Kisah Ketiga

205 17 1
                                    

Sore itu kembali hujan kala seorang gadis dengan langkah cepat menginjakkan kaki di Cafe Star yang belum terlalu ramai.

"Baru sampe?" sebuah suara mengangetkan Senja, membuat gadis itu sedikit menyingkir ke sisi kanan saat Satrio tiba-tiba muncul dari arah belakangnya secara tiba-tiba. Posisi Senja saat itu masih berada di luar, menepis basahan air yang mendarat di pundaknya.

"Ngagetin aja," bukannya menjawab, Senja malah protes membuat Satrio justru terkekeh pelan.

"Belum mulai 'kan?" tanya Senja yang kini berbalik menuju pintu masuk. "Belum, kalo udah kan gue ga mungkin nyamperin lo," jawab Satrio dengan santai sambil membuka pintu kafe dan mempersilahkan sang dara untuk masuk terlebih dahulu.

"Bagas juga belum dateng," ucap pemuda itu yang kini duduk di posisi biasa 5ISLE berkumpul.

"Lah ini sih yang lain juga belum dateng namanya," celetuk Senja yang melihat tempat mereka kosong melompong.

"Biasalah, pada ngaret. Gue doang yang suka on time," ujar Satrio dengan penuh bangga sementara Senja hanya terkekeh sembari mendudukkan dirinya di bangku.

Selang berapa lama, kelimanya telah berkumpul dan bersiap untuk tampil. "Nitip tas ya mba cantik," goda Dony yang masih saja menyebut Senja sebagai 'mba cantik'. Keseharian Senja selalu begitu, setiap sore menonton penampilan 5ISLE sampai bosan. Tak jarang ia juga mengikuti penampilan Mahendra dkk ke beberapa tempat seperti pensi sekolah dan acara lainnya.

Sampai kegiatan itu harus ia hentikan saat menerima undangan pernikahan milik Mahendra.

"Lo ga akan dateng lagi nontonin 5ISLE?" tanya Satrio membuka topik pembicaraan saat Senja mengajaknya bertemu.

Sore itu, sehari setelah pertemuannya dengan Mahendra yang menjadi akhir segalanya membuat Senja membutuhkan tempat untuk mengeluarkan pikirannya.

"Mana mungkin gue dateng lagi. Mau liat gue mati lo?" tanya Senja-sedikit bergurau membuat keduanya terkekeh pelan.

Tiba-tiba saja, Senja berdiri, "Pergi yuk Yo, ke Ancol. Mau liat pantai," ujar sang dara kemudian dan berlalu dari pandangan Satrio hingga membuat pemuda jangkung yang tengah menatapnya dengan perasaan berkecamuk itu ikut berdiri.

Tak ada suara selama perjalanan menuju Ancol sementara mobil Satrio melaju kencang menembus jalan raya Jakarta yang cukup lengang.

"Tumben ga macet," komentar Senja memecahkan keheningan.

"Jakarta aja tau Ja kalo lo lagi galau."

"Sialan lo Yo hahaha!" Senja memukul ringan pundak Satrio sebelum akhirnya kembali terdiam.

Tak butuh waktu lama, keduanya kini sudah duduk di bebatuan memandang air laut yang saling menabrak.

"Lo dateng Sabtu nanti?" tanya Senja, menatap sosok Satrio yang masih memandangi laut.

"Ngga. Nemenin lo," jawabnya dengan pelan.

"Nanti Mahendra marah."

"Ga peduli, dia juga pasti tau. Anak-anak 5ISLE juga kecewa," jawab Satrio yang kini menatap Senja dengan lembut.

Gadis dengan surai kehitaman itu mengalihkan pandangan ke arah laut menikmati langit sore yang perlahan menggelap.

"Jangan suka sama gue, Yo," ujar Senja kemudian membuat Satrio terkekeh pelan.

Merindukan Senja | Park SungjinWhere stories live. Discover now