Hakikat Cinta

By laylastnrjnh

15.8K 461 41

"Hakikat Cinta" Oleh: Imam Abdullah El-Rashied FB | IG | TW | TG | WP | YT @elrashied_imam elrashied.wordpres... More

Daftar Isi
HC 1
HC 2
HC 3
HC 5
HC 6
HC 7
HC 8
HC 9
^_^
"Hakikat Cinta Under Printing"

HC 4

921 37 5
By laylastnrjnh

Malam kian larut. Di Indonesia jam harusnya sudah menunjuk angka 1 dini hari. Sedangkan di Yaman masih jam 9 malam. Ada perbedaan 4 jam antara Indonesia dengan Yaman.
Kau belum tidur May? Di Indonesia harusnya sudah jam 1 malam,” tanyaku kepadanya. “Aku sudah biasa begadang. Bahkan berhari-hari aku tak bisa tidur kak, apa lagi kalau bukan karena luka hati yang tak pernah tersembuhkan ini,” balasnya atas pesanku. “May, apa tanggapanmu atas pesanku yang ini?” Aku menunjuk pesan tentang motivasi menulis yang menyebutkan Buya Hamka dan J.K. Rowling.

Kuperhatikan layar hpku, ada keterangan May sedang mengetik. Selesai mengetik, pesan itu tiba di WA-ku.
“Sebuah cinta yang telah saya alami adalah cinta yang begitu tragis. Cinta yang membuat saya hampir mati dibunuh oleh sebuah perasaan. Bagaimana tidak? Di saat kami sudah saling mencintai tiba-tiba
kemudian ada kabar kedatangan sebuah keluarga dari pihak perempuan yang ingin meminta teman saya untuk menikah dengan anaknya. Suatu kabar yang membuat saya pasrah dan hampir bunuh diri.”

“Kakak benar, kisah May bagaikan kisah dalam novel Tengelamnya Kapal Vander Wijck yang mengisahkan Zainudin ditinggal menikah oleh Hayati. Kisah itu juga mampu memotivasi saya untuk bangkit dari masa lalu. Namun kakak tahu bagaimana suatu perasaan cinta sejati pada seorang lelaki yang pertama saya cintai. Sakit hati ketika saya mengetahui kabar itu. Hanya ikhlas yang bisa saya lakukan saat sebuah
perjuangan dan pengorbanan saya sudah tak berarti apa-apa.”

“Saya hanya berharap cinta dan sayang dari orang-orang yang saya kenal. Saya merindukan sosok orang tua dan saya merindukan sosok pendamping hidup. Namun apa nyatanya, sampai saya membusuk selama bertahun-tahun di balik cadar saya, tidak ada yang mau berbagi kasih dengan saya selain teman saya tersebut. Tidak ada yang mampu
menerima kekurangan saya, perhatian, pengertian, baik kepada saya selain dia. Dari hal itulah yang memberatkan saya untuk tidak mau kehilangan dia. Sampai sekarang saya tidak bisa membuka hati pada siapa pun. Rasa trauma itu masih membayangi. Terimah kasih untuk nasehat dan masukannya. Sebenarnya setelah saya menjalani kehidupan ini hampir setengah tahun saya sakit dan hanya mampu bernafas dengan selang dan selama setengah tahun ini saya hanya bisa menangis.”

Rasanya aku ingin menuangkan air mata sebanyak-banyaknya.
Kisahnya terlalu sedih untuk diselami, nyaris saja aku tenggelam dalam lautan nestapa yang membelenggu May. Aku tak mengomentari apa-apa dari tanggapan May atas pesanku tadi. May, aku tahu betapa dalam dan gelap kesedihan yang kau rasakan. “May, besok kita lanjut lagi sharingnya.
Semoga mimpi indah, wassalam,” hanya itu tanggapanku. “Sampai ketemu besok kak,” begitu jawab May.

