Red Sensation (YoonHun)

By Intana94

41.6K 4.7K 866

•Cover by Kak Yien RED SENSATION Im Yoona seorang supermodel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17

9

2.1K 288 60
By Intana94

Duhhhh,,, sangking lamanya gue gk up, mungkin kalian sudah lupa jalannya cerita ini..😊😊
Untung ada yang nagih.. kalo enggak mungkin gw juga udah lupa klo punya tanggungan FF :v 😄😊

Happy reading guys...

Red Sensation (Chapter 9)

   🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
      

"Tak akan ada yang bisa menebak sebelum waktunya"
 

           
🌹🌹🌹🌹

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°


Sesuai lama waktu perjalanan, mereka sampai dikota tempat kakek Sehun tinggal. Bukan sampai pada tempat tujuan, melainkan masih kurang lebih lima belas menit lagi untuk benar-benar sampai di kediaman bangsawan sosial itu. Perjalanan terasa tak menyenangkan. Karena mungkin Yoona memang berniat mengunci rapat mulutnya. Ingin ditegur pun percuma, karena Sehun pun juga tak ingin berdebat dengan wanita itu.

Dan sepertinya Yoona memang pandai menjaga pikirannya. Sedari tadi matanya hanya fokus pada jalanan gelap, yang meremang dengan lampu jalan berwarna kuning. Bahkan dirinya berpura-pura berfikir 'Wah, bukankah pohon itu sangat besar? Wow, itu tebing yang sangat keren' Astaga, Sungguh kekanakan.

Tapi lama memikirkan itu, Yoona merasa bosan juga. Sepatu boots beludru nya mengetuk-ngetuk lantai mobil, jas pria itu juga masih setia menyelimuti pahanya.

"Apa masih lama?" Tanya nya spontan tanpa rasa canggung. Yoona menatap Sehun yang fokus menyetir dengan mata bulatnya yang terlihat polos.
"Lima belas." Jawab Sehun yang sesekali menatap Yoona selagi matanya fokus memadang jalanan beraspal. "Lima belas menit lagi." Ulangnya.
Benar jika Sehun juga merasa perjalanan kali ini memang membosankan. Hanya suara kicauan burung hantu yang terdengar, dan itu terdengar menyeramkan menurut Yoona.

"Ingin kuputarkan musik?" Tawarnya, tapi Sehun tidak menunggu jawaban Yoona, tanganya dengan santai memutar music klasik yang menenangkan pikiran.

Well, music yang biasa diputar dikerajaan atau semacamnya. Dan Yoona tau, mungkin Sehun sudah terbiasa dengan gaya hidupnya yang serba berkelas, sampai selera music pun yang juga sesuai dengan krakternya.

Yoona seakan terhanyut oleh melodi oskestra dalam music yang Sehun putarkan. Gesekan violin dan dentingan piano membawa pikiran Yoona menjadi rileks. Dan kalau boleh jujur, Yoona mulai menyukai genre musik yang seperti ini.

Setelah kurang lebih lima belas menit kemudian, Gerbang tinggi menjulang berada tepat didepan. Gerbang itu membuka otomatis dan menutup kembali setelah mobil memasuki area kediaman bangsawan sosial itu. Area rumah masih terlihat jauh disana. Bahkan masih lebih dari sekitar seratus lima puluh meter dari gerbang tadi.

Halamannya sungguh luas seperti lapangan golf, Bahkan setelah Yoona sadari, jalanan pegunungan yang ia lewati tadi semata-mata khusus digunakan untuk menuju kemari.  Hanya kediaman inilah yang berada dipuncak pegunungan. 

Masih melewati area halaman—yang nyaris seperti lapangan golf itu, Pohon cemara tumbuh dipinggiran. Lampu taman pun berjejer rapi ditepi aspal. Tepat didepan rumah yang nyaris menyerupai istana putih itu, terdapat sebuah air mancur tingkat tiga yang dikelilingi oleh lampu sorot berwarna biru. Arsitekture rumah ini sungguh berkelas, aksen romawi bercampur gothic pun menjadi detail setiap bangunan disini. Terlihat di sebelah kanan, terdapat rumah kaca prisma segitiga  yang bentuknya seperti musium Louvre di Paris yang terasa hujau dipandang.

