Semilir angin di bulan Agustus nyatanya tak sehangat nama musim yang kini sedang bergulir di tempat itu. Bisa dirasakan hawa dingin yang terasa di musim panas kali ini. Bukan, bukan cuaca yang membuatnya dingin tapi hatinya mendingin dengan sendirinya seperti tertimpuk ribuan gumpalan salju.
Jimin diam terpaku menatap gundukkan tanah yang penuh bunga tabur dengan seribu wewangian yang menjelaskan hati laranya. Hatinya bagai tercabik dan hancur berkeping-keping seperti serpihan debu. Mungkin jika ada kata selain sedih yang mampu dijelaskan itulah yang saat ini Jimin rasakan.
Tak ada sepatah kata yang keluar, hanya tetesan air mata dengan wajah menunduk menutupi semua keputus-asaannya yang terlihat jelas dalam mimiknya. Sekarang Jimin hanya mampu meraung dalam hati meneriakkan kata maaf untuk seseorang yang telah tertutup tanah.
Upacara pemakaman atas nama Ahn Sorim baru saja selesai dilaksanakan, kerabat dan para pelayat lainnya mulai meninggalkan area pemakaman, tapi Jimin masih tetap setia berdiri sembari menatap kuburan di sampingnya seperti berharap sesuatu yang dia tunggu akan benar-benar kembali.
...
CERITA INI SUDAH PINDAH LAPAK YA KAWANQ, BISA DI CEK DI APLIKASI DREAME DI AKUN @BYPNVU
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Daddy!
FanfictionBangtan daddy versi kecil pindah lapak ke aplikasi Dreame dengan akun yang sama (bypnvu) - LINK DI BIO Sedangkan yang versi gede masih stay di sini