9

2.1K 287 60
                                    

Duhhhh,,, sangking lamanya gue gk up, mungkin kalian sudah lupa jalannya cerita ini..😊😊
Untung ada yang nagih.. kalo enggak mungkin gw juga udah lupa klo punya tanggungan FF :v 😄😊

Happy reading guys...

Red Sensation (Chapter 9)

   🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
      

"Tak akan ada yang bisa menebak sebelum waktunya"
 

           
🌹🌹🌹🌹

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°


Sesuai lama waktu perjalanan, mereka sampai dikota tempat kakek Sehun tinggal. Bukan sampai pada tempat tujuan, melainkan masih kurang lebih lima belas menit lagi untuk benar-benar sampai di kediaman bangsawan sosial itu. Perjalanan terasa tak menyenangkan. Karena mungkin Yoona memang berniat mengunci rapat mulutnya. Ingin ditegur pun percuma, karena Sehun pun juga tak ingin berdebat dengan wanita itu.

Dan sepertinya Yoona memang pandai menjaga pikirannya. Sedari tadi matanya hanya fokus pada jalanan gelap, yang meremang dengan lampu jalan berwarna kuning. Bahkan dirinya berpura-pura berfikir 'Wah, bukankah pohon itu sangat besar? Wow, itu tebing yang sangat keren' Astaga, Sungguh kekanakan.

Tapi lama memikirkan itu, Yoona merasa bosan juga. Sepatu boots beludru nya mengetuk-ngetuk lantai mobil, jas pria itu juga masih setia menyelimuti pahanya.

"Apa masih lama?" Tanya nya spontan tanpa rasa canggung. Yoona menatap Sehun yang fokus menyetir dengan mata bulatnya yang terlihat polos.
"Lima belas." Jawab Sehun yang sesekali menatap Yoona selagi matanya fokus memadang jalanan beraspal. "Lima belas menit lagi." Ulangnya.
Benar jika Sehun juga merasa perjalanan kali ini memang membosankan. Hanya suara kicauan burung hantu yang terdengar, dan itu terdengar menyeramkan menurut Yoona.

"Ingin kuputarkan musik?" Tawarnya, tapi Sehun tidak menunggu jawaban Yoona, tanganya dengan santai memutar music klasik yang menenangkan pikiran.

Well, music yang biasa diputar dikerajaan atau semacamnya. Dan Yoona tau, mungkin Sehun sudah terbiasa dengan gaya hidupnya yang serba berkelas, sampai selera music pun yang juga sesuai dengan krakternya.

Yoona seakan terhanyut oleh melodi oskestra dalam music yang Sehun putarkan. Gesekan violin dan dentingan piano membawa pikiran Yoona menjadi rileks. Dan kalau boleh jujur, Yoona mulai menyukai genre musik yang seperti ini.

Setelah kurang lebih lima belas menit kemudian, Gerbang tinggi menjulang berada tepat didepan. Gerbang itu membuka otomatis dan menutup kembali setelah mobil memasuki area kediaman bangsawan sosial itu. Area rumah masih terlihat jauh disana. Bahkan masih lebih dari sekitar seratus lima puluh meter dari gerbang tadi.

Halamannya sungguh luas seperti lapangan golf, Bahkan setelah Yoona sadari, jalanan pegunungan yang ia lewati tadi semata-mata khusus digunakan untuk menuju kemari.  Hanya kediaman inilah yang berada dipuncak pegunungan. 

Masih melewati area halaman—yang nyaris seperti lapangan golf itu, Pohon cemara tumbuh dipinggiran. Lampu taman pun berjejer rapi ditepi aspal. Tepat didepan rumah yang nyaris menyerupai istana putih itu, terdapat sebuah air mancur tingkat tiga yang dikelilingi oleh lampu sorot berwarna biru. Arsitekture rumah ini sungguh berkelas, aksen romawi bercampur gothic pun menjadi detail setiap bangunan disini. Terlihat di sebelah kanan, terdapat rumah kaca prisma segitiga  yang bentuknya seperti musium Louvre di Paris yang terasa hujau dipandang.

Dua pengawal dan seorang valet yang bersiaga didepan rumah, menunduk memberi hormat ketika mobil Sehun berhenti didepan mereka. Sehun mematikan mesin dan keluar dari mobilnya.Valet itu membantu membuka pintu mobil disamping Yoona dan kemudian menutup pintunya lagi.

Red Sensation (YoonHun)Where stories live. Discover now