The Lost Prince [TAMAT]

By KaiElian

156K 15.7K 467

Elisa Harris tak pernah bermimpi untuk tinggal di istana, punya pelayan pribadi, bergaul dengan ratu, memakai... More

Baca ini dulu yaaa :)
Tentang Calondria
Prolog
1. Rahasia Eugene
Meet the Character: Elisa Harris
2. Selamat Datang di Calondria
3. Sepupu Yang Tak Pernah Bertemu
4. Sang Tamu Kerajaan
5. Pertemuan Keluarga
6. Sebuah Rencana Sempurna
7. Obrolan di Tepi Danau
8. Elevator Nomor Dua Puluh Satu
9. Para Pengagum Rahasia
Meet the Character: Eugene & Edward L'alcquerine
10. Si Tetangga Sebelah
11. Seseorang Dari Masa Lalu
12. Prime Celestine
13. Hubungan
14. Permintaan Eugene
15. Kejujuran dan Kebenaran
16. Andrea
Meet The Characters: George, Janesse & Andrea
17. Gaun Biru Elisa
18. Jamuan Makan Malam Kerajaan
19. Kisah Crassulacea
Meet the Characters - Ratu Raquelle, Crassulacea, Lady Samantha
20. Hilang
22. Senjata Pamungkas
22. Sang Pangeran
23. Tamu Tak Diundang
24. Pertemuan Keluarga Bagian 2
25. Ratu Elisa
Epilog
Mari belajar Bahasa Calondria!

21. Bahaya

2.4K 311 17
By KaiElian


Alfred mengeluarkan arloji emasnya. "Quinz Celestin, sebagian besar tamu sudah datang. Setengah jam lagi acaranya harus dimulai."

"Kita harus menemukan Elisa!" kata Eugene sambil meringis. Jo mengambil kain lap baru dari baskom berisi air es dan menyerongkannya pada Eugene.

"Kita akan menemukannya," kata George mantap. Matanya menerawang resah keluar jendela Royal Chamber, sepertinya berharap menemukan Elisa sedang minum teh di dekat danau. "Apa kau yakin ingin melakukan ini sekarang, Eugene? Kita bisa menundanya kalau kau mau."

"Kita tidak bisa menundanya, Quinz Celestin," desak Alfred. "Para undangan sudah berkumpul. Raja dan ratu yang lain telah mengirimkan utusannya. Kita tidak bisa tiba-tiba membatalkan acara ini begitu saja!"

"Tidak ada yang mengira Eugene akan diserang," kata George. "Demi Tuhan, bagaimana orang-orang ini bisa melewati perbatasan? Bukankah sudah kuperintahkan untuk melarang siapa pun masuk keluar Calondria sejak Crassulacea diserang? Ini situasi darurat, Alfred! Tidak ada yang mengharapkan kekacauan ini!"

Ratu Raquelle masuk ke dalam ruangan, rambutnya agak mengembang. "Poste minta penjelasan," katanya gamang. "Aku sudah berusaha menjelaskan sebisanya. Mereka menganggap kejadian ini mengada-ada. Aku sudah menugaskan pasukan protokoler istana untuk meminta para tamu menunggu. Sejauh ini mereka belum berkomentar apa-apa."

Pintu ruangan terbuka lagi, Janesse masuk dengan terburu-buru.

"Valione dari Karstdinge, Halmar dan Lacroix berpendapat pelantikan harus tetap dijalankan," katanya lelah. "Menurut mereka, penculikan Elisa tidak relevan dengan pelantikan Eugene. Sisanya setuju pelantikan ditunda. Empat suara berbanding enam, George. Kita tak bisa memutuskan sampai ada mayoritas delapan suara yang mau membatalkan acara hari ini."

"Dengar," potong Eugene tajam. Dadanya terasa mau meledak dan dia sudah setengah mati menahan diri sedari tadi untuk tidak berteriak. "Elisa sahabatku. Tanpa dia, aku tak mungkin ada di Calondria. Bukannya aku bersikap sok George, tapi... aku tak bisa melakukannya."

"Bagaimana kepalamu, Eugene?" tanya Ratu Raquelle peduli. "George, mungkin kita bisa memberitahu para tamu bahwa Eugene terluka dan...."

"Aku tidak apa-apa!" kata Eugene geram. Tangannya otomatis menyentuh pelipisnya yang bengkak kebiruan, tempat dia ditonjok para penjahat itu sebelum sempat melarikan diri. "Ini hanya memar kecil. Kita harus memberitahu kejadian sebenarnya. Elisa diculik! Kita harus menemukan Elisa!"

"Celestin, bukannya saya bermaksud membeda-bedakan," kata Alfred tidak sabar. "Tapi kita juga masih mencari Mark L'alcquerine dan—"

"Mark L'alcquerine tak ada hubungannya dengan semua ini," bantah Ratu Raquelle sengit. "Dia betul-betul sudah hilang akal jika nekat menerobos masuk ke istana lagi, dengan penjagaan super ketat seperti ini."

