GAVONOR (DIBERHENTIKAN)

By vinaananta

11.3K 1.3K 108

End [CERITA SUDAH DIBERHENTIKAN] Sebuah sekolah dengan nama Groner School adalah sebuah sekolah elite yang be... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
JEDA SEJENAK
Sapa👋

20

318 40 5
By vinaananta

Ini sudah hampir seminggu semenjak Flexion pergi dan sampai sekarang juga tak pernah kembali ataupun menampakan batang hidungnya. Keadaan begitu hening, Relice hanya makan dalam diam. Dia begitu murung hari ini.

Dua koper bewarna biru dan jingga ada di bagian sofa, dua koper itu adalah kepunyaan Ivory dan Sacha. Keduanya akan pergi menjalankan misi sebagai utusan dari Jepang. Mereka akan menuju ke Jerman untuk meminta kerja sama, lebih tepatnya melakukan kerja sama untuk menyelamatkan dunia dari cengkraman Wistrame yang juga sekarang menjadi penguasa Amerika.

Kelima anak yang tersisa adalah Cloza, Torto, Relice, Ivory, dan Sacha. Tapi karena Ivory dan Sacha akan pergi sebagai utusan Jepang menuju ke Jerman. Jadilah Cloza yang akan mengambil alih, dia akan memimpin teman satu kelompoknya.

Walau sekolah tetap diliburkan dan banyaknya anak-anak yang dikirim keluar untuk menjadi utusan. Tetap saja masalah clatwog tidak kunjung usai. Cloza sendiri ahkir-ahkir ini sering pergi sendirian dan bertemu dengan clatwog dengan level tinggi. Untungnya Cloza berhasil meringkus dan membuat para clatwog dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah.

Resiko tinggi sebenarnya bagi Cloza yang mata kananya seringkali sakit. Tapi bagi Relice yang mendapat kabar dari kakak saja tidak, juga ayahnya seperti tidak peduli. Gadis itu sering bertanya pada ayahnya beberapa hari ini. Tapi hasilnya nihil. Bahkan ayahnya sendiri tidak tahu keberadaan sang kakak.

"Baiklah, selama aku dan Sacha pergi kalian jangan membuat masalah. Sebaiknya kalian terus berjaga diri, oh iya satu lagi. Cloza jaga Relice ya, itu tugasmu." Ivory seakan-akan mengingatkan tugas penting dari Flexion saat itu kepadanya.

Cloza hanya diam lalu mendengus malas. "Aku tahu, dasar tolol."

"Kata-katamu terlalu menyakitkan, Cloza." Ivory meringis kesal. "Omong-omong Torto, kamu banyak diam ahkir-ahkir ini, ada apa denganmu?"

Torto mengerjap lalu hanya tertawa. "Ah, tidak apa-apa kok... aku hanya merasa lelah. Aku ke kamar dulu ya, aku mau beristirahat dulu."

Cloza hanya melirik datar lalu menaikkan salah satu alisnya menyadari ada yang aneh dengan Torto ahkir-ahkir ini. Laki-laki itu sering melamun, bahkan Relice pernah melihat Torto sedang bengong dan tampak sangat berpikir keras. Gadis itu sampai menampar pipi Torto supaya sadar. Cloza, Ivory, dan Sacha saja sampai kaget saat mendengar tamparan keras dari Relice kepada pipi Torto.

"Dia ahkir-ahkir ini seperti seorang mayat hidup." Relice menggumam lalu berdiri dan mengambil gelas. Gadis segera menuangkan air dari gelas besar ke gelasnya yang lebih kecil. Ia menegak air itu hingga tandas. "Ada apa ya dengannya? Rasanya ada yang aneh saja."

Cloza mendesah pelan merasa lelah dengan semuanya. "Jangan pikirkan tentang Torto, dia mungkin sedang setres."

"Kata-katamu terlalu tajam," desis Sacha kesal dan menatap Cloza dengan tatapan mencela. "Ya-ya, aku taju aku terlalu tajam, tidak perlu memujiku."

