Friendzone

By Sabiimh

54.3K 5.8K 2.4K

Copyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku... More

Prolog (NEW)
1. Hari Ibu (NEW)
2. Jalan-jalan (NEW)
3. Jogging (NEW)
5. Terbongkar (NEW)
6. Perempuan Gila (NEW)
7. Masalah Selesai (NEW)
8. Makanan Aneh (REVISI)
9. Pria Aneh (REVISI)
10. Perasaan Lebih (REVISI)
11. Kemana? (REVISI)
12. Ditolak (REVISI)
13. Murid Baru (REVISI)
14. Murid Baru Lagi (REVISI)
15. Tertutup (REVISI)
16. Mulai Terbuka (REVISI)
17. Lebih Baik (REVISI)
18. Keributan (REVISI)
18. 1 Keributan (REVISI)
19. Akur (REVISI)
20. Badmood (REVISI)
21. Masih Sama (REVISI)
22. Permainan Selesai (REVISI)
End (REVISI)

4. Kecelakaan (NEW)

2.1K 315 209
By Sabiimh

Sebelum membaca ada baiknya kita memvote part ini dahulu. Vote dimulai:"

Enjoy the reading! Aku harap kalian suka❤.

****

Ketika merelakan seseorang yang disayang untuk bersama yang lain, sebenarnya hati sedang berbohong.

----

Tapi mending, sih, gue dibayarin, jadinya, kan, gak malu-malu banget. Batin Ara dalam hati

"Yaelah, masih mending gue bayarin. Makasih, kek," ucap mantan Ara—Adi.

Keberuntungan gak berpihak sama gue, ya? Jogging, sendirian. Beli ice cream, gak bawa uang. Pengennya di traktir doi, malah ditraktir mantan. Ya Allah. Gerutu Ara dalam hati.

"Makasih," ucap Ara ketus. Dan segera meninggalkannya. Belum sempat pergi tangannya sudah ditahan oleh Adi.

"Gue tau, Ra. Lo gak bisa maafin gue karena kesalahan gue di masa lalu, gue sendiri nyesel, Ra. Ninggalin lo gitu aja, gue emang gak pantes buat lo, Ra." ucap Adi lirih.

Sebisa mungkin Ara menahan tangisnya saat bertemu kembali dengan lelaki yang sedari dulu ia rindukan.

Flashback on

Siapa sih yang gak seneng bisa pacaran sama Adi Pratama Natanegara? Lelaki idaman di SMP Garuda Most wanted boy nya SMP Garuda. Memiliki rahang yang kokoh, bibir merah, alis tebal, mata yang coklat dan tajam. Wajah yang tampan memiliki blasteran IndonesiaInggris.

Ia senang sekaligus heran bisa pacaran dengannya. Karena menurut Ara, dibandingkan gadis lain ia itu tidak ada apa-apanya. Dan ia tak menyangka bisa pacaran dengannya, karna sedari kecil ia dan Adi hanya sahabat tak pernah ada rasa cinta sedikitpun bila memang ada mungkin hanya rasa sayang sebatas sahabat. Tak lebih.

Sampai suatu ketika Ara melihat Adi dan Bella sedang makan bersama, mengobrol dan sesekali mereka tertawa bahagia bersama.

Dan pada saat itu lah muncul ketakutan dan keraguan yang dirasakan Ara. Ketakutan akan sebuah kehilangan, dan keraguan akan perasaan kekasihnya padanya.

Ara yang melihat itu hanya diam mematung saja di depan kantin sekolah. Rasanya ia ingin menangis sejadi jadinya namun tak bisa, karna baginya percuma saja menangisi lelaki bajingan seperti Adi.

Ara pun menegarkan dirinya, dan berjalan perlahan menuju bangku dimana Adi dan Bella duduk.

Sadar akan kehadiran Ara, Adi pun berdiri dan menyuruhnya duduk disampingnya.

"Bel, kenalin ini Aradila," ucap Adi pada Bella.
"Ra, kenalin ini Bella," lanjutnya pada Ara.

"Gue Bella," Bella pun tersenyum, bukan senyum tulus. Melainkan tersenyum meremehkan.

Ara sudah tau bahwa Bella menyukai Adi, semuanya terlihat begitu jelas dari cara Bella memandang Adi.

"Aradila," ucap Ara singkat.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Adi jarang membalas chatnya, tak pernah ada waktu sedikitpun untuknya, selalu saja bersama Bella. Tiba-tiba Adi mengajaknya ketemuan disalah satu taman dekat perumahan Ara.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Ara sesampainya di taman.

"Gue mau minta maaf, Ra. Gue gak bisa lanjutin hubungan kita lagi," ucap Adi sambil menundukkan kepalanya.
"Gue suka sama Bella, Ra." lanjut Adi dengan kepala yang semakin dalam ditundukkannya.

Detik itu juga. Hatinya berteriak kesakitan, ia sungguh tak menyangka kisah cintanya akan berakhir seperti ini.