Dua pengawal dan seorang valet yang bersiaga didepan rumah, menunduk memberi hormat ketika mobil Sehun berhenti didepan mereka. Sehun mematikan mesin dan keluar dari mobilnya.Valet itu membantu membuka pintu mobil disamping Yoona dan kemudian menutup pintunya lagi.

"Tn. Wilson sudah menunggu anda didalam, Tuan Muda" Katanya sopan dalam bahasa Jerman. Sehun mengangguk. "Tolong antarkan dia" Ucapnya sambil memandang Yoona.

                   °•°•°•°•°•°•°

Yoona POV

Nyonya Emma menyambutku dengan begitu hangat. Ia terlihat elegan dengan vintage dress berwarna hitam dan rambut yang disanggul rendah. Beliau membawaku ke area outdoor belakang yang dihubungakan oleh jalan setapak di samping Rumah kaca berbentuk prisma segi tiga.

Dan akhirnya kami berakhir duduk di teras belakang rumah utama.  Didepannya terdapat kolam renang bundar dan kursi santai ditepinya. Area outdoor yang nyaman, lampu bercahaya kuning juga menghiasi setiap sudut dan dinding-dinding pilar. Mawar merah pun menjadi penghias di meja bundar hadapanku.

"Apa pemotretannya berjalan lancar?" Madam Emma mengawali pembicaraan kami.
Aku tersenyum menanggapinya. "Semua berjalan dengan baik, Madam"

"Ku harap proyek Putraku kali ini sukses." Seorang valet menuangkan wine kedalam gelas dihadapanku.  "Dia telah bekerja keras. Dan itu membuatku bangga akan keberhasilannya selama ini."

Dan aku hanya bisa kembali tersenyum mendengar penuturannya.

"Sehun selalu menggengam tanganku dan mengatakan semua berjalan dengan baik. Dia putraku satu-satunya, maka dari itu aku selalu menghawatirkannya."

"Dia melakukan semua dengan baik madam. Dia terlihat berambisi atas semua usahanya."

'Astaga, Kenapa aku jadi memujinya?'

                   °•°•°•°•°•°•°

"Sepertinya kau harus melihat rancanganku" Madam Emma menuntunku kesebuah ruangan pribadinya setelah makan malam kami telah usai dengan diselingi oleh beberapa obrolan mengenai pekerjaan.

Mataku berbinar sempurna. Mengamati seluruh ruangan ini yang bahkan seperti museum  yang dipenuhi gaun. Manekin-manekin berlapis gaun berjejer di setiap sudut ruangan. Disekelilingnya pun terdapat lemari kaca yang didalamnya terdapat rancangan kostum yang digantung rapi.  Madam Emma berjalan mendahuluiku. Membuka pintu khusus dalam ruangan itu dan mempersilahkanku masuk.

Ternyata ini adalah ruangan pribadinya. Sebuah meja kerja dan dua buah sofa didepannya menjadi center ruangan ini. Dibelakang kursi kebesaraannya pun sudah berdiri sebuah manekin dengan gaun merah yang melapisinya.

"Gaun itu ku buat khusus. Kupikir merah akan terlihat bagus untukmu."

Gaun merah velvet itu terlihat sangat mewah. Dan aku menyukainya. Detail kelopak mawar menghiasi bagian pinggangnya. terlihat simple namum elegan.

"Setelah ini, kuharap kau yang mengisi edisi majalahku. Sebenarnya aku masih berat hati karena kau tidak mengikuti fashion week di Paris minggu lalu. Tapi aku sedikit lega karena kau bekerja sama dengan putraku dan memilihmu untuk menjadi brand ambassador perusahaannya." Ujar madam Emma.

Aku terkikik mendengarnya. "Madam, manager yang memaksa untuk ku menyetujui kerjasama itu."

"Loey? Aku kenal baik dengannya. Dia sahabat Sehun sejak kecil."