"Hei! Aku tidak sedang memujimu."

"Kalau kamu tidak cepat, akan tertinggal kereta loh." Cloza berkata santai sambil menarik Relice ke dekatnya dan mengambil gelas gadis itu. "Kau mengambil gelasku Elice, apa kamu tidak lihat namanya?"

Relice terdiam lalu menatap cermat ke arah gelas yang dipegang oleh Cloza. Matanya menyipit lalu terbelalak ada nama Cloza di sana. Wajahnya memerah dan agak salah tingkah.

"Ah... maafkan aku Oza, aku tidak terlalu memerhatikannya." Relice berkata pelan lalu menatap ke arah Cloza dengan rasa tak enak.

Wajah gadis itu terlalu memerah, sedangkan Cloza hanya diam lalu tersenyum kecil. Ia merenungkuh bahu Relice ke dekatnya.

"Tidak masalah kalau memang kamu mau gelas itu," ujar Cloza pelan, ia menatap gelas itu lalu nama yang ada di sana berubah menjadi 'Elice'.

"Langsung berubah ya?" Relice meringis kecil, "tapi kok tidak ada 'R'nya?" Relice bertanya bingung.

"Aku memanggilmu Elice, jadi aku memberi nama di sini dengan nama yang aku panggilkan kepadamu. Tidak masalah bukan?" Cloza menggumam pelan. "Sebagai gantinya, gelasmu akan menjadi milikku."

Relice terbelalak kaget. "T-tapi kan warnanya merah muda, Oza! Aneh dong untukmu!" Relice berteriak agak keras ke arah Cloza yang berjalan menuju ke tempat gelad-gelas.

"Bisa aku ubah warnanya, Elice." Cloza menjawab santai. Cloza mengambil gelas milik Relice lalu menatapnya sebentar dan gelas itu berubah menjadi hitam. Ia segera mengubah nama di sana dengan tulisan 'Oza'.

"'Oza' untukku, 'Elice' untukmu." Cloza menjawab santai. "Kan jadi impas."

Relice tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. Ia lalu menatap Sacha dan Ivory yang sebenarnya sedari tadi masih di sana.

"Kalian jadi seperti sepasang kekasih saja."

Cloza menatap datar lalu mendengus malas. "Aku yakin kalian akan ketinggalan kereta." Cloza membalas perkataan Ivory dengan wajag kesal saja.

"Haha, itu lucu Cloza... tinggal dikejar pakai kekuatan Sacha juga sampai kok."

"Omong-omong, aku mau berbicara sebentar denganmu." Sacha berkata pelan. "Ikut aku dan Ivory sebentar."

Cloza hanya diam lalu meletakkan gelasnya ke meja dan berjalan menjauh dari Relice yang hanya menatap datar. Laki-laki itu keluar dari ruangan itu dan menatap dengan tangan terlipat di depan dada.

***

"Jadi apa yang mau kamu bicarakan denganku?" Cloza bertanya datar.

Ivory maju selangkah dengan tatapan begitu serius. Laki-laki dengan rambut coklat gelap dan mata hitam itu mengambil sebuah buku kecil di saku mantel coklat terangnya.

"Ini." Ivory berkata datar, "buka saja nanti, saat aku sudah pergi."

"Isinya apa?" Tanya Cloza sambil menatap buku kecil itu. Buku itu bersampul coklat dan ya, terlihat tidak mewah sama sekali. Seperti buku tua yang tidak guna.

Sacha terkekeh pelan. "Kau akan tahu isinya saat kamu membukanya. Dan jika kamu sudah tahu isinya, jangan sampai ada yang mengetahuinya selain dirimu. Tidak boleh ada yang tahu, hanya kamu saja yang tahu itu cukup. Mengerti?"

Cloza tampak terdiam lalu mengangguk sebagai jawaban. "Sebenarnya aku tidak mengerti dengan perkataanmu, tapi ya sudahlah. Akan kubuka nanti." Cloza menjawab datar. "Omong-omong, aku yakin keretanya sudah jalan."

