Kisah Kelima

167 13 0
                                    

Pagi itu Senja terbangun dengan rasa kaget. Begitu membuka mata hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah Satrio. Gadis itu mengedarkan pandangannya, menatap interior kamarnya sendiri.

Kepalanya memutar ulang kejadian semalam, berusaha mengingat kenapa ia berakhir di ranjang bersama sahabat Mahendra ini.

"Astaga," gumam Senja pelan. Pipi gadis itu kini bersemu kala mengingat sekelebat ingatannya semalam. Ia menggigit bibir bawahnya sekaligus menatap ke arah bibir Satrio.

"Aduh Nja," bisik sang dara yang langsung menggeleng kepalanya pelan. Perlahan tapi pasti, sang dara bangkit dari posisinya untuk beranjak ke kamar mandi. Sekedar mencuci wajah saja.

Begitu berkaca betapa shocknya sang puan begitu melihat bekas kemerahan di lehernya. Bukan hanya satu, tapi ada dua-bahkan tiga. "Yo, kita ngapain sih semalem?" gumam Senja seorang diri yang kini menyentuh bekas kemerahan tersebut.

Jujur saja, selama ini Senja tidak pernah membiarkan Mahendra memberikan tanda kepemilikan di lehernya. Namun sekarang Satrio memberikannya begitu banyak. Baru saja ia tuntas membasuh wajah, pintu kamar mandi terbuka dengan Satrio yang masih berantakkan usai bangun tidur. Keduanya sama-sama terkejut.

"Sorry," ujar Satrio yang hendak menutup pintu. Senja buru-buru menahannya, "Gue udah selesai kok, lo mandi aja, ada beberapa baju Mahendra yang bisa dipake kok," sahut sang dara yang kini berjalan keluar dari kamar mandi.

"Gue bikinin sarapan dulu, ya."

"Gausah Ja, gue mau langsung cabut kerja," tolak Satrio.

"Yaudah gapapa jadi bekel makan siang aja nanti. Ga boleh nolak!" timpal Senja yang akhirnya membuat Satrio mau tak mau menerimanya.

Setelah menyiapkan baju ganti untuk sang adam, Senja segera keluar dari kamarnya. Gadis itu mengecek bahan makanan yang tersisa di dapur dan baru menyadari bahwa tak ada apapun yang tersisa selain nasi dan bumbu dapur lainnya.

"Nasi goreng aja deh," ujarnya.

Kini, sosok gadis yang tengah patah hati itu sibuk dengan masakannya di dapur, tak menyadari Satrio yang sudah selesai membersihkan diri kini sudah duduk memperhatikan dari meja makan.

"Yo! Buset ngagetin aja!" pekik Senja yang saat berbalik guna mengambil wadah terkejut melihat Satrio.

Yang diomeli bukannya merasa bersalah, malah tertawa. "Serius banget sih," komentar sang adam yang kini berjalan mendekat.

"Nasi goreng?" Satrio kembali bersuara saat menyadari masakan Senja yang dimasukkan ke dalam kotak bekal.

"Iya, enak loh. Dijamin seribu persen! Nanti kalo keburu dingin, panasin di microwave aja ya Yo," pesan Senja.

"Paling di jalan sambil gue makan sih."

"Ye makannya pas sampe aja. Nanti kenapa-napa di jalan," ujar sang puan yang kini sudah menutup kotak bekal untuk Satrio.

Kegiatan Senja berhenti sesaat, diikuti dengan Satrio yang bingung dengan sikap Senja.

"Kenapa Ja?"

"Kok gue ngerasa kaya jadi istri yang nyiapin bekel suami ya?"

"PFFTT-" Satrio menahan tawanya.

"Hahahaha Ja," namun pada akhirnya tertawa lepas, membuat kening Senja berkerut.

"Kok ketawa sih?"

"Gue daritadi mikir begitu, cuma takut lo awkward aja kalo gue omongin. Eh ngerasa sendiri hahahaha." Satrio tertawa lebar membuat Senja harus kembali merasakan panas di wajahnya. Pipi gadis itu bersemu.

Merindukan Senja | Park SungjinWhere stories live. Discover now