Merindukan Senja | Park Sungj...

By altmrsw

2K 159 21

Hidup Senja berantakkan setelah ditinggalkan Mahendra (Young K). Sosok Satrio (Sungjin), teman satu band Mah... More

Kisah Pertama
Kisah Kedua
Kisah Ketiga
Kisah Kelima
Kisah Keenam
Kisah Ketujuh
Kisah Kedelapan
Kisah Akhir

Kisah Keempat

173 17 3
By altmrsw

Suara musik yang keras terdengar bersamaan dengan riuhnya sekelompok manusia yang tengah menari di salah satu klub malam. Botol-botol alkohol dan kepulan asap rokok membuat tempat itu sesak, namun semakin ramai oleh puluhan manusia.

Salah satunya Senja, gadis itu sudah hampir satu jam disini, ditemani dengan vodka nya yang kedua. Sejujurnya, tipikal Senja bukanlah yang terbiasa minum. Seseorang bernama Mahendra sukses membuatnya melakukan hal yang tidak biasa sejak satu bulan lalu.

"Brengsek." Senja menggumam, mengangkat gelasnya sebelum kembali ia minum. Suara hingar bingar masih setia terdengar di belakangnya, sampai suara dan getaran ponselnya memecah konsentrasi Senja.

Satrio. Nama itu tertera di layar ponselnya sejak satu jam lalu, berpuluh-puluh sambungan dan pesan tak satupun di balas oleh sang dara. Pemuda itu cemas. Senja tipikal yang mudah mabuk dan jadi santapan pria hidung belang. Satrio hanya tidak mau gadis itu semakin terpuruk nantinya.

"Lo di mana Ja?"

Salah satu pesan dari Satrio tampak membuat gadis itu mau tidak mau membacanya. Sayang gerakannya itu malah membuatnya mengangkat sambungan yang entah keberapa kali.

"Ja! Lo dimana?" tanya Satrio dengan suara yang terdengar cemas.

"Minum hahaha," sahut sang dara sambil tertawa dan membuat Satrio menyimpulkan bahwa gadis itu sudah mabuk.

"Dimana? Gue jemput," ujarnya lagi.

Kepala Senja menggeleng, "Gamau! Biarin gue minum malem ini Yo! Jangan ganggu!" teriak Senja yang untungnya tak terdengar siapapun selain bartender.

Satrio mendesah berat, kepalanya pening. "Yaudah, tapi kasih tau lo dimana sekarang?" tanyanya.

Senja mengerucutkan bibirnya, ada selang waktu beberapa detik sebelum akhirnya sang puan menyebutkan lokasinya berada.

"Tunggu di sana," pesan Satrio sebelum menutup sambungan mereka. Senja kembali terdiam, menikmati musik yang menghentak sambil kembali meminum vodka nya.

"Sendirian?" sebuah suara bariton terdengar dari sisi sampingnya. Membuat sang dara terkejut dan segera menoleh. Sosok pria paruh baya dengan sebuah senyum penuh arti kini menatapnya.

Gadis itu tak langsung menjawab, dialihkannya pandangan ke arah depan lalu tangannya sibuk memainkan ponsel. Seakan lupa bahwa ia tengah mabuk.

Bukannya merasa terabaikan, pria itu malah duduk di samping kanan Senja. Di tangannya tergenggam gelas berisi minuman yang entah apa. "Saya nanya loh," ucap pria itu yang menatap Senja lebih intens.

Risih. Tentu saja.

Biarpun punya pengalaman tidur bersama Mahendra, Senja tidak senakal itu. "Iya sendiri kok," jawab Senja akhirnya, yang mengundang senyuman lebih lebar penuh ambigu.

Senja masih tampak acuh, namun sayangnya pria tadi masih sanggup memancing kalimat-kalimat sang puan. Hingga akhirnya ia turun dari bangkunya, Senja pikir pria itu menyerah. Nyatanya ia hanya berdiri di belakang sang dara, berbisik tepat di telinga-membuat meremang tubuh gadis itu.

