Friendzone

By Sabiimh

54.3K 5.8K 2.4K

Copyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku... More

Prolog (NEW)
2. Jalan-jalan (NEW)
3. Jogging (NEW)
4. Kecelakaan (NEW)
5. Terbongkar (NEW)
6. Perempuan Gila (NEW)
7. Masalah Selesai (NEW)
8. Makanan Aneh (REVISI)
9. Pria Aneh (REVISI)
10. Perasaan Lebih (REVISI)
11. Kemana? (REVISI)
12. Ditolak (REVISI)
13. Murid Baru (REVISI)
14. Murid Baru Lagi (REVISI)
15. Tertutup (REVISI)
16. Mulai Terbuka (REVISI)
17. Lebih Baik (REVISI)
18. Keributan (REVISI)
18. 1 Keributan (REVISI)
19. Akur (REVISI)
20. Badmood (REVISI)
21. Masih Sama (REVISI)
22. Permainan Selesai (REVISI)
End (REVISI)

1. Hari Ibu (NEW)

5K 462 326
By Sabiimh

Sebelum membaca ada baiknya kita memvote part ini dahulu. Vote dimulai:"

Enjoy the reading! Aku harap kalian suka❤.

****

Sahabat yang baik adalah orang yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak pernah menjual rahasia diri kita.

----

Sabtu, 22 Desember 2018.

Hari dimana banyak seorang anak merayakan hari ibu.

Mengucapkan semua permohonan maaf yang menyentuh hati ibunya.

Mengupdate status tentang ibu, serta mengucapkan kata-kata manis kepada ibunya.

Berusaha jadi anak yang berbakti, dan berusaha membanggakan ibunya.

Tapi semua itu tidak berlaku bagi seorang Malik Adelardo Achilles. Kenapa tidak? Karena ibunya sudah tiada. Wanita tangguh yang melahirkannya itu, sudah bahagia di alam sana.

Hanya sebuah kenangan bersama ibunya yang membuatnya selalu menangis merindukan kasih sayang seorang ibu.

Sungguh beruntung bagi kalian yang masih memiliki ibu. Sayangi dia selagi ada, tak perlu berjanji hanya perlu berusaha menjadi anak yang berbakti.

Ara menghela napas pelan melihat Malik yang sedari tadi termenung, tatapannya kosong, ekpresinya sangat menunjukan kerinduannya pada sosok ibu.

Bahkan, senyuman manis di bibir pria itu telah tergantikan dengan senyuman pahit.

Ara pun menepuk kedua bahu Malik, prihatin. "Mal, lo jangan kaya gini, dong. Gue ikut sedih ngeliatnya."

"Gue kangen orang tua gue, Ra." balas Malik lirih.

Malik pun menghela nafas panjang, kembali melihat langit langit di atap rumahnya.

"Lo tau? Kadang gue ngerasa iri sama orang-orang yang masih bisa dapet kasih sayang dari orang tuanya, pelukan, dan perhatian. Gue juga pengen kaya mereka, Ra." Malik tersenyum lirih, mati-matian ia berusaha menahan cairan bening yang memaksanya untuk keluar.

"Orang tua gue masih ada, Mal. Mereka juga udah anggep lo kayak anak mereka sendiri. Mereka aja gak pernah bandingin kasih sayang nya ke gue, sama ke lo." balas Ara.

"Mereka nganggep lo anaknya, lo juga harus bisa nganggep mereka orang tua lo. Meskipun gue tau, orang tua gue, sama orang tua lo beda. Tapi setidaknya dengan adanya orang tua gue, lo masih bisa ngerasain kasih sayang orang tua, meskipun itu bukan orang tua kandung lo." lanjut Ara seraya tersenyum manis.

Mendengar suara lembut Ara selalu membuatnya tenang. Ia memperhatikan mata biru gadis itu, yang entah kenapa selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Makasih, Ra... Makasih karena selalu nemenin gue saat gue ngerasa udah gak punya siapa-siapa lagi. Lo selalu support gue saat gue merasa putus asa. Lo selalu setia di samping gue pada saat semua orang ngejauhin gue. Berkat lo gue selalu semangat jalani hari-hari gue." ucap Malik lalu tersenyum tulus yang selalu membuat hati Ara mengahangat.

