1. Cukur

6.9K 390 121
                                    

Fuzhou, 2018.

Suara Fajar yang sejak tadi menggelegar di seluruh ruangan hanya mengundang decakan dari Rian yang sedang bersantai di tempat tidur. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis sebelum membawa kembali pandangannya ke layar ponsel. Rian sedang bermain game sudah hampir menang. Dan Fajar, dia sedang menonton pertandingan idolanya. Berteriak-teriak seolah orang-orang di dalam ponsel bisa mendengarnya.

"Jom! Kumaha komentarna, lur!" Fajar berteriak antusias dan Rian hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Apa sih, Jay," seulas senyum tak dapat Rian sembunyikan. Iya, kekasihnya memang ribut, tetapi juga menggemaskan. Rian suka cara Fajar berekspresi, unik dan menyenangkan.

"Jom, ayok mandi, jom!" Fajar melemparkan ponselnya ke dekat bantal, kemudian ia berguling dan menghadap ke arah Rian yang masih sibuk dengan ponselnya. Pertandingan ganda putra idolanya sudah selesai, jadi Fajar kembali memperhatikan Rian. "Jom, ih! Denger gak? Hayu mandi, yuk?"

"Ya tinggal mandi sana lho!" Pandangan Rian masih tertuju pada ponselnya, Fajar mulai memberengut tidak suka.

"Hayu bareng!"

"Yaudah, sana masuk duluan ke kamar mandi."

Fajar mendengus sebal saat turun dari tempat tidur dan melompat naik ke tempat tidur lain yang ditempati Rian, ia memeluk dan mendusel-ndusel leher kekasihnya yang putih menggunakan dagu. Tangannya ia lingkarkan di perut Rian, sementara kepalanya tidak berhenti bergerak-gerak di ceruk leher Rian.

"Geli, Jay! Ih, apaan sih!" Rian terkikik kegelian, tapi tidak mencoba menjauh. Permainan di ponselnya sudah kalah, jadi Rian menyimpan ponselnya dengan hati-hati di meja nakas sampingnya dan segera menjauhkan kepala Fajar dari lehernya. "Fajar, ih!!" kikiknya semakin keras.

Bulu-bulu tipis di sekitar wajah Fajar memberikan sensasi menggelitik di leher Rian, ia sempat-sempatnya menggigit bibir bawahnya dan -mungkin- tidak sengaja mendesah. Atau sebenarnya, telinga Fajar menangkap itu sebagai lenguhan manja.

"Cukuran sana, jelek!"

"Mager, ah!" Fajar melepaskan Rian san berbaring di sampingnya. "Besok aja."

"Pemales!" Rian menggumam sambil turun dari tempat tidur dan mengobok-obok ranselnya, kemudian ia membawa sesuatu dari dalam tas menuju kamar mandi. "Jay, sini bentar," panggilnya setelah beberapa menit hening.

"Gak mau, lagi pewe," sahut Fajar yang masih bergulingan di tempat tidur.

"Jay, buruan sini!"

Akhirnya suara lembut Rian membuat Fajar mengerang dan bangun ogah-ogahan dari tempat tidur yang nyaman. "Apaan sih, Jom?" tanyanya saat melihat Rian berdiri di depan wastafel dengan alat cukur di tangan kanannya.

"Duduk sini." Rian menepuk-nepuk marmer di hadapannya. Fajar menurut, melompat dan membiarkan kakinya menggantung.

"Dibilangin besok aja, ih."

"Sekarang!" Rian memposisikan dirinya di antara kedua kaki Fajar yang terbuka. Pinggangnya kini berada di antara paha Fajar. "Soalnya, besok keburu males dan gak akan sempet. Besok 'kan latihan pagi-pagi."

Fajar diam saja, mengerucutkan bibirnya sambil mendongak memperhatikan wajah serius Rian. Sementara kedua tangannya melingkari pinggang Rian yang terasa begitu pas dan nyaman untuk dipeluk. Tangan halus Rian mulai membelainya dengan krim berwarna putih, lalu perlahan pisau cukur mulai bergerak mengitari lekuk rahang dan dagunya.

"Jom," panggil Fajar iseng.

"Hm?" sahut Rian tanpa menatap mata Fajar dan terus fokus mencukur bulu-bulu halus di sekitar dagu kekasihnya itu.

Once Upon A Time - [Faj/Ri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang