Friendzone

Autorstwa Sabiimh

54.3K 5.8K 2.4K

Copyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku... Więcej

Prolog (NEW)
1. Hari Ibu (NEW)
2. Jalan-jalan (NEW)
3. Jogging (NEW)
4. Kecelakaan (NEW)
5. Terbongkar (NEW)
6. Perempuan Gila (NEW)
7. Masalah Selesai (NEW)
8. Makanan Aneh (REVISI)
9. Pria Aneh (REVISI)
11. Kemana? (REVISI)
12. Ditolak (REVISI)
13. Murid Baru (REVISI)
14. Murid Baru Lagi (REVISI)
15. Tertutup (REVISI)
16. Mulai Terbuka (REVISI)
17. Lebih Baik (REVISI)
18. Keributan (REVISI)
18. 1 Keributan (REVISI)
19. Akur (REVISI)
20. Badmood (REVISI)
21. Masih Sama (REVISI)
22. Permainan Selesai (REVISI)
End (REVISI)

10. Perasaan Lebih (REVISI)

1.6K 218 66
Autorstwa Sabiimh

"Selamad Pagehhh duniyahhhh." teriak Ara alay saat berada di dapur.

"Obat mana, obat? Nih, orang mulai gak waras." cibir Putra.

"Pagi gimana? Udah jam 10 ini, ogeb." ucap Malik.

"Pagehhh ughaaa." balas Hilda tak kalah alay lalu memeluk Ara manja.

"Kenapa jadi kaya teletubis gitu?" Heran Putra.

"Gapapa, kan kita imutnya juga sama kaya teletubis." Ucap Hilda dan Ara berbarengan.

"Gue juga mau kali, dipeluk gitu." Gumam Malik pelan namun masih bisa didengar oleh mereka.

Ara pun menghampirinya Malik, lalu memeluk lelaki itu dari belakang. Mereka hanya sebatas pelukan, tidak lebih. Jadi menurut Ara, itu biasa saja.

Malik yang dipeluk secara tiba-tiba oleh Ara pun hanya diam saja. Tak bisa bergerak, ingin nafas pun rasanya susah. Satu kata dari Malik untuk pelukan Ara, nyaman.

Hilda dan Putra pun yang melihatnya cengo, sedetik kemudian mereka tertawa melihat wajah Malik yang seperti menahan senyumannya, namun terlihat seperti nahan hajat.

"Nafas kali, Mal. gitu amat." ejek Ara.

Jlebbb!

Lahh, kenapa jadi gue yang blushing nihhh. Pipi gue kaya kepiting rebus kaga ya? Dunia terbalik anjirr. Batin Malik.

"Arahhhh, eiyke bapeyyy lhooo, chinkkk." ucap Putra dengan gaya alaynya meniru banci.

Hilda dan Ara yang melihat tingkah konyol Putra pun tertawa terbahak bahak, sedangkan Malik hanya sibuk menahan rasa malunya.

"Tadi katanya minta dipeluk, pas dipeluk malah diem kaya mayat hidup lo, Mal!" ucap Ara lalu duduk di samping lelaki tersebut.

"Gue biasa aja." ucap Malik berusaha setenang mungkin namun gagal.

"Lo jangan duduk samping gue. Samping Hilda aja, biar Putra yang disamping gue." lanjutnya ketus.

"Yaodah syih, Banggg, hati Eneng syakedd diusyirr Abanggg." ucap Ara mengikuti gaya alay Putra. Lalu mencolek dagu Malik, membuat Putra dan Hilda tertawa sangat kencang, sedangkan Malik menggerutu kesal.

Apaan-apaan si. Gue kenapa deh, bego banget. Malah jadi gue yang baper harusnya kan dia yang baper. Batin Malik.

"Ehhh, udah, udah! Liat noh mukanya kaya NABER anjirrr!" ucap Putra dan Hilda bersamaan dengan sisa-sisa tawanya.

"Adohhh. Hayati malu lohh digituin sama Abanggg." ucap Ara yang masih dengan gaya bancinya berniat mengganggu Malik.

"Berisik lo!" ketus Malik.

"Adohhh, ketus bhanged syihh Bangg. Hayati jadi zheyenkk." kini Putra yang meladeni ucapan Malik dengan gayanya.

"Malik, pipi lo kok kaya kepiting rebus sih? Kenapa? Lo kepanasan?" tanya Ara heran seraya menepuk lembut pipi Malik.

Ara beneran gak ngerti kenapa pipi gue kaya kepiting rebus apa, dia pura-pura gak ngerti? Gerutu Malik dalam hati.

Malik yang diperlakukan seperti itu oleh Ara pun membuatnya semakin terbang ke surga. ehhh, salah. Maksudnya tambah baper gitu.

"Ka-kaga. Udah gue gak papa" Ucap Malik gugup. Membuat Putra dan Hilda semakin tak henti-hentinya menertawai dirinya.

"Gak pekahh bhanged syih kamoh hayatiii." ucap Putra dengan gaya bancinya.