"Gue udah tau, kok, lo suka sama dia, dan dia juga suka sama lo. Gue udah liat dari cara kalian berpandangan itu beda." ucap Ara berusaha setegar mungkin.
"Gue mau kita putus," lanjutnya.

"Maaf, Ra. Maaf, karena gue udah nyakitin lo." ucap Adi dengan nada merasa bersalah.

"Gak usah minta maaf, tanpa lo minta maaf pun gue udah maafin lo, kok. Gue tau, gue gak ada apa-apanya dibandingkan Bella. Harapan gue ke lo cuma satu, Di, gue harap gak ada lagi perasaan seseorang yang lo sakitin setelah gue." ucap Ara sembari tersenyum kecut.

Melihat Ara yang berpura-pura tegar membuat Adi semakin merasa bersalah karna sudah menyakitinya.

Ara pun bergegas pergi meninggalkan Adi yang hanya diam mematung di taman. Air matanya tak mampu ditahan lagi, ia berlari secepat cepatnya menuju rumah. Dan menangis sejadi jadinya dikamar, tanpa ada seorang pun yang tau bagaimana rasa sakitnya. Hanya dia dan Allah yang tau.

Flashback Off

"Gue muak liat muka lo!" ucap Ara sinis.

"Gue udah putus sama Bella, dia lebih milih laki-laki lain dibandingkan gue. Dia cuma mau uang gue, Ra." Ucap Adi sedih.

"Terus?" Ucap Ara kesal.

"Sekarang gue ngerti, Ra. Sekarang gue ngerasain apa yang lo rasain dulu." Ujar Adi.

"Mau lo apa, Di?! Gue cape. Gue cape berusaha lupain semuanya. Terus lo dateng lagi cuma buat ngingetin gue sama masalah itu. Sekarang gue harus mulai lagi semuanya dari awal buat lupain lo. PUAS LO?!" tanya Ara kesal.

"Gue mau kita balikan, Ra. gue mau kita kaya dulu lagi." ucap Adi dengan wajah dibuat semelas mungkin agar Ara merasa kasihan.

PLAKKK!!
Satu tamparan cukup keras mendarat di pipi Adi yang dibuat oleh Ara dan meninggalkan jejak kemerahan disana.

"Lo tau apa yang paling gue benci? Pergi tanpa alasan. Dan datang kembali tanpa rasa bersalah!" ucap Ara dengan penuh penekanan.

Adi yang mendengarnya pun semakin merasa bersalah, kenapa ia bisa sebodoh ini lebih memilih orang baru daripada Ara yang memang sudah membuatnya nyaman sedari kecil.

Ara pun bergegas pergi meninggalkan Adi yang hanya diam bagaikan patung.

Saat sampai di pertigaan, Ara ingin menyebrang namun tiba-tiba ada mobil yang melesat ke arahnya dengan kecepatan penuh hingga akhirnya ia tak mampu menghindar.

Tubuhnya terpental cukup jauh ke arah semak-semak, beberapa orang yang berlalu lalang pun menghampiri tubuh Ara yang penuh luka, dan kepalanya yang bocor membuat darahnya berceceran.

Sebelum mobil tersebut menabraknya, Ara melihat perempuan yang mengendarai mobil tersebut tersenyum penuh kelicikan. Dan perempuan tersebut nampak tak asing dimatanya.

Itu Bella! Batin Ara dalam hati.

Hingga akhirnya Ara tak mampu lagi menahan sakitnya.

Gelap.

Semuanya gelap.

Ia pingsan dengan keadaan penuh mencemaskan, darah berceceran kemana-mana.

Adi yang masih berada di sekitar lingkungan itu pun menghampiri gerumbulan yang ramai tersebut.

Betapa kagetnya saat ia tahu bahwa gadis yang tertabrak itu adalah Ara. Ia segera membawa Ara menuju mobilnya dibantu beberapa warga.

"SUSTER TOLONG! ADA KORBAN KECELAKAAN DISINI!" Teriak Adi sesampainya dirumah sakit, tak perduli dengan tatapan orang lain yang menatapnya aneh.

Beberapa suster yang kaget mendengar teriakan Adi pun segera menghampirinya dan menanyakan apa yang terjadi.

"Saya tidak perduli berapa pun biayanya. Asalkan wanita ini selamat." ucap Adi lalu tersenyum lirih.

Para suster tersebut pun membawa Ara menuju ruang IGD untuk melakukan pengobatan lebih lanjut.

Adi yang tak tau harus berbuat apa, ia pun mencari ponsel Ara, dan menelpon keluarganya.

Di tempat lain...

Drrttt... Drrttt... Drrrttt...

Andra yang mendengar suara telfon di ponselnya pun segera mengangkatnya. Dan tertera nama "Anak Aing:'" disana.

"..."

"APA?! ANAK SAYA KECELAKAAN?!"

"..."

"DIMANA RUMAH SAKITNYA?! SAYA AKAN SEGERA KESANA!!"

"..."

"Terimakasih,"

Malik, Rose, Citra, dan Rasi yang mendengar Andra teriak-teriak ditelfon dengan nada penuh kecemasan pun ikut khawatir

"Kenapa, Om?" tanya Malik khawatir.