Aku termasuk orang yang melankolis. Hatiku mudah terenyuh ketika membaca atau mendengar kisah yang sangat memilukan. Bahkan di saat membaca sendiri di kamar, kadang air mata tak kuasa aku tahan.
Teman-teman malah bingung kenapa aku menangis. Yah, aku sedang membaca episode tersedih dalam sebuah cerita. Hatiku terlalu rapuh untuk menyerap kisah-kisah sedih. Aku turut bisa merasakan apa yang disampaikan penulis. Dan kali ini May, kau benar-benar menarikku dalam
lubang kesedihan yang telah kau ciptakan sendiri. Aku bisa mengerti bagaimana rasanya kehilangan May. Dan, setidaknya malam ini kau buat aku agak susah untuk tidur lantaran memikirkan problema yang
menimpamu.

***

“May, aku sudah membaca tanggapanmu ini. Aku bisa merasakan betapa dalamnya rasa kehilangan yang kau rasakan, betapa
perihnya rasa sakit yang kau alami. May, aku juga pernah kehilangan.”
Ungkapku padanya mengawali percakapan di hari ketiga ini.

Kali ini adalah saatku untuk mulai bernarasi. “May, satu hal yang harus kau pahami. Kau tak pernah sendiri.” Itulah pesan yang ingin kusampaikan sejak awal.
“May, 7 tahun silam aku pernah mengalami hal yang sama denganmu. Lepas lulus SMA aku pindah ke rumah kakakku untuk bantu-bantu di toko bangunan yang ia kelola. Yah, saat itu aku belum menentukan untuk kerja atau melanjutkan pendidikan.”

“May, sejak kecil masjid adalah tempat yang paling sering aku kunjungi. Jika aku tak sholat di masjid, Ibu pasti mencari-cariku, terlebih jika aku absen mengaji di masjid. Dan, ketika pindah ke rumah kakak, masjid juga tak pernah aku tinggalkan di waktu sholat. Hanya saja, di balik kekhusyu‟an ibadah yang aku dapat, di sinilah petaka itu bermula.”

“Aku masih terbilang orang baru di masjid ini May. Ada banyak kawan dan pengurus masjid yang mulai aku kenal. Orang-orang yang hidupnya di masjid selalu wajahnya menampakkan kecerahan dan keceriaan. Ada cahaya yang terpancar di wajah mereka, meski seharian berbagai masalah mereka hadapi untuk menjalani kehidupan yang sementara ini.”

“Di tempat yang baru ini juga aku aktif di banyak kegiatan Remaja Masjid. Ada sekitar 20 pemuda dan pemudi yang tergabung dalam organisasi kepemudaan ini. Nah, di sinilah akar dari semua nestapa yang
kualami 7 tahun silam May.”

“Aku adalah tipe lelaki pemalu May. Aku tak banyak akrab dengan teman wanita, terlebih aku orang asing di sini. Sejak kecil aku tak pernah mengungkapkan rasa cinta kepada seorang wanita. Aku tak punya
nyali untuk itu May. Dan hal ini berlanjut hingga aku tamat SMA. Aku akhirnya mengambil prinsip: “Aku tak kan pernah mengungkapkan kata cinta kecuali kepada istriku. Meski aku suka terhadap seorang wanita, aku tetap akan rapi menyimpannya, tanpa seorangpun yang tahu. Aku tak mau
bermain api asmara. Terlebih agama melarangnya.” Yah itu adalah prinsip
yang pegang selama ini, hingga akhirnya pendirianku mulai goyah, tak menentu arah.”

“Malam itu kami baru selesai melaksanakan Sholat Isya‟ berjama‟ah. Tak ada kegiatan apa-apa di masjid. Saat itu aku hendak
pulang ke rumah kakak. Aku berpamitan kepada teman-teman untuk pulang terlebih dahulu. Saat tiba di pintu keluar masjid, aku berusaha membukanya pelan-pelan May. Rasanya dari balik pintu ada yang sedang memegang gagang pintu juga. Akhirnya kubuka pintu keluar masjid.
“Krekk... Deggg.” Nafasku seolah terhenti. Sepasang bola mata tepat terpaku di depan wajahku. Yah, tatapan kami bertemu dalam hitungan detik tak berarti. Akan tetapi waktu seolah-olah berhenti.”

