. Lalu Rian sadar tubuhnya sedikit gemetaran. Kulitnya hangat. Dia berkeringat. Napasnya berat.

Mimpi tadi terbayang lagi.

Dasi merah, setelan, ranjang empuk, sensasi diantara kakinya, dan,

Fajar....

Tangannya menjambak rambutnya kesal. Rian sebal. Gara-gara mimpi itu sekarang dia tidak bisa tidur. Bajunya setengah basah karena berkeringat, belum lagi celananya terasa sesak. Dan yang terparah, Rian tidak bisa melepas bayangan Fajar di mimpinya.

Sial.

- Suit & Tie

A/N :

All credit to this🌚

the last time i checked Fajar being hot and all was when that CPNS day and also when he's all sweaty and unshaven. I thought, he couldnt get any hotter than that, or so i thought🌚

Happy holiday btw!