Eugene ingin berkomentar tapi dia menahan diri sekali lagi. Tangan kanan George terangkat, menyetop siapa pun yang ini bicara.

"Menurutku, Mark bisa saja dalang di balik semua ini," katanya hati-hati, mencoba untuk tidak bertemu pandang dengan Eugene. "Mungkin karena dia tak bisa masuk ke kompleks istana, dia mencoba menyerang Eugene di jalan."

"Ayahku tak mungkin menyakitiku," bantah Eugene. Jo melompat kaget hingga menjatuhkan baskom air dingin yang sedang dipegangnya. "Aku tahu ayahku tidak termasuk dalam anggota penyerang itu."

"Aku setuju," dukung Ratu Raquelle. "Mark tidak menyerang Eugene. Dia tidak punya alasan."

"Yang kita tahu sejauh ini adalah," kata George lambat-lambat. "Rombongan Eugene diserang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit oleh sekelompok orang. Kalau saja si sopir tidak menekan tombol darurat di dasbor limusin untuk meminta bantuan, bisa jadi bukan hanya Elisa yang diculik, tetapi Eugene juga. Eugene, kau bilang mereka semua mengenakan penutup wajah. Kita tidak tahu siapa mereka, bisa siapa saja."

"Mereka semua bicara dengan aksen Eropa Timur," kata Eugene cepat. "Aku operator telepon, aku mendengar puluhan aksen setiap harinya. Ayahku beraksen Prancis. Dia tak ada di antara para penyerang itu."

George menatap Eugene, matanya melebar seperti mendapat ide, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

"Apa yang dilakukan orang-orang Eropa Timur di sini?" tanya Alfred gelisah. "Mengapa mereka menculik Elisa?"

George dan Ratu Raquelle bertukar pandang.

"Apa mungkin mereka menculik orang yang salah?" usul Janesse.

"Mereka tak mungkin menculik orang yang salah," bantah Eugene. Dia kesal sekali karena nasib Elisa sekarang tak jelas tetapi yang dilakukan George dan orang-orang ini malah membahas kejadian itu seperti gosip terkini. "Aku kembaran Edward. Kalau mereka menargetkanku, mustahil mereka tidak mengenaliku."

"Tapi sungguh tak beralasan untuk benci padamu, Eugene," kata Janesse. "Rakyat Calondria memang risih dengan kehadiranmu, tapi bagiku alasan itu tak cukup kuat untuk mencelakaimu. Mustahil juga berusaha menjegal rombongan kalian, limusin itu punya lambang kerajaan. Siapa pun yang mencoba mengusiknya seharusnya tahu mereka akan berurusan dengan istana."

"Apa ada permintaan tebusan?" sambung Ratu Raquelle.

Alfred menggeleng. Dia meraih gagang interkom dan mulai berbicara cepat memberi instruksi dengan bahasa Camish.

"MEREKA ORANG-ORANG RUMANIA!"

Kitty berderap masuk ke dalam ruangan. Rambutnya berantakan, pakaiannya masih bernoda darah dan wajahnya memar. "Mereka dari Rumania, Quinz Celestin. Saya yakin sekali."

George mengernyit. "Bagaimana Anda tahu, Santionesse Cosette?"

Kitty mendengus seolah George bertanya dari mana matahari terbit. "Karena saya salah satu dari mereka."

Eugene bangkit berdiri. "Kau salah satu dari mereka?"

"Saya dulu mengenal mereka," kata Kitty sambil mengerling pada George, yang mengangguk paham. "Ceritanya panjang, Celestin. Tapi saya kenal mereka."

"Apa maksudmu kau mengenal mereka?"

"Kami tidak dari sini," ujar Jo pendek. "Kami bukan penduduk asli Calondria. Kami... Quinz Celestin-lah yang meminta kami untuk tinggal di sini."

"Santionesse Cosette, Santion Brooks dan beberapa orang lain menyelamatkan George sewaktu Lady Samantha membuangnya ke Rumania dalam upaya kudeta beberapa tahun lalu," jawab Ratu Raquelle. "Sebagai ucapan terima kasih, George mengajak mereka untuk tinggal di Faranvareza."

"Quinz Celestin," panggil Alfred, telinganya masih menempel di gagang telepon. "Ada yang ingin berbicara dengan Anda!"

George menyambar gagang telepon. Dia berkata, "Halo," lalu diam mendengarkan. Selama sepuluh detik semua orang di ruangan itu tak mampu bersuara dan menatap George dengan tegang. Lalu George tersenyum.

"Andrea punya petunjuk di mana Elisa disandera."


...


Mark L'alcquerine merapatkan tubuhnya yang ceking ke dinding. Sebuah helikopter melayang di atas kepalanya, menggemakan sirene keras pertanda darurat.

