3. Hoodie & Hat

4.2K 371 90
                                    

Jakarta.




Hujan baru saja reda ketika mini bus berwarna hitam terparkir di pelataran Pelatnas Cipayung. Fajar yang sedang menurunkan kopernya setengah melirik Rian yang lebih dulu berjalan ke arah asrama putra.

"Duluan, Bang. Makasih."

Cowok itu nyengir seadanya ke arah supir mini bus lalu berpamitan untuk menyusul Rian. Berlari kecil untuk menyamai langkah cowok itu yang menyeret kopernya ogah-ogahan. Warna hoodie-nya yang hitam menyamarkan tubuhnya diantara gelap malam. Fajar memperlambat langkahnya, Rian ada beberapa jengkal di depannya, tapi dia masih memilih diam.

"Katanya mau langsung pulang?" Suara Rian tenang, tapi ada riak merajuk disana.

"Katanya nggak boleh?" Fajar balik bertanya.

Rian berbalik menghadapnya. Alisnya yang tebal menukik. "Kata siapa gak boleh? Sana pulang!"

Fajar ketawa. "Iya, abis ini. Nunggu Amang dulu bawa mobil."

Rian mendengus. Fajar tersenyum miring sebelum menadahkan sebelah tangannya. Rian menatapnya bingung.

"Apa?"

"Topiku,"

"..."

"Balikin dulu,"

Fajar yakin barusan dia lihat pipi Rian memerah karena malu. Malu karena kelupaan melepas topi Fajar yang dia pinjam sejak di pesawat sore tadi. Sebenarnya Fajar tidak sepelit itu, dia hanya mencari alasan untuk berlama-lama bersama cowok itu.

Rian melepas topi di kepalanya---rambutnya berubah berantakan sebelum tertutupi lagi oleh tudung yang sengaja Rian naikan, lalu menyerahkannya kepada Fajar.

"Nih."

Fajar menerima topinya dan memasang seadanya di kepalanya. Langkahnya mengikuti Rian yang kembali meninggalkannya.

"Jom,"

Hanya ada suara roda koper yang ditarik cepat. Siluet mereka berdua ada dan menghilang seiring pendar lampu jalan yang bersinar di atas mereka.

"Jom,"

Langkah Fajar semakin cepat.

"Jom--"

"Apa--" tepat saat tubuhnya luput dari sinar lampu jalan, Rian berbalik, lalu reflek memundurkan tubuhnya saat menemukan Fajar berdiri terlampau dekat di belakangnya. Matanya yang besar terbuka semakin lebar. "--sih..?"

"Stop ngambeknya," Fajar berucap pelan. Melihat ke sekitar sebentar lantas berbisik, "Sini," sebelum menarik hoodie hitam itu dan membawa empunya mendekat. Bibir Fajar yang hangat menyentuh milik Rian yang dingin. Menggulumnya beberapa lama, menunggu Rian merespon, tapi Fajar malah merasakan dorongan pelan di dadanya. Fajar pikir Rian benar-benar menolak ciumannya tapi jemari cowok itu meraih topinya dan memutarnya ke belakang.

Fajar menatap Rian bingung dan cowok itu berbisik, "Topinya ganggu," sebelum ganti meraih bibir Fajar dalam pagutannya. Tangannya meremas jaket Fajar, dan Fajar meraih tubuhnya mendekat. Sejenak lupa mereka masih di pelataran Asrama dan orang lain bisa saja memergoki mereka.

"Nghh,"

Rian kelepasan melenguh, remasannya pada jaket Fajar menguat. Fajar menarik pinggangnya lebih dekat. Dan ketika mereka tersadar, keduanya menarik diri. Dari tatapan mata, tanpa ada sepatah kata yang keluar, keduanya sepakat untuk menyudahi dan meneruskannya di tempat yang lebih layak.

.

.

.


Gumaman Rian tenggelam dalam ciuman Fajar. Telinganya hanya bisa mendengar "kamar", "Kevin", dan "pergi" sebelum mereka akhirnya berakhir di kamar Rian yang dia bagi bersama Kevin. Keduanya ambruk di single bed milik Rian sedang ranjang milik Kevin kosong, dibiarkan teronggok menyaksikan kegiatan mereka berdua. Tanpa menghidupkan lampu, Fajar mendorongnya ke ranjang. Tubuh Rian tenggelam dalam kukungan Fajar yang menindihnya dari atas.

Once Upon A Time - [Faj/Ri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang