Bangtan Daddy!

Door bypnvu

4.2M 299K 64.2K

Bangtan daddy versi kecil pindah lapak ke aplikasi Dreame dengan akun yang sama (bypnvu) - LINK DI BIO Sedang... Meer

Childish Daddy
Derpful Daddy
Cold Daddy
Sweet Daddy
Busy Daddy
Overprotective Daddy
Tired Daddy
Lazy Daddy
Cleaning Day, Daddy!
Through The Night
Through The Rain
Pregnant Daddy
Vlogger Daddy
Dating with Daddy
Dear Daddy
Baby Daddy
It's Ok, Daddy
I Need U
Bangtan Daddy
I'm Here, Daddy
The Most Beautiful Moment in Life
For You
Babies IG
Summer Beach Daddy
Mommy Daddy
Scared Daddy
HBD, Daddy
Happy Work Day, Daddy!
The Greatest Mommy
Don't say Goodbye Mom
Can I Ask, Daddy?
Daddy is Fine
Bangtan's Babies
Happy Birthday, Mommy!
Mommy Said, Fight is Care!
Love You, Mommy!
Vlogger Mommy
Spring Day
Tired Mommy
Pregnant Mommy
Bangtan Daddies' Teenager
Babbies' IG
Bangtan's IG
Mommies' IG
Teenagers' IG
Youtubers Family
kjaejin
kjaejin [2]
kjinseo
kjinyoung
Park Sibling
Jung & Kim
Kim Trouble
Kim Saera
Busy Mommy
Honeymoon with Daddy
#ARMYSELCADAY
Choose Now, Daddy
Is He My Daddy?
Yoongi 1993
Daddy Instastory
Bangtan Daddy Characters
War
Taehyung 1995
Supporting Cast Profile
Jimin 1995
Help Me, Daddy
So Sweet Daddy!
Taehyung Being Normal
Strong Daddy!
Supporting Kiddo Casts
Daddy Baby
Daddy Trip in the Jungle
Happy Birthday Daddy!
I Can See You, Daddy!
Gombalan Daddy
Tell Me the Truth Daddy
Park Sibling Teen
Jin Twins
Don't Say Goodbye, Daddy!
II. Hi Daddy!
Gojek Bangtan
II. Housekeeper Daddy
Bangtan Daddy Facts
II. I'm Sorry Daddy
Kim Trouble Teen
II. Flashback Daddy
Swagger Teen
Fake Teen
Jeoncest
II. Stop Daddy!
Let's Pray Daddy
Min Yoonhee Teen
Daddy Fall in Love at The First Sight
II. Daddy's Supermath
II. I am Home, Daddy
Jung Sibling Teen
II. Daddy's Partner
II. Brother Daddy
II. Destroyer Daddy
II. Aunty Daddy
Ask.Jin
Ask.Joon
II. I Wanna Be With Daddy
Ask.Min
Ask.Jung
II. Morning Daddy
Ask.Chim
Jung Haenggi Teen
Ask.Tae
Ask.Kook
Jung Hayoung Teen
Kim Jinwoo Teen
Park Jisung Teen
II. Bad Morning Daddy
II. Japan Daddy
Daddy as Barbie
II. Twins Daddy
Daddy as Princess
QnA with Babies
97 Line Daddies
Cha Minha Teen
Hwang Jonghyun Teen
Happy Birthday Ayah!
Jin Brothers Teen
Park Sibling Teen
Trio Bontot Teen
Kim's Daughter Teen
One Day
Happy Bunda's day!
YoonJun Teen
Let's Pray
Bangtan Teenagers Fact
Thank You, Daddy
Problematika Menuju Dewasa
Don't Cry, Daddy!
Jeon Heejung Teen
Jung Hana Teen
Ask.fm Kim Jaejin
Park Ahra Teen
Kim Jinyoung Teen
Ask.fm Min Yoonhee
Ending Scene
Years I Walked at Your Side
Tell Me the Old, Old Story
Endgame
I'm Okay Daddy!
Problematika Orang Tua
II. Min Yoonji Daddy

Jin Twins Teen

12.3K 1.4K 366
Door bypnvu

"Udah sana buruan"

"Gak ah"

"Yeee, bekicot, ngapa sih? Tadi aja lu bangunin gue sekarang malah gak jadi" omel salah satu anak ayah paling kece dengan berbisik-bisik.

Kembarannya pun menjawab dengan cebikan lucu, tapi sayangnya malah bikin mual. "Gak berani ah, takut" bisiknya.

"Lakik bukan sih lu?"

"Lakik lah, kudu gue buka boxer disini nih biar lu liat?!" Jinyoung hampir saja membuka gesper celana jeans selututnya untuk memperlihatkan bahwa dirinya benar-benar terlahir memiliki burung sama seperti punya kembarannya.

Jinseo segera menghentikan pornoaksi yang hampir dilakukan kembarannya, menggeplak kepala minim otak itu menjadi semakin menciut. "Geli tot" balasnya kesal.

Sebenarnya mereka sedang bersembunyi di pinggir tembok rumahnya untuk memperhatikan gerak-gerik salah satu tetangganya yang berhasil mencuri perhatian mereka dari dulu, yang tercuri hanya Jinyoung, Jinseo mah tingkat kepekaan cetek, kaya kobangan TPA Bantar Gebang.

"Jadi gimana nih?" tanya Jinseo sekali lagi memastikan dirinya. Seikat bunga yang dia genggam dari tadi jadi letoy saking kencengnya dia genggam.

"Ya udah tinggal gascor aja lama banget, ngantuk nih gue" balas Jinseo sudah mulai kesal dengan sifat plinplan saudara kembarnya ini.

Jinyoung melirik tak yakin, "tapi gimana kalau ditolak?"

"Ya tinggal pelet susah bener, dukun banyak noh. Udah ah sana cepet" Jinseo mendorong Jinyoung dari tempat persembunyian saking kesalnya.

Iya, Jinyoung sedang merencanakan strategi pengakuan cinta di minggu pagi kepada salah satu tetangganya yang sangat syantik 7x syantik itu, siapa lagi kalau bukan Kanjeng Ahra.

Sebenarnya Jinyoung sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari bahkan dari saat mereka masih menginjak bangku sekolah menengah atas.

Tapi itu semua cuma angan-angannya saja, sejatinya dia bingung harus mengutarakannya seperti apa, timing tidak pernah pas, dan yang parahnya lagi belum menyatakan saja Jinyoung sudah sering kena depak Ahra.

Ya habis bagaimana ya, Jinyoung ganggu banget sih. Amat teramat menganggu kenyamanan dan ketentraman warga banget kalau sudah keluar jurus gombal krupuk melempemnya itu. Sudah tidak keriyuk lagi, alot bikin kesal.

Jinyoung awalnya ingin menghampiri kembarannya lagi, namun tidak jadi karena dipelototi. Dengan langkah ragu Jinyoung menghampiri Ahra yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah.

Sebelum benar-benar menghampiri Ahra, Jinyoung sempatkan untuk menoleh menatap Jinseo seakan mereka sedang melakukan kontak batin.

"Gue takut bro"

'Santuy elah, bro'

"Deg degan nying"

'Nafas dulu lah'

"Kalau gue ditolak gimana?"

'Kita ke Banten, gue punya kenalan orang dalem di sana'

"Ok semangat"

'Gitu dong, kembaran gue namanya'

Kira-kira begitulah perbincangan batin kedua kembar pitik ayah Jin.

Jinyoung sudah berdiri di belakang Ahra, berusaha menetralkan detak jantung dan nafasnya.

"Ehem" berdehem, berusaha mengambil atensi tetangga cantiknya itu.

"Maaf mas kalau mau minta-minta saya gak punya uang" imbuh Ahra tanpa melihat orang yang berdehem tadi.

"Ra,"

Pratttttttt

"Ehhh anjirr!" teriak Ahra kaget saat balik badan dan mengetahui tetangga depan rumahnya lah yang berdiri di hadapannya.

Dan tanpa sengaja dia menyemprotkan air selang ke arah Jinyoung, jadilah Jinyoung basah kuyup kaya habis nyebur kali. "Ya ampun, Young, ngapain sih lu disitu? Ngagetin tahu" balas Ahra merasa bersalah tapi tidak mau ngaku.

Jinyoung mengusap wajahnya yang basah sembari terkekeh, "gak apa-apa kesemprot sama bidadari gue mah rela, hehe" balasnya cengengesan.

Bungsunya ayah Jimin memutar bola mata malas, "ada apaan?"

Jinyoung semakin meremas bunga digenggamannya yang disembunyikan di belakang punggung.

"Enggg..."

"Ngapa?" tanya Ahra bingung.

Jinyoung segera menyerahkan bunga yang dia beli tadi pagi hasil dari duit pinjaman Jinseo, dirinya menunduk tak berani menatap mata wanita cantik itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ahra yang diberikan bunga tiba-tiba pun kaget, dia hanya mengernyit sembari membolak-balik bunga agak letoy yang sudah diterimanya. "Lu kira gue kuburan baru dikasih kembang" katanya tanpa memikirkan pengorbanan Jinyoung subuh-subuh nyari toko bunga yang buka sampai keliling kota, nyelekit.

"Hmm, Ra," kata Jinyoung masih tak mampu mengutarakan perasannya. Jantungnya seperti mau copot saking kencangnya berdetak, tangannya bergetar, badannya menegang kaya mau pembagian nilai IP semesteran, dan rasanya dia mau ngompol sekarang.

Ahra masih menatap dengan tatapan sinis, menaikan satu alis dengan sangsi membuat Jinyoung semakin gugup untuk mengutarakan kata-kata yang sempat dia rancang di otak tapi jadi buyar.

"Ra,"

"Apaan elah dari tadi Ra Ra doang, kaya manggil tukang sayur"

Kembali Jinyoung berdehem membasahi tenggorokkannya yang kering. "ParkAhraguesukasamalumaugakjadipacargue?" katanya dengan sekali tarikan nafas.

Jelas saja wanita cantik itu ngeblank, kaget parah sampai genggaman pada selang lepas begitu saja.

Bingung si Jinyoung ngomong apa.

"Ra, gue beneran suka sama lu, gak main-main" kata Jinyoung yang mulai bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Oh jadi dia nyatain cinta.

Hah? Gimana gimana?!

Ahra sudah tidak bisa lagi mengendalikan perasaan kagetnya, dia sampai menggeleng kepala menampik keterkejutannya ini. "Bercanda lu gak lucu tahu gak"

"Gue gak bercanda, Ra"

Ahra kembali menggeleng kepala, "ini gak bener, kita teman gak lebih, dan sorry gue gak bisa terima ini" balas Ahra sebelum membuang buket bunga tadi di hadapan Jinyoung dan berlalu masuk ke dalam rumah begitu saja.

Jinyoung masih syok di tempat, semua persendiannya lemas, ototnya mati rasa, mau ambruk tapi malu, jadi Jinyoung cuma bisa menunduk diam.

Jinseo yang sedaritadi setia menonton adegan adik kembarnya menyatakan cinta segera berlari setelah mengerti dengan situasi yang terjadi, adik kembarnya tidak bisa dibilang baik-baik saja sekarang.

"Young," panggilnya pelan, takut jika membuat adik kembarnya semakin sedih.

Menghela nafas panjang, seakan mengeluarkan semua beban dari dalam hatinya, setelah merasa agak tenang barulah Jinyoung bisa mengangkat wajahnya, bertatap muka dengan abang kembarnya.

Senyuman tak lupa dia perlihatkan agar tidak terlihat lemah di depan Jinseo, "gua gak nangis, bang. Gua gak cengengkan? Beneran gua gak nangis" katanya seakan menolak kesedihan untuk mampir dalam dirinya.

Kejadian tadi pasti tidak terjadi, semua pasti cuma mimpi. Iya, kalau kenyataan pasti dia tidak akan berani bertatap muka dengan Ahra.

Tapi sayangnya, memang begitu adanya.

Kembali Jinyoung menghela nafas dan balik badan berlalu meninggalkan kakak kembarnya untuk kembali pulang ke rumah.

"Gua gak nangis, gua gak nangis, gua gak nangis" hanya kata-kata itu yang Jinseo dengar dari mulut Jinyoung yang sudah mulai menjauh.

Jinseo melihat dengan jelas bunga yang tadi Jinyoung beli dengan hasil ngemis padanya sudah tergeletak tak berdaya di dekat selang air yang masih menyala. Sekelebat kejadian tadi kembali terbayang di hadapannya.

Kali ini dia tidak bisa diam, dia harus bersama saudara kembarnya. Demi apapun Jinseo dapat merasakan semua yang Jinyoung rasakan, rasa sedih, kesal, bingung, bahagia, seperti ada radar diantara mereka berdua.

Dan kali ini Jinyoung tidak dalam keadaan baik-baik saja yang berarti dia pun merasakannya.

Jinseo berlari mengejar kembarannya, menahan tangan Jinyoung yang hampir memegang gagang pintu.

Jinyoung terdiam, menunduk tak berani menatap Jinseo. Karena sejatinya dia sudah tidak mampu menahan air mata, dia malu jika kembarannya melihatnya menangis. Dia sudah kuliah masa cengeng, begitulah pikirnya.

"Nangis aja, lu gak cengeng kok" kata Jinseo seakan mengetahui isi pikiran Jinyoung.

Dan untuk beberapa lama mereka terdiam dengan tangan yang saling menggenggam, membiarkan air mata Jinyoung jatuh tanpa suara.

---

"Dek, panggilin abang sama mas gih suruh makan malam, kok belum keluar tumben" ujar Jin saat keluarga kecilnya sudah mengumpul di meja makan minus si kembar.

Jinwoo yang sedang mabar hanya mampu bilang "nanti" karena tidak bisa diganggu.

Bunda yang sedang menyendok nasi untuk ayah segera bersuara, "eh disuruh ayah itu,"

"Bentar" balasnya malas.

"ML terus ML, pilih ML apa ayah?" seru ayah galak.

"ML lah gila ayah..."

Takkkk

"Aduh bundaaaa" teriak Jinwoo kesakitan karena bibirnya kena tampol pake centong sama bunda. "Tuh kan kalah"

"Cepetan!" bunda melotot membuat Jinwoo tak punya nyali melawan perintah Nyai Pantai Indah Kapuk.

Tapi baru mau bangkit dari kursi, yang akan dipanggil sudah menampakkan batang hidungnya di ruang makan.

"Nah tuh kan dateng," balas Jinwoo kembali duduk dan lanjut bermain lagi.

Jaejin mengernyit melihat adiknya kurang satu personil, "Jinyoung mana?"

Jinseo mengambil duduk di samping kakak sulungnya, "udah tidur, tadi udah makan kok" bohongnya. Padahal Jinyoung belum menyentuh nasi dari pagi.

"Beneran?" tanya bunda yang terlihat tidak percaya.

"Hmm" balas Jinseo sembari sibuk mengambil porsi makannya.

Selesai makan malam semua langsung masuk ke kamar masing-masing, Jinseo mengambil makanan secara sembunyi-bunyi lalu masuk kamar tanpa ketahuan.

Dia menyodorkan sepiring makanan ke Jinyoung yang tengah duduk merenung di meja belajar.

"Makan"

Jinyoung hanya melirik tak minat lalu menggeleng.

"Lu belum makan dari pagi"

"Gak laper" jawab Jinyoung pelan.

Sifat Jinyoung yang ini nih yang bikin Jinseo kesal, setiap ada sesuatu yang dipikirkan dia bakal puasa makan seharian, bahkan bisa berhari-hari  hanya menenggak air putih itu pun jarang. Makanya tak heran jika Jinyoung terlihat seperti tengkorak yang tinggal tulang, kulit, sama kentut doang.

"Gak lucu kalau lu mati cuma gara-gara ditolak tetangga" Jinseo agak membanting piring di meja. "Makan" katanya penuh penekanan.

Pengais bungsu bunda itu lagi-lagi menghela nafas panjang.

Tak nampak Jinyoung yang cerewet, bawel, dan ceria. Seakan sifat ceriwisnya lagi mode off. Dan ini bikin Jinseo sedih.

Walaupun risih melihat kelakuan absurd Jinyoung, jujur saja kalau Jinseo lebih suka Jinyoung yang pecicilan daripada seperti manusia kehilangan semangat hidup seperti ini.

"Young, makan. Kalau lu sakit gua juga ikutan sakit, lu tega lihat bunda ayah capek ngurusin kita sakit?" bujuk Jinseo lagi.

Mungkin memang punya ikatan batin yang kuat atau bagaimana, tapi memang benar jika salah satu dari mereka sakit maka yang satunya juga akan ikut sakit. Jadi biasanya bunda dan ayah akan merawat dua anak ayam sekaligus jika salah satu anak kembarnya sakit.

Tak ada pilihan lain selain menyuap sesendok nasi ke dalam mulut. Dan Jinseo pun dapat bernafas lega melihat kembarannya makan. Tak terasa senyuman mengembang begitu saja saat melihat Jinyoung mulai menurutinya.

Hari demi hari tak ada lagi lelucon receh turunan ayah yang dibuat Jinyoung, tak ada lagi manusia yang sibuk isengin orang satu rumah sampai teriak-teriak di kediaman Seokjin, tidak ada lagi orang bertoa gede yang bikin geger satu komplek, tak ada lagi manusia yang suka diam-diam narikin kolor ayah sampai si empu kolor ngejitakin orang itu tanpa ampun.

Pokoknya semua orang di rumah Kim itu dibuat bingung dengan kelakuan Jinyoung yang berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di kamar.

Ayah sampai menyangka kalau Jinyoung kemasukan mahluk halus dan ingin memanggil pak ustadz, tapi kalau dipikir-pikir lagi mahluk halus juga ogah ngerasukin manusia yang lebih serem dari mahluk halus macam Jinyoung.

Jinseo pun yang akhirnya kena tumbal, dia dijadikan narasumber untuk melengkapi hasrat kepo orang-orang rumah soal Jinyoung.

"Kembaranmu kenapa, bang? Kok diam mulu dari kemarin-kemarin, tumben. Batrenya abis apa?" tanya ayah yang lagi duduk di ruang tengah. Merasa hampa gak ada yang narikin kolornya lagi.

Jinseo hanya dapat menggedikkan bahu, "kotak ketawanya abis kali yah"

"Kasihan. Kamu beneran gak tahu dia kenapa?" Ayah jadi ikut prihatin.

Jinseo kembali menggidik. Dia tidak mau masalah ini menyebar ke yang lain, cukup dirinya yang tahu betapa malunya Jinyoung ditolak mentah-mentah sama tetangga depan.

"Ya udah, abang masuk kamar dulu ya yah" pamit Jinseo.

Jin menahan pergerakan anaknya, "ayah gak tahu apa yang sebenarnya terjadi sama anak itu. Tapi ayah mohon sama abang buat selalu ada untuk Jinyoung. Kalian kembar, kalian pasti lebih paham perasaan kalian satu sama lain."

Jinseo tersenyum kecil lalu mengangguk, "iya yah" jawabnya sebelum benar-benar meninggalkan ayahnya.