"Kudengar juga seperti itu. Maka dari itu dia tetap memaksaku".

Kami sama-sama tertawa kecil. "Dia anak yang baik. Leluconnya kadang membuatku tertawa. Bahkan dia sering berguarau dengan ayah Sehun." Madam Emma berdiri dan mengambil ponselnya.

"Dia memang memiliki selera humor yang tinggi Madam, bahkan aku pernah dibuat jengkel karenanya". Aku berjalan mengamati beberapa pajangan kemenangan. Berdiri didepan lemari kaca yang meperlihatkan beberapa piagam ber-frame dan puluhan medali emas terpajang rapi di lemari kaca sudut ruangan. 

'Kejuaraan anggar?'

"Madam atlit anggar?" tanya ku spontan.

"Putraku. Sehun dulu nya adalah atlit anggar"

What??!

Pantas saja Loey menjadi temannya. Karna ku pikir, mungkin mereka pernah bertemu sebelumnya di olimpiade anggar. 

Aku melanjutkan pengamatanku, hingga pandanganku terfokus pada lukisan yang menggantung di belakang sofa. 'Sepertinya aku pernah melihat lukisan bergaya seperti ini.' Tapi dimana?

Aku semakin menjelikan pandanganku pada detail gambar lukisan ini.

Seorang perempuan bergaun merah yang terlihat menaiki tangga dengan red carpet sebagai alasnya. Wanita itu, memunggungi siapapun yang melihatnya, karena perempuan itu terlihat menuju sebuah pintu lebar diatas sana, yang menampilkan langit malam dengan Bulan purnama,
Ah Tidak. Itu bukan bulan purnama biasa,

mataku semakin fokus melihatnya.

itu adalah—,
Wow,  itu Red Moon?
Astaga, ini benar. Bulan merah itu menjadi tujuan si wanita. Dan kupikir, lukisan itu memiliki sisi yang misterius, seolah-olah wanita bergaun merah itu ditakdirkan sangat istimewa,  dirinya akan menjadi wanita yang terpilih. karena  takdir akan membawanya berdampingan dengan sang bulan merah.

"Penuh Misteri bukan?" Tanya madam Emma yang sukses mengejutkanku. Astaga, Karena terlalu fokus, aku sampai tidak sadar jika Madam sudah berdiri disampingku. 

Bibirnya menampilkan seulas senyum. "—Semuanya berjalan begitu saja. Aku bahkan belum memahami isinya."

"Maksud anda lukisan ini?"

"Benar.  'Suatu saat semuanya akan saling berkaitan. Dan bahkan, tak kan ada yang bisa menolak walaupun itu bukan menjadi pilihan', Putraku berkata demikian." 

Mataku bahkan tak mengerjap saat mendengar penuturan itu.

"—Seperti wanita dalam lukisan itu." Lanjutnya.

Aku masih belum berucap. Kenapa aku merasa aneh? Oh Tuhan. kenapa aku juga merasa ini semua benar benar membingungkan?

Dan aku melihat madam Emma memandang tepat pada gambar bulan itu dengan takjup. Red Moon. atau lebih tepatnya fenomena saat bulan purnama berwarna merah.

"Melihat bulan itu, aku jadi mengingat hari itu. Hari dimana saat putraku lahir." Madam menjeda sejenak. "Pada saat itu, Red Moon muncul dari arah timur." Pandangaku lantas terfokus pada Madam Emma.

"Dan ternyata semua ini berhubungan dengan putraku. Hal ini adalah perwujudan mimpinya."

Aku mengernyit bingung.  "Maksud anda?"

"Aku menyadari jika putraku memiliki pandangan yang bagus— Maka dari itu dia melukis semua ini."

Jujur, aku tidak mengerti. Semuanya terasa begitu tabu untuk ku pahami. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini?

"Melalui garis keturunannya, ayah berkata jika cucunya kelak akan mewarisi kelebihan dari keturunan yang sebelumnya, dan bahkan akan memiliki kelebihan tersendiri yang mungkin tak dimiliki oleh  keturuanan sebelumnya."

