Kisah Pertama

599 33 1
                                    

Sore ini cuaca kota Jakarta memang cerah, matahari bersinar matang membuat makhluk bumi khususnya manusia mengeluh.Tapi tidak untuk Senja, gadis bersurai kehitaman itu malah bersyukur. Setidaknya ia tidak harus basah kuyup sampai di halte untuk menaiki bis. Sengaja Senja tak membawa mobilnya hari ini, ia tak ingin mampir ke tempat 'menyenangkan' seperti biasa.

Gadis itu hanya sedang ingin mengenang.

"Move on dong Nja." Ucapan salah satu temannya ketika mendapat penolakan dari sang puan tadi untuk pergi.

"Nanti," jawab sang gadis dengan senyum yang terulas. Senyum palsu yang ia tutupi sejak tiga tahun terakhir.

❝Just close your eyes, the sun is going down❞

Suara lembut milik Taylor Swift memenuhi tiap sudut bis yang ditumpanginya. Sangat kontras dengan cuaca yang cerah. Senja menyandarkan kepalanya pada jendela tempat ia duduk. Seakan mendengar mantra, gadis itu memejamkan matanya.

❝You'll be alright, no one can hurt you now❞

Ia tersenyum tipis, merasakan tetes air yang perlahan mengalir di pipinya. Sebuah kenangan tiba-tiba saja muncul. Mengoyakkan semua yang telah ditata rapi oleh sang dara selama ini.Hari itu. Delapan tahun yang lalu.

Seorang pria dengan santainya menyandarkan kepala di bahu Senja yang tengah menikmati lagu dari ponsel dengan earphone. Senja melirik, ia ingin menyingkirkan kepala itu, namun melihat wajahnya yang kelelahan membuat Senja mengurungkan niat.

Gadis itu kembali menikmati lagu yang menemaninya. Setengah jam berlalu, Senja kembali melirik pria itu. Ia hendak membangunkan."Mas," tangannya mengguncang lengan pria asing itu.

"Mas." Senja sedikit mendesak, pasalnya ia sudah harus turun di halte berikutnya."Mas bangun," ujar Senja lagi yang masih mengguncang lengan sang adam. Sayangnya usaha sang puan seperti sia-sia. Jangankan bangun, bergerak saja tidak. "Mas, mati ya?" tanyanya dengan kesal saat menyadari halte tempatnya turun sudah terlewat.

Diam, hanya itu yang dilakukan sang dara kini. Entah mau sampai kapan ia ada di posisi seperti ini. Tak berapa lama, pria di sampingnya bangun. Benar-benar seperti seseorang yang baru terjaga setelah tidur pulas."Eh mba, maaf ya," ujarnya dengan nada suara berat dan mengerjapkan matanya.

Sesaat Senja termangu, menikmati pemandangan seorang pria tampan yang duduk di sampingnya. Tapi begitu mengingat bagaimana pria itu membuatnya harus kembali menaiki bis untuk pulang, ia kembali memberikan ekspersi tidak bersahabat.

"Mas tau gak, gara-gara mas ga bangun saya harus ngelewatin tempat saya turun," ungkap Senja judes yang kemudian berdiri tanpa mendengarkan kalimat yang akan diucapkan sang adam.

Begitu pintu bis terbuka, Senja segera turun. Ia pikir kesialannya sudah berakhir namun ternyata pria itu ikut turun. Ia mengejar langkah Senja.

"Ngapain ikut turun?!" tanya gadis itu dengan nada tinggi saat sang pembawa masalahnya itu sudah berdiri di samping-sejajar dengannya.

"Saya memang mau turun disini kok," jawabnya membuat Senja sedikit malu.

"Maaf ya mbak. Mbak pulangnya kemana? Mau saya anter pake mobil saya gak?" tawar pria asing itu yang sontak membuat Senja menghentikan langkah.

"Mas mau culik saya ya?" desis sang dara yang perlahan menjaga jarak. Bukannya tersinggung, pria itu malah tersenyum. Sepertinya cukup geli dengan ucapan lawan bicaranya barusan.

"Kalau pun saya mau culik kamu, pasti saya akan tetep bilang ngga, mba," jawabnya diselingi kekehan. Senja berpikir, bodoh juga ia melemparkan pertanyaanseperti tadi. Merasa tak ada respon, pria asing tadi kembali bertanya, "Mau gak mba? Kalau mau saya ambil mobil dulu di rumah. Deket kok, mba tunggu disini aja kalau takut sama saya."

Merindukan Senja | Park SungjinWhere stories live. Discover now