"Aku tahu," desis Ivory kesal. "Ayo, Sacha, kita harus pergi."

Lalu kedua orang itu melesat pergi meninggalkan Cloza dalam keheningan yang panjang. Cloza menyipitkan matanya lalu terkekeh pelan. Dia tahu sebenarnya, sedari tadi ada yang menguping pembicaraannya dengan Ivory dan Sacha.

"Hei, kamu di sana kan? Sudah puas mendengar percakapanku dan double black?"

Orang itu berdecak. "Terserah, dari mana kamu sadar akan keberadaanku?"

Cloza tertawa kecil. Ia berbalik lalu menatap datar ke arah orang itu. "Kamu bodoh ya? Tidak mungkin aku tidak sadar dengan keberadaanmu dan gadis itu."

"Terserah." Orang itu membalas datar.

"Ada apa denganmu, Torto?" Cloza bertanya dengan mendesis. "Kamu seperti sedang mengawasiku, tingkah bodohmu yang pura-pura tampak seperti orang bengong setiap harinya. Itu hanya akting bukan?"

Torto terkekeh. "Kamu tahu... sungguh hebat."

Cloza berdecak, ia mengusap mengacak-acak rambutnya kesal. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Relice akan mati." Soila berkata tiba-tiba, "jangan mencintainya jika kamu tidak mau tersakiti."

Cloza menyipitkan matanya ke arah Soila, dia menatap tajam ke arah Soila. Cloza segera maju selangkah lalu menaikkan dagunya sedikit.

"Apa maksudmu?"

"Seperti kata Eira," desis Torto, "Relice akan mati, sama dengan Flexion yang ahkirnya juga akan mati."

"Maaf saja," desis Cloza kesal, "aku sudah berjanji kepada Flexion, aku akan melindungi Relice apapun masalahnya, apapun resikonya."

"Jangan! Jangan dekat dengannya, dia akan membuatmu dalam masalah! Kumohon Cloza, menjauh lah dari Relice. Biarkan saja dia sendiri, dia sudah dari dulu pantas sendiri. Jangan cintai dia Cloza! Aku... aku tidak mau kamu terluka. Jadi... jadi jauhi Relice! Ia hanya akan membuatmu dalam penderitaan." Soila berkata dengan air mata mengalir deras. Sedangkan Cloza hanya terbungkam dengan mata melebar.

Cloza mendesis. Tatapannya tambah tajam lalu ia segera menggeram. "Soila! Apa maksud dari perkataanmu?! Kamu tahu apa tentang takdir?!" Cloza berteriak keras. "Dasar gila!"

Cloza hendak menyentuh handel pintu saat Soila maju selangkah menarik lengan Cloza dan membuat laki-laki itu tertarik ke dekat Soila. Dan kejadian itu terlalu cepat, Soila menyentuhkan bibirnya tepat di bibir Cloza.

Cloza terbungkam dan tak bisa berkata-kata saat merasakan bibir milik Soila. Sedangkan Torto hanya diam dengan pandangan ke arah lain, dia tetap memasang pandangan lain dari orang lain. Dia memanipulasi pandangan orang lain.

Soila mundur beberapa langkah lalu menunduk dalam. "A-aku mencintaimu, aku ingin kamu baik-baik saja. Jadi aku ingin kamu menjauhinya, anggap saja Relice hanya angin lalu, kumohon."

Cloza terdiam lalu ia bersender di pintu. "Maafkan aku Soila," gumam Cloza pelan, "aku bukannya tidak menyukaimu tapi... aku tidak mungkin menjauhi Relice. Dia tidak punya siapa-siapa. Ia terlan--"

"Bohong! Dia punya segalanya Cloza! Jangan karena dia sering menangis seperti gadis cengeng, kamu anggap dia tidak punya siapa-siapa. J-jangan begitu, aku ingin kamu bahagia. Kamu akan mati jika bersama dengannya, kumohon... jauhi dia."