"Mal, lo inget gak ucapan gue waktu kita masih kelas 2 SD?" tanya Ara.

Flashback on...

22 Januari 2010

Malik sangat membenci hari itu, tanggal itu, dan bulan itu.

Hari dimana rumahnya didatangi banyak orang. Bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya. Melainkan, untuk mendoakan kepergian orang tuanya.

Hari dimana ia kehilangan kedua orang yang disayanginya. Yaitu, papa dan mamanya. Dua orang tangguh yang sudah melahirkan dan membesarkan nya dengan penuh kasih sayang.

Ia merasa frustasi, kesal, sedih, kecewa berbulan-bulan. Ielalu mengurung diri di kamar, menyendiri di rumah, tidak ada siapa pun. Semuanya sendiri.

Tiba-tiba datanglah seorang gadis kecil, yang membuatnya bangkit dari kesedihan itu.

"Malik gak usah ngelasa sendili, gak usah ngerasa gak punya siapa-siapa lagi, disini masih ada Ala yang bakal nemenin Malik, biar Malik gak sendili." ucap Ara kecil, yang belum benar berbicara huruf 'R'

"Tapi, Malik udah gak punya siapa-siapa lagi, Ara." jawab Malik kecil, sedih.

"Malik gak usah sedih, Malik halusnya ngeikhlasin kepelgian kedua orang tua Malik, lebih baik kita doain meleka supaya meleka senang di alam sana, Malik masih punya Nenek, masih ada Bang Keo, sama Fley, masih ada kelualga Ala yang bakal anggep Malik bagian dari keluarga Ala juga." jawab Ara kecil panjang lebar, yang berhasil membuat Malik kecil tersenyum hangat kepadanya.

Flashback off...

"Makasih, Ara. Kalo bukan karena lo waktu itu, pasti gue sekarang masih ngerasa sendiri." ucap Malik.

"Sama-sama," balas Ara dengan senyumannya.
"Kan gue udah bilang, Mal, jangan pernah ngerasa kalo lo sendiri, jangan pernah ngerasa kalo lo gapunya siapa-siapa lagi, masih ada Nenek, Bang Keo, Frey, ada gue, ada keluarga gue, ada temen lo juga." jelas Ara.

Mendengar penjelasannya entah kenapa membuat Malik senang. hatinya menghangat, bangga kepada gadis ini. Dia selalu ceria, dan selalu bisa menghibur orang-orang di sekitarnya.

----

"Lo mau minum apaan?" tanya Malik.

Mereka sedang ada di rumah Malik. Ara merasa ingin bertemu dengan neneknya Malik.

"Gue mau jus mangga," balas Ara.

"Tunggu sebentar," Malik pun segera pergi ke dapur untuk memberinya minum.

"Nih," ia menaruh dua gelas air, satu untuknya, dan satu untuk Ara.

"Lah, kok, air putih?" tanya Ara bingung.

"Kan, gue cuma nanya lo maunya apaan, bukan gue pengen ngasih." jawab Malik enteng.

"Kalo gak mau ngasih, kaga usah nanya." omel Ara.

"Lhaa-" ucapan Malik terpotong oleh kedatangan neneknya yang baru saja akan turun dari lantai atas.

"Eh, ada Neng Ara, udah lama gak kesini. Gimana kabarnya?" ucap wanita tua tersebut.

"Baik, Nek. Nenek apa kabar?" lantas Ara dan Malik pun menghampiri nenek tersebut, membantunya turun tangga. Dan mendudukannya di sofa ruang tengah.

"Nenek sehat-sehat aja, kalian akur terus, ya, jangan pada berantem, makasih, ya, Ara udah bikin cucu Nenek bahagia lagi." ucap Anita—nenek Malik.