"Gak peka gimana?" Tanya Ara heran membuat tiga temannya ingin menendangnya sekarang juga jika mereka tak ingat bahwa dia adalah Sahabatnya.

"Adohhh, akohh itu blushing hayatii. Bapeyy gitu lhohhh tahu gak sehhh." ucap Malik meniru gaya alay mereka.

"Noh kan! Ketauan lo baper! Suka kan lo sama Ara!" ucap Hilda dan Putra berbarengan.

Mampus! Salah ngomong. Batin Malik.

"Gu-" belum sempat Malik menyelesaikan ucapannya Ara sudah lebih duku memotongnya

"Udah, ih, kita kan cuma sahabat. Kalian aja sana yang pacaran." ucap Ara.

Dibilang cuma sahabat kok gue nyesek gitu ya. Batin Malik.

Pengen bilang calon masa depan gue gak enak. Entar bebep Charlie gue ngambek gimana?. Batin Ara.

"Kretek!" ucap Putra menirukan suara benda patah.
"Eh! Eh! Ada suara hati patah." lanjutnya heboh.

"Punya siapa tuh? Punya lo bukan, Mal?" tanya Hilda berniat meledek Malik.

"Emang kalo Malik hatinya patah, kalian bisa denger?" tanya Ara dengan tampang polosnya membuat Hilda dan Putra tertawa terbahak-bahak.

"Adohhh, hayati tuhh sakit hati cuma dianggep sahabat." ucap Putra dengan gaya alaynya lagi.

Drttt... Drttt... Drttt...

Merasa ponselnya begetar Sabrina pun mengambilnya dari kantong celananya.
Dan tertera nama "Mama Pe'a😍" disana.

"..."

"Iya ma, kenapa?"

"..."

"Ada nih, bentar aku kasih."

"Malik, mama gue mau ngomong sama lu nih." ucap Ara pada Malik seraya menyodorkan ponselnya. Malik pun mengambil ponsel Ara lalu berbicara dengan mama Ara.

"..."

"Engga papa ko, Tan, udah diurus semua. Tante tenang aja."

"..."

"Dia sempet kena luka ditangannya, Tan. Tapi sekarang udah sembuh kok."

"..."

"Iya Tan, santai aja. 'Kan ada Malik."

"..."

"Waalaikumsalam, Tan."

Sambungan telepon pun terputus, Malik segera mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.

"Mama ngomong apa?" tanya Ara kepo.

"Katanya kapan lo mau jadi istri gue, gue aja udah mau jadi suami lo." gurau Malik.

"Amit-amit gue sama kutil monyet kaya lo!" ucap Ara berusaha membuang jauh-jauh rasa bapernya.

"Amit-amit kok blushing sih?" tanya Malik berniat menggoda Ara.
"Yakin nih gak mau sama gue?" tanya Malik lagi dengan menaik turunkan alisnya.

Gantian lo, Ara. Batin Malik tersenyum penuh kemenangan.

"Ish, bodo amat, deh!" ucap Ara lalu ngacir begitu saja ke dapur untuk minum karna tenggorokannya terasa kering.

Saat ingin kembali ke ruang tengah, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ia berusaha mendengar apa yang Hilda, Putra, dan Malik ucapkan dengan bersembunyi dibelakang rak piring.

"Lo tuh, nyadar gak sih? Dengan sikap lo yang kaya gitu malah bikin Ara baper, dan akhirnya dia ngira kalo lo suka sama dia. Kalo emang gak suka, ya gak suka. Jangan setengah setengah. Yang ada lo nyakitin hati dia. Gue gak mau ada orang yang nyakitin dia lagi setelah Adi!" ucap Hilda panjang x lebar.

"Lo jujur deh sekarang, lo suka kan sama Ara? Udah keliatan kok dari cara lo mandang dia itu istimewa kan bagi lo?" Tanya Putra.

Ditempat lain Ara diam mematung menanti jawaban Malik, entah kenapa ia ingin bahwa Malik menyukainya lebih dari sahabat.

Malik pun menghela nafasnya panjang, ia sudah tak mampu lagi menyembunyikan semuanya. "Gue udah dari dulu sayang sama dia, dari SMP gue udah sayang sama dia, tapi dianya gak peka. Padahal semua perhatian gue ke dia itu karna gue sayang sama dia lebih dari sahabat, gue ngehajar Adi karna gue kesel orang yang gue sayang disakitin sama orang lain. Pas dia sakit hati gara-gara Adi, gue yang bersedia nyediain pundak gue buat dia bersandar, gue yang meluk dia buat ngasih perlindungan, gue yang genggam erat tangan dia karna gue takut kehilangan dia. Gue ngelakuin semuanya itu buat dia, karna bagi gue dia itu istimewa, dan gue sayang sama dia melebihi sahabat."

Ara yang mendengar itu pun mulai mengucurkan air matanya tanpa mengeluarkan suara. Entahlah ia tak mengerti dengan perasaannya rasanya bercampur aduk.