Semua pasti rindu Jinyoung yang energetic, tanpa dirinya rumah sepi kaya pasar malam kalau pagi.

Usilnya yang ngangenin walaupun menyebalkan, suara tawanya yang bising bikin sakit kuping tapi enak di denger, kelakuannya yang kaya tarzan baru balik kampung yang bikin semuanya tertawa.

Tapi memang ada masanya semua itu menghilang seperti saat ini. Tapi mereka harap masa itu tidak hilang selamanya.

"Young, mcd kuy?" tanya Jinseo baru masuk kamar dan langsung disuguhi dengan gundukkan besar di kasur bawah.

Terlihat gerakan badan dari gundukan tersebut yang berarti tidak.

"Ayolah, sumpek gue libur gini gak punya gawean"

"Sendiri aja" kata Jinyoung pelan tapi masih dapat didengar oleh Jinseo.

"Gabut ah sendiri mah. Ayolah temenin"

"Males bang"

"Ayolah, gue bayarin"

Jinyoung segera bangkit setelah mendengar kata terakhir.

Dibayarin memang selalu menjadi senjata ampuh mau dalam keadaan sesedih apapun, namanya dibayarin mah gak nolak.

Mereka sudah sampai di mcd, meja mereka juga sudah penuh dengan pesanan masing-masing.

Ada kentang, ayam, appelpie, mccafe, mcflurry, dan chocotop di genggaman Jinyoung.

"Jorok banget anjir, itu es krimnya berantakan kemana-mana" Jinseo melempar selembar tissue ke arah kembarannya, meminta Jinyoung untuk mengusap bekas es krim yang belepotan di wajah.

Heran itu es krim bisa belepotan sampe jidat.

"Kangen banget sumpah sama es krim satu ini, terakhir kapan kita beli ini ya?" takjub Jinyoung.

"Pas di Jepang" balas Jinseo yang sibuk mengunyah ayam fret ciken/?

"Wah iya gila, gue jadi kangen Jepang, kangen sama Takuya, Mina, Sana, Hitomi, sama siapa tuh satu lagi kembang yang geulis pisan?" tanya Jinyoung menggebu-gebu.

Syukurlah Jinyoung yang bawel, cerewet, dan banyak tanya sudah kembali. Jinseo sampai tersenyum dibuatnya.

"Sakura," balasnya.

"Wah iya itu dia, cantik banget parah, dia pernah ngajakin gue ke toko komik tahu gak?" cerita Jinyoung.

"Masa?"

"Iya beneran gila parah parah"

"Bodo" balas Jinseo dengan senyuman mengejek.

Jinyoung melempar kentang ke arah kembarannya dengan sebal, "yeee mahmudin, kembaran lagi cerita juga"

Jinseo tertawa mendengar gerutuan Jinyoung, "abis mulut lu bacot banget, mending kaya kemaren anteng tuh mulut"

"Oh jadi lu maunya gue galau mulu gitu biar gak berisik, iya?" Jinyoung merubah mimik wajahnya menjadi datar kembali, "gue diem aja"

"Yee baperan banget anaknya Pak Seokjin anjir, iya kaga elah." Jinseo melempar kentang yang langsung masuk mulut kembarannya. Kaya lagi ngasih makan buaya.

Buaya darat.

Eh iya mana ada buaya darat ditolak langsung nangis.yHaaa.

"Haha, stres kan lu gue diem aja" balas Jinyoung.

"Ngapain amat gue stres mikirin lu"

"Kalau gak stres lu gak bakal bayarin gue makan di sini." gigi-gigi rapihnya terbuka lebar membuat pengais bungsunya ayah terlihat semakin manis.

"Thanks ya, selalu ada buat gue. Gue tahu gue emang kembaran yang gak tahu diri bikin lu susah mulu, tapi gue beruntung banget dapet kembaran tsundere bala-bala macam lu," balasnya dengan senyuman yang lebih tulus.