"Iya, Nek. Harusnya Ara yang berterima kasih, karena, Malik udah jagain Ara dari kecil. Dari dia Ara belajar banyak, Nek." balas Ara yang dibalas oleh senyuman tulus dari nenek tersebut.

"Mal, lo gak mau ngelayat orang tua lo?" Tanya Ara pada Malik.

Malik pun menepuk jidatnya.
Bagaimana bisa ia melupakan keinginannya untuk melayat kedua orang tuanya?

Lantas Malik dan Ara pun berpamitan kepada nenek Anita. Karena, mereka akan pergi ke makam.

----

Sesampainya di makam...

Disana, diatas batu nisan itu tertera nama Rifky Fahreza Achilles dan Sheeren Soffia Achilles.

Malik memandang kedua makam yang bersebelahan tersebut, ia berjongkok untuk melihat lebih dekat.

"Ma, Pa, Ini Malik. Kalian kabarnya gimana? Semoga baik-baik aja, ya. Kalian gak usah khawatir, Malik disini baik-baik aja. Ada Ara yang selalu nemenin Malik, yang selalu support Malik. Dia juga yang nemenin Malik saat Mama sama Papa pergi ninggalin Malik." ucapnya panjang lebar.

Ara sendiri? Dia hanya bungkam, dia tak tau harus berbicara apa dan harus bagaimana.

Malik menghela nafas sebentar dan kembali berbicara "Oh, iya, Ma, Selamat hari Mama. Apa Mama tau? Setiap malem Malik cuma bisa ngeliat foto-foto Mama untuk meredakan rasa rindu Malik ke Mama, namun rasa rindu Malik ke Mama kian bertambah. Malik selalu kangen saat dimanja dan tidur di pangkuan Mama. Namun, semuanya cuma tinggal kenangan, Ma. Gak ada lagi pelukan hangat dari Mama. Kenapa Mama ninggalin Malik sendirian? Malik rapuh tanpa Mama. Mama sangat berarti bagi Malik. Mama ngajarin Malik banyak hal, sampe Malik bisa berdiri sendiri.
Andai aja Malik bisa meluk Mama, andai aja Malik bisa ceritain hari-hari Malik tanpa Mama. Malik sayang sama Mama. Bukan Mama doang, Malik juga sayang sama Papa." Ucapnya panjang lebar. Tanpa ia sadari air matanya jatuh begitu saja.

"Papa dulu suka bilang sama Malik. Kalo Malik udah dewasa, Malik harus jadi laki-laki yang bertanggung jawab. Malik gak boleh cengeng, tapi kali ini aja, ijinin Malik buat nangis. Malik kangen sama kalian." lanjutnya.

"Mal, gue yakin, kok, Mama sama Papa lo pasti di sana bangga punya anak kaya lo." akhirnya Ara pun berbicara setelah sekian lama dia bungkam.

"Makasih, Ara," ucapnya, yang dibalas dengan senyuman dari Ara.

"Kalo lo ada masalah cerita aja ke gue. Janji jangan pernah ngerasa kalo lo sendiri lagi?" tanya Ara.

"Janji," balas Malik.

-To be continued-

Kalo kalian suka sama chapter kali ini jangan lupa di vote🌟.
Kalo punya kritik dan saran, silahkan komen😉.
Dan kalo seneng sama ceritanya jangan lupa ditambahkan ke perpustakaan dan reading list kalian❤.
Supaya apa? Supaya kalian tahu kalau aku ngeupdate chapter baru ceritaku. Hhe...

Follow me on Instagram🍭.
@Sabiimh.06

See you next chapter!👐.

Continue Reading

You'll Also Like

472K 41.5K 55
Mungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh datang di waktu yang tepat.
24.9K 1.9K 53
#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bert...
1.1M 2.8K 18
🔞 Bluesy area, mengandung 21+ 🔞 - oneshoot ! ranked; #1 Karina 24/6/2023 #1 Bluesy 25/6/2023 #1 Karinajeno 7/9/2023
1.7M 67.9K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...