Lututku terasa lemas mendegar penuturan itu. Kenapa semua ini nyata?

Bibirku masih terkatup yang entah kenapa terasa kering. Lalu aku tersenyum kikuk pada madam Emma.
"Lalu apakah dia sudah menemukan kelebihan itu?"

"Mungkin. karena ia memiliki insting yang sangat tepat."

Dan aku masih menatap madam Emma dengan tatapan yang sulit diartikan.

                    °•°•°•°•°•°•°•°


Dan mulai saat itu, aku terdiam. pikiran ku seolah terbagi menjadi beberapa bagian.
Kelebihan, Insting yang kuat, wanita dalam lukisan—. Ah., dan juga Red Moon

Sungguh. ini benar-benar membingungkan.

Aku dan madam Emma berjalan melawati jalan setapak di area halaman. Masih dengan suara gemericik air mancur didepan kami yang disorot oleh lampu biru. Aku bahkan tidak memperhatikan jalan saat memikirkan hal itu.

Tiba-tiba Madam Emma berhenti. lantas aku menyadarkan pandanganku.  Bibirku terkatup rapat, dan mataku menatap fokus pada mata itu. Dia mengamatiku diantara pilar, menjeratku menggunakan tatapannya yang sialnya mengunci pandanganku. Sweeter navy bermotif garis dibagian atas itu terlihat cocok dengannya.

Dia berjalan kemari dengan langkah wibawanya. Hingga Madam Emma tersenyum melihat putranya yang berjalan dari kejauhan. 

Dan kemudian Madam memandangku. "Sepertinya ini sudah larut."
"Madam, aku sangat berterimakasih kepada Anda. Aku merasa terhormat karena anda telah mengundangku malam ini."

"Aku senang kau bisa hadir. Kuharap besok berjalan lancar."

"Terimakasih"

Sehun sudah berdiri dihadapan kami. Madam Emma  bergerak memeluk putranya. Dan Sehun segara berpamitan.

                      °•°•°•°•°•°•°

~

Aku tidak bisa menahannya lagi. Kenapa dia selalu hadir disaat-saat seperti ini?
Dia datang. dan kemudian menarik pinggangku untuk membawanya mendekat padanya.
Astaga, Aku semakin sulit mengendalikannya.
Dan bahkan, diriku bisa merasakan hembusan wajahnya yang menerpa rambutku.

Ya, dan lagi-lagi aku tidak dapat melihat wajahnya. Pandanganku memburam saat mata itu terlihat menatapku lembut. Benar, aku bisa meraskan tatapan teduhnya walau mungkin aku tidak diperbolehkan mengetahui jati dirinya.
Aku tersenyum padanya. Sungguh, ini aneh. Kuangkat lenganku dan kurengkuh dirinya, kulingkarkan tanganku disekeliling lehernya. Mataku terpejam saat kepalaku bersandar pada bahu lebarnya. Sungguh aroma yang memabukkan. Parfum mint nya sangat menenagkan, aku merasakan kenyamanan.
Bisakah waktu berhenti sejenak saja agar aku bisa menikmati romansa ini? Oh Tuhan, aku sangat nyaman. Kami sama-sama terdiam—diiringi hembusan angin sepoi yang menenangkan.

Lagi-lagi dia memelukku lebih erat. Jemarinya menyusuri punggungku yang terbalut gaun merah. Dan kemudian mengecup bahuku singkat, tapi sungguh terasa memabukkan. Dia berbisik padaku tepat disamping telingaku "Sudah saatnya kau bangun, My Rose"

Aku tersentak saat membuka mataku. Nafasku terengah. Mimpi itu hadir lagi. Lelaki misterius itu datang kepadaku lagi, memelukku dengan segala kenyamanan dan kehangatannya.
Hingga diriku tersadar jika—

"Kau bermimpi?" Aku memutar bola mataku.

Dan aku sadar jika diriku masih berada didalam mobilnya. Aku menghela nafas. Bagaimana aku bisa tertidur disini? Astaga.