"A-Ara ke-kecelakaan," Ucap Andra bergetar.
"Cepetan kita kerumah sakit, Om. Biar Malik yang bawa mobilnya." ucap Malik penuh ketegasan namun raut wajahnya menunjukan kekhawatiran.

Citra yang badannya sudah bergetar hebat, Rose yang menangis sesegukan, dan Rasi yang tak mengerti apa apa karna dia masih kecil. Andra pun segera membawa mereka menuju mobil.

Sesampainya di mobil, Malik menancap gasnya dengan sangat cepat, membuat beberapa pengendara protes. Namun ia tak perduli. Karna tujuannya cuma satu ke rumah sakit dan memastikan bahwa Ara selamat.

"Malik pelan-pelan bawanya, pikirin keselamatan kamu juga." tegur Citra namun tak digubris sedikitpun oleh Malik.

"DIMANA RUANGAN ARADILA WILSON! CEPAT BERITAHU SAYA!" teriak Malik penuh kecemasan sesampainya dirumah sakit. Membuat beberapa pengunjung kaget mendengar teriakannya yang menggelegar.

Beberapa suster pun segera memberi tahu ruangan Ara. Dan dengan napas engos-engosan Malik segera berlari menuju ruangan IGD.

"LO?!" teriak Adi dan Malik bersamaan.

Bugh!! Bugh! Bugh!!!

Pukulan demi pukulan Malik lontarkan untuk Adi. Betapa kesalnya ia melihat orang yang telah menyakiti Ara. Dan ia yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan dia.

Adi meringis kesakitan, beberapa mukanya lebam membiru akibat tinjuan Malik sangat kencang, ujung bibirnya sobek dan mengeluarkan beberapa darah.

"PASTI LO, KAN, YANG BIKIN ARA KAYA GINI!" teriak Malik penuh emosi didepan wajah Adi. Membuat Adi meringis karna kupingnya sakit mendengar teriakan Malik yang sangat kencang.

"Gu-" belum sempat Adi menjelaskan, dokter keluar dari Ruangan IGD.

"Anak saya kenapa, Dok?" tanya Citra dengan bibir yang bergetar.

"Pasien mengalami luka yang cukup parah, beberapa tulangnya patah akibat benturan cukup keras, anak anda mengalami masa kritis, kami tidak tahu akan berlangsung berapa lama, dan Ara membutuhkan pendonoran darah segera." jelas Dokter bernama Ahnaf tersebut, membuat keluarga Ara terduduk lemas, mengeluarkan air mata yang sangat banyak, dan raut wajah yang sangat cemas.

"Ta-tapi masih... Hikss ada kesempatan se-sembuh kan... Hikss, Dok?" tanya Rose dengan air matanya yang bercucuran.

Dokter Ahnaf yang melihatnya pun tidak tega. "Masih bisa sembuh, kok." ucap Dokter Ahnaf berusaha menenangkan mereka.

"Apa ada yang bersedia mendonorkan darahnya? Darah pasien bergolongkan A, mungkin ia membutuhkan banyak sekali darah, karna darahnya berceceran saat di jalan." lanjut Dokter Ahnaf.

"Saya bersedia," ucap Andra, Malik, dan Adi berbarengan

Beberapa suster pun segera membawa mereka keruangan untuk menodonorkan darah mereka pada Ara.

Ara, jangan tinggalin gue dulu, Ra. Gue gak rela lo mati sekarang. Gue belum bisa bahagiain lo. Gue sayang sama lo, Ra. Gue gak mau kehilangan lo. Batin Malik.

Gue minta maaf, Ra. lagi-lagi kehadiran gue cuma bikin lo sakit. Kalo tau kaya gini gue gak bakal datang lagi dikehidupan lo. Batin Adi.

Yang kuat ya, Nak. Papa yakin kamu bisa ngelewatin ini semua, jangan tinggalin kita semua. Kita sayang sama kamu, terutama Papa. Batin Andra.

-To be continued

Kalo kalian suka sama chapter kali ini jangan lupa di vote🌟.
Kalo punya kritik dan saran, silahkan komen😉.
Dan kalo seneng sama ceritanya jangan lupa ditambahkan ke perpustakaan dan reading list kalian❤.
Supaya apa? Supaya kalian tahu kalau aku ngeupdate chapter baru ceritaku. Hhe...

Follow me on Instagram🍭.
@Sabiimh.06

See you next chapter!👐.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 342 34
welcome to my firs story. Typo berdebar. Penasaran, boleh mampir dulu siapa tau tertarik. Kalo ngebosenin tinggalin. "Bila pertemuan kita adalah suat...
541K 9.2K 18
suka suka saya.
18.7K 1.6K 53
💜LavenderWriters Project Season 06💜 ||Kelompok 03|| #Tema; Past Time •Ketua : Patimah •Wakil Ketua : Maharani --- Masa lalu hanyalah angan belaka u...
1.1M 110K 54
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...