"Saya mau kamu malam ini," bisik sang adam seraya meraih bagian sensitif tubuh Senja. Jika dalam situasi waras, gadis itu pasti sudah mengamuk dan merasa dilecehkan. Sayangnya, alkohol terlalu membuat otaknya lumpuh.

Melihat sang dara terdiam, tangan pria tadi kembali bergerak. Kali ini tanpa rasa takut ditampar. "Ahhh," lenguhan kecil terdengar begitu remasan pelan terasa di dada Senja. Sial. Andai ada Satrio, mungkin Senja tidak akan bertemu pria mesum ini.

"Saya bisa bikin kamu senang," bisiknya lagi seolah menggoda, kali ini tangannya memijat lembut bagian sensitif Senja. Entah kemana gelas minuman pria tadi.

"Oohh-" sebuah desahan kembali lolos dari bibir sang puan, menambah kepuasan dari sorot mata pria hidung belang di belakangnya saat ini.

Baru saja Senja berusaha menurunkan tangan pria itu, pegangannya sudah terlepas bersamaan dengan suara pukulan dan dentuman keras benda jatuh.

Belum sempat ia menoleh, tangan seseorang menariknya dan membawanya keluar. Satrio.

"Udah gue bilang jangan pernah minum lagi Ja!" teriakan sang adam terdengar saat keduanya masuk ke dalam mobil. Senja terdiam, gadis itu hanya menyandarkan tubuhnya di kursi sambil mengatur napasnya. Sisa hasrat itu masih ada, tidak mungkin ia meminta Satrio untuk menuntaskannya. Senja belum gila.

Satrio peka. Pemuda itu menatap sang dara yang hanya memakai pakaian tipis, menampilkan lekukan tubuhnya dimana-mana. Pria mana yang akan menolak godaan tubuh Senja? Bahkan jika sedang tidak waras, Satrio akan langsung menuntaskan hasratnya saat ini.

"Pake jaket gue," ujarnya seraya melemparkan jaket yang ia letakkan di jok belakang kepada Senja.

Bukannya mendengar, gadis itu hanya meletakkan jaket Satrio di bahunya. "Yo ...," panggil Senja dengan parau ketika sang adam menjalankan mobilnya.

"Hm," sahut Satrio dengan singkat. Enggan melirik ke arah gadis itu.

Tak ada sahutan lagi dari Senja, gadis itu kembali diam, meninggalkan kesunyian di dalam mobil. Beberapa menit kemudian keduanya telah sampai di basement apartement tempat tinggal Senja. Satrio menepikan mobilnya di pelataran parkir kemudian melirik Senja yang kini tertidur.

"Ja, ayo bangun," Satrio mengguncang tubuh sang dara pelan, menciptakan erangan halus dari bibir sang dara.

"Ja ...," panggil Satrio lagi.

"Gendong, Yo," pinta Senja pelan yang membuat Satrio harus menghela napasnya. Lagi dan lagi.

Tanpa banyak bicara, lelaki itu segera turun kemudian menggendong Senja dengan bridal. Beberapa kali pemuda itu harus kesulitan saat menekan tombol lift, beruntung sepasang suami istri tua membantunya.

"Istrinya ya mas? Lucu banget kalian," komentar mereka saat ikut memasuki lift. Sementara yang dikomentari hanya bisa tersenyum aneh. Andai saja.

Tak lama lift berhenti di lantai 5, membuat pasangan tadi keluar. Menyisakan Satrio dan Senja yang masih harus melewati dua lantai.

Hening. Hanya terdengar bunyi mesin dan deru napas keduanya. Pelukan Senja mengerat membuat Satrio terkesiap, ia menatap wajah Senja yang kini terlelap di pelukannya.