Soila menunduk dalam dan berkata dengan penuh keyakinan. Bahu gadis itu bergetar hebat, sedangkan Cloza tetap diam. Ia menghela napas pelan. Cloza maju selangkah lalu mengangkat dagu Soila hingga wajah Soila dan mata Soila menatap tepat ke arah mata Cloza.

"Aku tidak akan menjauhinya," gumam Cloza tenang, "maafkan aku Soila, bukannya aku tidak mau mendengarkan perkataanmu. Tapi aku tidak bisa mengingkari janjiku kepada Flexion. Aku tidak bisa, aku akan melindungi Relice apapun resikonya. Maafkan aku." Cloza menjawab pelan.

Ia menghela napas. "Aku kembali ciumanmu," ujar Cloza sambil mengecup sekilas bibir Soila. "Aku pergi dulu." Cloza menyentuh handel pintu lalu masuk ke dalam dan menghela napas pelan.

Ia menatap ke arah Relice yang sedang ada di sofa. Ia berdiri lalu tersenyum kecil. "Aku harap kamu akan baik-baik saja."

***

Wistrame berdiri menatap ke arah luar jendela pesawat miliknya. Ia menyeringai lalu berbalik dan menatap Gorinda--Profesor yang ia kenal dan berpihak padanya.

"Bagaimana, Gorin, apakah kamu bisa membuat barang yang aku minta?"

Gorinda mengerjap lalu tersenyum kecil. "Sayangnya tidak, Ame. Ini terlalu sulit, bahkan lebih sulit dari membuat Scoth."

Wistrame menggeram lalu menatap tajam ke arah Gorinda, sedangkan pria itu merasa bahwa hawa di sekitar tubuhnya terasa agak panas. Ia menelan salivahnya susah payah lalu menghela napas pelan.

"B-baim Ame, aku akan menyelesaikannya... omong-omong kenapa anda tidak segera pergi menuju ke Tokyo? Kenapa lebih memilih singgah dulu di Osaka? Bukannya tujuan--"

"Tujuanku sebenarnya adalah menghancurkan Jerpang dan seluruh negara yang mendukung Jepang." Wistrame mendesis. "Kamu tidak perlu banyak omong, dasar pria tua!"

Gorinda tersentak lalu menunduk meminta maaf dan segera keluar dari tempat singgah milik Ame. Setelah ditinggal oleh Gorinda, Ame menatap ke arah sebuah foto yang tegeletak di atas meja.

Ia menatap foto itu lalu meremasnya. "Aku akan menghancurkannya, semuanya, harus hancur. Apalagi kalian keluarga Gavonor, kalian sudah menghancurkan keinginanku, membunuh suami dan anakku. Akan kubalas perbuatan kalian hingga kalian memohon ampun padaku."

Tok! Tok!

"Masuk."

Scoth segera membuka pintu dan mendekat ke arah tuannya. "Maaf, aku sudah menemukan datanya. Ini data Gavonor yang ada di Tokyo."

Wistrame menoleh lalu mengulurkan tangannya. "Kemarikan."

Gadis itu memberikan amplop coklat kepada tuannya lalu wanita itu membuka amplop itu. Ia mulai membaca kertas itu lalu menyeringai.

"Oh... Cloza Gavonor? Nama samaran yang bagus," desis Wistrame, "lalu nama aslinya seperti apa ya?"

***

Tbc...

Siapa tokoh favorit kalian di Gavonor?

Cloza

Relice

Torto

Soila

Yang lainnya?

Continue Reading

You'll Also Like

340 92 12
Seorang pemuda bernama Nami. Sudah lelah hidup di bawah organisasi bayangan. Tanpa ia sadari, bulan diam-diam menyambut kehadirannya. Menanti dengan...
79.8K 4.3K 25
#567 fanfiction ( 20 okt 2017) lanjutan dari cintaku terkait baby sister, harap baca season pertamanya dulu ya cuzz baca aja yuk Cover by me
249K 21.2K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
319 64 13
Hanya dikarenakan Taehyun menemukan sebuah dadu, ia dan teman-temannya yang lain harus terlibat dalam sebuah game mengerikan, yang sialnya datang den...