Jinseo tak tahu harus membalas apa, disatu sisi dia mau tersenyum karena berhasil mengembalikan kembarannya seperti semula, tapi disisi lain dia tengsin buat memperlihatkan senyumannya, ini tidak termasuk sks yang diajarkan Om Yoongi.

"Ah jadi makin sayang, sini cium dulu sayang" kata Jinyoung menegerucutkan bibir seperti orang ciuman.

"Jijik blog!" Jinseo sudah melempari Jinyoung dengan kentang.

"Ah sayang, jadi makin cinta" Jinyoung sudah berdiri dari bangkunya dan menghampiri Jinseo yang terus menghindar.

Dengan cara apapun dia berusaha menjauh dari ciuman maut yang bakal beneran Jinyoung berikan pada Jinseo.

Malu anjir diliatin orang, disangka maho.

"Jinyoung! Itu Sakura!" teriak Jinseo menunjuk ke sembarang arah.

Jinyoung segera menoleh dan mencari sesorang yang bernama Sakura, "mana mana mana?"

"Di Jepang lah, tot" kata Jinseo enteng sembari menjauhi Jinyoung menuju tempat cuci tangan.

Jinyoung yang merasa dikhianati oleh kembarannya terlihat sebal. "Tega kau membohongiku Esmeralda!" teriak Jinyoung yang menjadi bahan tontonan warga mcd.

Namanya juga Jinyoung tiada hari tanpa bikin malu.

Jinseo menyuci tangan di sink yang tersedia, awalnya dia cukup tenang, namun setelah melihat siluet seseorang yang dikenal dia kaget tapi dia bisa mengendalikan itu.

"Jinseo," panggil orang itu.

"Eh Ahra" balas Jinseo dengan senyuman setelah itu mengeringkan tangan dengan cara diciprat-ciprat. "Sendiri?" tanya Jinseo.

"Gak, sama Cheonsa, lu sama..."

"Jinyoung" jawab Jinseo dengan senyum kecil.

Ntah kenapa hatinya sedikit tercubit setelah menyebut nama adiknya di hadapan wanita yang telah menolak Jinyoung mentah-mentah.

"Ra,"

"Ya?"

"Soal Jinyoung..."

"Udah kok, udah gua maafin, udah gak usah dibahas" potong Ahra.

"Gua rasa elu yang harusnya minta maaf sama dia, secara langsung lu yang bikin dia rapuh. Lu bikin dia benar-benar down sampai satu rumah bingung harus ngapain" jelas Jinseo dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kenapa lu gak kasih dia kesempatan? Setidaknya lu baru bisa nilai lu nyaman apa gak sama dia pas setelah lu jalanin kan" lanjutnya.

"Itu sih terserah lu, gue gak bisa maksa, tapi gue harap lu bisa ngasih Jinyoung kesempatan buat ngerebut hati lu" Jinseo tersenyum simpul dan hampir meninggalkan Ahra jika saja ucapan Ahra tidak membuatnya spot jantung.

"Gue sukanya sama lu, Seo"

Tanpa mereka sadari Jinyoung sedaritadi menguping pembicaraan mereka dari balik dinding sink.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

31.3K 712 14
Menguasai bahasa korea dalam waktu singkat. Materi simple namun berkualitas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Korea Anda dengan tatabahasa yang...
22K 5.4K 23
❝Kamu satu-satunya orang yang mau berteman sama aku.❞ Di masa sekolah pasti ada yang namanya bullying. Ini sempat dirasakan cowok pendiam, Azka Raven...
154K 10.8K 37
[Re-Editing Process] Kesalahanku di masa lalu tentu saja tidak bisa dimaafkan. Begitu dalam aku menyakitinya, aku bahkan pantas mendapatkan balasan k...
753 483 48
(BIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) Aku menatap punggungnya dengan senyum yang terus terukir di bibirku. Hingga saat ini pun, aku masih belum percaya tak...