Baru saja sang adam ingin melakukan sesuatu pada gadis itu, lift berhenti di lantai kamar apartement Senja membuatnya buru-buru keluar sebelum pintu tertutup.

Lagi-lagi, Satrio harus kesulitan menekan password rumah Senja. Berulang kali ia mencoba menekan hingga lima belas menit berselang barulah keduanya masuk ke dalam. Satrio yang lelah meletakkan sang gadis ke atas kasurnya dengan perlahan, tak ingin membangunkannya.

"Yooo~" panggil Senja saat Satrio bergerak menjauh, hendak pulang.

"Jangan pulaaang," rengeknya sambil menahan pergelangan tangan Satrio yang membuat sang teruna tak dapat bergerak.

"Tapi Ja-"

"Jangan pulang!" bentak Senja yang membuka matanya dan melotot sebal. Mau tak mau Satrio menurut, "Yaudah, gue tidur di sofa ya," ujarnya yang hendak bergerak dari posisinya.

"Disini aja," Senja menarik tangan Satrio pelan, membuat jarak keduanya menipis. Jujur saja, degup jantung pemuda itu saat ini lebih cepat dari biasanya. Bibir Senja yang basah terlihat menggoda di depannya, kalau saja ia tidak menahan diri bisa saja bibir itu sudah ia lumat dengan gemasnya.

"Dingin," gumam Senja yang merapatkan tubuhnya ke arah Satrio. Yang didekati hanya diam, menghela napasnya berulang kali untuk membuang pikiran kotor di kepala sebelum akhirnya mendekat dan memeluk Senja dengan erat.

Suasana sepi dan tenang menghanyutkan keduanya, Senja makin merapatkan tubuhnya sementara Satrio masih menikmati wajah Senja yang sepertinya mulai terlelap. Hingga akhirnya Satrio mendekat, semakin menipiskan jarak. Deru napas Senja menerpa wajahnya membuat sesuatu yang amat sensitif di tubuhnya bergejolak.

"Maaf, Ja," bisik Satrio sebelum bibirnya merasakan bibir Senja. Lembut. Dan manis. Satrio berpikir, betapa beruntungnya Mahendra dapat merasakan bibir itu setiap saat.

Senja yang awalnya terdiam mulai memberikan respon. Gadis itu masih memejamkan matanya, namun bibirnya membalas lumatan yang diberikan oleh Satrio dengan lembut. Sebuah erangan lolos, begitu pagutan sang adam terlepas. Seakan Senja keberatan dengan keputusan pemuda yang kini telah berada di atas tubuhnya.

Satrio kalap.

Pemuda itu kembali mencumbu Senja, kali ini leher putih sang dara menjadi korban. Jejak-jejak merah terlihat, seakan Satrio tak ingin melewatkan seinci pun tubuh Senja untuk ditandai.

"Eumhh~" lenguhan kembali terdengar membuat keinginan Satrio semakin menjadi-jadi.

Tangan pria itu sudah tak ada di tempat awalnya. Salah satunya sudah bergerak menyusuri perut datar sang puan. "Ndraa-h," panggilan kecil itu sukses menghentikan gerakan Satrio.

Pemuda itu diam, seakan mendapat tamparan yang keras di wajahnya. "Mahendra~" Senja kembali menyebutkan nama itu dengan mesranya sementara Satrio sibuk menahan rasa cemburunya.

Andai ia bisa jahat sebentar saja, Satrio ingin memaksa Senja menatapnya dan menuntaskan apa yang ia lakukan saat ini. Sayang, ia tidak ingin Senja membencinya.

Pada akhirnya Satrio kembali merebahkan tubuh di samping Senja, memeluk sang dara dengan erat. Setidaknya puan itu tidak akan mengamuk jika hanya terbangun di pelukan Satrio.

"Maaf, Ja." Sekali lagi Satrio berbisik, sebelum mengecup kening Senja dengan lembut.

Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 302K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...
6.5M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
28.8M 914K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
3.4M 142K 60
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...