"Kau mungkin sedikit mabuk, tiga gelas wine mempengaruhi mu" Dia bersuara. Benar memang jika aku tadi meneguk tiga gelas wine saat makan malam bersama madam Emma.  Sehingga kepalaku sedikit pusing, dan berakhir seperti ini.

"Kau juga mengetahui mimpi ku?" Tanyaku serius saat mengingat dirinya bisa membaca diriku.

"Kau memeluknya" Jawabnya cepat tanpa menoleh padaku.

"Aku tidak memeluknya. Tapi sebaliknya, jika dia—,,   Jadi kau benar-benar mengetahui mimpiku?!".
Tentu aku terkejut dan merasa kesal secara bersamaan.
"Tak bisakah kau untuk tidak sembarangan mengetahui kehidupan pribadi ku?!"

"Aku tahu kalian tadi membicarakanku". Bukannya menjawab perkataaanku dia malah mengganti topik dan menyindirku saat mengobrol denga Madam Emma tadi. Huh, dia hobi sekali membuatku bertambah kesal.

"Itu—"

"Kau bahkan juga ingin mengetahui tentang kehidupanku. Bukankah perkataanku ini benar? Lalu apa bedanya aku dengan kau, Nona?" Oh Tidak, dia menatap lekat seperti menantangku.

"Dengar tuan, Kau salah. Aku tidak terima jika kehidupan pribadiku diketahui oleh orang sepertimu !. Aku juga tidak sudi jika kau mencampuri privasiku, membaca pikiranku, mendengar suaraku, hingga tau tentang mimpiku sekalipun. Oh, Astaga—" Aku menutup mulutku, terkejut dengan pemikiranku sendiri.

"Atau jangan-jangan kau juga bisa melihatku saat—" Lantas tanganku membentuk silang di atas dadaku—berusaha menutupi tubuhku.

"Aku tidak seperti itu. Hanya sebatas bisa mendengar mu dan membaca pikiranmu itu saja."

"—Kau hanya akan mencari pembenaran, bukan kebenaran" 

Cetusnya yang sukses membuat mulutku bungkam. Adu mulut dengannya hanya akan sia-sia. Dia bahkan lebih hebat dibandingkan seorang pembicara negara. Benar kan? Bahkan mungkin mulutnya lebih tajam dari pada mulut para wanita.

"Jika kau pikir aku melakukan semua itu atas kehendakku itu salah. Ini semua berawal diluar kendaliku, Hingga diriku bisa mengontrol dengan sendirinya."   Dia memejamkan matanya—mungkin sedang meredam amarahnya.

"Aku memang ditakdirkan seperti itu." Tambahnya tanpa menoleh sedikitpun kepadaku.

Aku dapat melihat aura yang berbeda saat Oh Sehun mengatakan kalimat itu  merendah diakhir katanya. Apakah perkataanku membuatnya marah? Pancaran matanya sangat asing dibanding biasanya. Jelas jika dia tersinggung. Dan mungkin perkataanku tadinya sungguh keterlaluan. Astaga, kenapa aku merasa menyesal?
Aku merutuki diriku sendiri yang telah berbicara lancang—yang pasti membuat seseorang tidak nyaman.

"Jangan menyalahkan takdir. Suatu saat nanti kau pasti akan tahu, kenapa aku bisa membaca dirimu."

                        — TBC —


Makin ngawur kn ceritanya. Hehehe.. pusing dah.. gw pusing
:((

Nah, itu tuh salah satu alasan gw lama gk up karena gw udah pusing mikirin  alur cerita  *siapa juga yg nyuruh buat cerita ngelantur kek gini coba...🌚 yeekan..

Jangan lupa vote YOONHUN Di AAA ya.. alhamdulillah vote tahap pertama, mereka berada diposisi satu.
Perjuangan vote biar mereka bisa satu panggung. AMIN..
tinggal vote yang tahap kedua.
Jangan lupa vote mereka yaa..

-----

Jangan lupa vote & comment yaaa.. makin lama makin miris juga votment nya..😁😁

Continue Reading

You'll Also Like

78.7K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
325K 26.9K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
127K 9.2K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...