Mereka tahu.

Gadis itu ketakutan. Mark tak bisa menyimak apa yang dikatakannya karena terhalang dinding yang tebal. Tapi dia tahu gadis itu sedang kalut. Siapa pun yang diculik di tengah perjalanan pulang pasti akan ketakutan.

Sebuah helikopter lain melintas.

Mark mendesah. Gara-gara dialah rencana itu jadi berantakan. Seharusnya dia tetap di istana. Tapi waktu itu akal sehatnya tidak sepenuhnya bekerja—dia mengutuk penjara jahanam itu yang telah mengambil vitalitas usia mudanya—dan dia memutuskan begitu saja untuk kabur. Tak ada yang bisa menolongnya lagi sekarang.

Setelah tahu soal rencana komplotan si berewok untuk bikin kekacauan di istana, Mark mencoba mengingatkan Cessy. Dia menawarkan diri untuk mengecek jalan rahasia yang akan mereka pakai untuk menerobos ke istana dengan tujuan untuk menemui Cessy. Sialnya, salah seorang dari komplotan si berewok yang berasal dari Lebanon memaksa untuk ikut. Mark tak bisa berbuat banyak. Ketika mereka sampai di ruang bawah tanah, Cessy memergoki mereka. Ketakutan, si Lebanon langsung menghajar kepala Cessy dengan batu.

Aku minta maaf, Cessy. Tatapan tak percaya di mata kelabu Cessy sewaktu si Lebanon menghajarnya menghantui Mark. Dan sekarang semuanya sudah terlalu runyam.

Mark kembali memandangi gadis yang sedang disandera di depannya itu. Si berewok sedang mengamatinya dengan tatapan melecehkan.

Tak boleh ada kesalahan lagi.

Gadis yang sedang ditawan itu tidak punya hubungan apa-apa dengan semua kekacauan ini. Dia hanyalah orang luar yang berada di tempat yang salah, pada waktu yang tidak tepat. Tak seharusnya dia datang ke Calondria bersama Eugene. Dan sekarang gadis malang ini harus menjadi bagian dari rencana.

Tak akan kubiarkan terjadi.

Mark menimbang-nimbang peluang yang dia miliki. Si berewok sungguh-sungguh percaya bahwa Mark adalah anggota dari komplotan itu. Bagaimana caranya agar gadis ini bisa dibebaskan? Mark mempelajari sekelilingnya. Mereka semua bersenjata.

Mark menarik napas dalam-dalam. Udara yang hangat mengisi paru-parunya. Dia mendekati gadis itu.

Ini bukan saatnya untuk bersikap  pengecut.


...


Dokter Patterson meraba lengan pasiennya, untuk merasakan denyut nadinya.

Semuanya tampak oke. Dia memeriksa catatan medis. Edward baik-baik saja. "Kondisinya stabil," katanya kepada para perawat.

"Apa sebaiknya dia kita bangunkan?" tanya salah seorang perawat. "Pelantikan saudara kembarnya akan ditayangkan tak lama lagi di televisi."

"Saya rasa lebih baik biarkan dia beristirahat," jawab sang dokter. "Saya tidak yakin dia akan menikmati acara pelantikan itu."

Beberapa perawat tertawa paham.

Mores Barsequeral si kepala sipir mendekati sang dokter. "Menurut Anda, kapan Edward diizinkan keluar dari rumah sakit?"

"Sebetulnya kondisinya baik sekali," kata dokter Patterson. Dia mengusap-usap dagunya. "Lady Samantha lah yang memaksa Edward dirawat. Keracunan susu waktu itu biasanya tidak membawa dampak berlarut-larut."

"Mungkin stres," kata Mores. "Saudara kembarnya jadi pangeran. Dia tetap tahanan."

"Bisa jadi."

"Kalau begitu, saya akan mengabari Quinz Celestin dan meminta agar Edward dipindahkan kembali ke penjara."

"Silakan, Santion Barsequeral."

Terdengar ketukan pelan di pintu.

"Siapa yang berkunjung?" tanya Mores pada beberapa bawahannya yang turut berjaga. "Bukankah Eugene dan temannya itu harusnya ada di istana?"

Bawahannya mengangkat bahu. Mores meminta mereka untuk membuka pintu.

Elisa Harris berdiri di situ.

Continue Reading

You'll Also Like

44K 10.2K 49
Fantasy Adventure Teenfiction 13+ #24 di FiksiRemaja Nadia mati-matian berusaha menjadi murid biasa, walau dia seorang anak indigo. Kelebihan yang me...
1.1M 112K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
Agape By bunda ABaTa

General Fiction

354 88 4
"Jika menjauh darimu bisa menyelamatkan, maka itu akan aku lakukan." "No, Lily. Kamu... love of my life." "Ethan, aku tidak bisa." "I'll do anything...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...