Dasar Ara bodoh!! Bodohh!! Bagaimana bisa gue gak tau perasaan Malik itu lebih dari sahabat?! Batin Ara.

"Tapi semua ini gak segampang pikiran kalian. Gue gak berani buat nyatain perasaan gue ke dia, apalagi ngajak dia pacaran. Gue takut pas kita pacaran, gue nyakitin dia. Gue takut pas kita putus malah jadi musuhan, apalagi jadi kaya orang asing. Gue gak mau semua itu terjadi, makanya selama ini gue lebih memilih buat mendem perasaan gue sendiri." lanjut Malik.

Lo bener, Mal. Semua ini gak segampang yang mereka kira. Gue lebih baik kita cuma sahabat tapi selalu bareng kemana-mana. Daripada kita pacaran ujungnya jadi mantan, akhirnya musuhan, lama-lama kaya orang asing. Batin Ara.

Entah kenapa Hilda merasa ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Ia pun mengedarkan pandangannya, lalu sedetik kemudian ia terkejut melihat Ara menangis namun bibirnya masih bisa tersenyum simpul. Saat ingin memanggilnya, Ara memberi isyarat padanya agar ia diam.

Putra pun menepuk pelan bahu Malik, "Apa salahnya dicoba, Mal? Emang lo enak mendem perasaan? Daripada entar lo nyesel gara-gara Ara dapet cowo lain, lo mau? Terus akhirnya cowo itu malah nyakitin dia, atau mungkin cuma manfaatin kekayaan dia. Jujur, Mal. Gue juga waktu SMP suka jagain dia dari cowo-cowo, gue takut cowo-cowo yang deketin dia itu cuma mau manfaatin dia. Tapi lo? Gue percaya, Mal. Lo itu bener-bener orang yang tepat buat dia, gue yakin lo gak bakal nyakitin dia sedalam Adi. Tapi kalo lo buat kesalahan sama Ara. Itu wajar, setiap manusia pasti pernah berbuat salah, Mal. Dan kalian harus janji bareng-bareng, pada saat hubungan kalian dilanda masalah, kalian harus menyelesaikannya secara dewasa. Lo laki, Mal. Harus gentle, jangan nyerah gitu aja buat dapetin hati Ara" Ucap Putra panjang x lebar.

"Mendem perasaan itu gak enak, Put. Apalagi bertahun tahun. Kadang gue suka kesel ngeliat dia muji-muji cowo lain selain gue, gue kesel ngeliat dia deket sama cowo lain, gue suka kesel ngeliat dia senyum ke cowo lain, padahal niat dia cuma nyapa balik cowo itu aja. Apalagi pas gue tau banyak yang suka sama dia, bahkan yang nembak dia juga gak sedikit. Disitu entahlah gue cemburu, gue kesel. Ya tapi gue bisa apa? Gue cuma sahabatnya kok." curhat Malik dengan senyum lirihnya.

Putra yang mendengarnya pun menghela nafas panjang.

Mereka sudah terbiasa dengan hubungan Persahabatan. Batin Putra.

"Sekarang terserah lo mau gimana, mau nembak, mau engga, it's oke. Keputusannya ada ditangan lo. Tapi, kalo suatu saat nanti Ara lebih milih pacarnya dibandingkan elo yang sahabatnya. Lo jangan nyesel karna lo cuma sahabat dia, gak lebih." ucap Putra yang membuat Malik diam seribu bahasa, ia tak tau harus bagaimana sekarang.

Malik pun mengacak rambutnya frustasi. "Gue harus gimana, Put. Gue gak mau dia jauh dari gue, gue sayang bsnget sama dia, gue gak rela kalo harus kehilangan dia, gue gak mau dia jadi pacar cowo lain, Gue cuma mau dia jadi pacar gue, gue egois ya, Put." ucap Malik lirih.

"Makanya lo mikir dari sekarang, onyon! Inget pesan gue baik-baik jangan sampe lo ngegantungin perasaan dia, kalo niat lo cuma main-main, mending gak usah deketin dia. Relain dia sama yang laen. Tapi kalo emang lo serius tunjukin sifat gentle man lo, Jangan kaya banci gini!" ucap Putra yang tak dibalas apapun oleh Malik, ia hanya mebaringkan badannya di sofa dengan lemas.

-To be continued-

Follow me on instagram👐

@Sabiimh.06

Maaf apabila terjadi kesalahan dalam menulis.
Semoga kalian suka ya sama ceritanya dan gak pernah bosen buat baca cerita cerita gue:).
Sekian terimakasih...

New Chapter : Kamis & Minggu.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.1M 2.8K 18
🔞 Bluesy area, mengandung 21+ 🔞 - oneshoot ! ranked; #1 Karina 24/6/2023 #1 Bluesy 25/6/2023 #1 Karinajeno 7/9/2023
866K 68.3K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
185K 18.2K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...
2.2M 106K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...