“Gadis yang ada di depan mataku baru kali ini aku melihatnya May. Aku tak pernah melihatnya di masjid sebulan terakhir semenjak aku pindah. Kami berdua jadi salah tingkah di depan pintu masjid. Gadis itu hanya mundur, lantas menundukkan pandangannya seraya memberi isyarat agar aku berjalan. Ini bukan pertemuan biasa May. Pertemuan ini kurang lebih sama dengan saat kau melihat lelaki itu di Masjid Nabawi."
“Dari tatapan yang hanya berlangsung beberapa detik itu ada sesuatu yang berbeda. Aku sangat yakin gadis itu merasakan hal yang sama. Seolah-olah kami sudah mengenal sangat lama, terpisah bertahun-tahun dan kini dipertemukan kembali. Yah, ini adalah tatapan cinta. Lebih tepatnya aku menyebut “Bahasa Tatapan”, salah satu bahasa cinta yang sulit untuk dijelaskan tapi sangat mudah dipahami oleh yang
merasakannya. Aku pernah menerjemahkan sebuah artikel karya Dr. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthy yang bertajuk “Hati Yang Terbakar” Pertemuan lelaki dan gadis di tangga dalam artikel itu persis seperti yang aku alami saat ini.”
“Sejak pertemuan itu, aku malah suka melamun. Tidur malampun menjadi susah, lantaran selalu terbayang wajah gadis yang baru aku lihat.
Beberapa kali aku berusaha melupakannya May, namun wajah gadis itu malah kian kuat hadir di dalam benakku. May, seharusnya pandangan itu tak pernah terjadi. Aku tahu betul akibat buruk dari pandangan itu.
Rasulullah saw bersabda:

“Pandangan (kepada wanita) adalah panah Iblis yang beracun, barang siapa meninggalkannya lantaran takut kepada Allah, maka Allah akan menganugerahinya iman yang ia temukan manisnya di dalam hatinya.” HR. Al-Hakim (no. 7875) Dalam riwayat lain disebutkan: “Akan diberikan manisnya ibadah.”

Dari itulah Allah menyuruh agar kaum mukminin menjaga pandangan matanya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaknya mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka”. [An-Nur : 30-31]

“Sayangnya pandangan itu belum sempat aku menundukkannya, sedangkan panah Iblis telah menancap di hatiku. Yah, itu adalah panah asmara May. Ketika asmara bergejolak, logika tak lagi bisa digunakan
secara seutuhnya. Yah, ini adalah ranah yang dikuasai oleh hati bukan otak. Soal perasaan bukan pikiran.”
“Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Setan merasuki anak Adam melalui jalan darah.”
HR. Ahmad (no. 12614), Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 1288) dan Muslim (no. 2174)

“Setan menguasai jalan pikir manusia. Setan selalu mengemas sesuatu yang buruk nampak terlihat baik dan sangat nikmat. Nafsu yang dibungkus dengan cinta. Setan mempengaruhi manusia melalui jalur pikirannya, bahkan jalur peredaran darahnya. Pengaruhnya tidak terasa.
Lantaran ada Hawa Nafsu yang turut menjadi anteknya dalam menjalankan
misi menyesatkan manusia.”

“Namanya Nur, lengkapnya Nurul Huda. Nama yang setiap hari berdendang di dalam hatiku. Aku baru mengetahui namanya setelah ia ikut aktif kembali di kepengurusan masjid. Sebulan terakhir ia sedang liburan di rumah kakeknya di Pekan Baru, Riau. Sejak dulu dia sudah aktif di masjid ini. Aku saja yang tahu banyak.”
“Pertemuan itu kian intens terjadi. Terlebih karena kami sama-sama aktif di kepengurusan masjid. Dan, akhirnya kamipun semakin dekat.
Aku merasakan getar cintanya yang begitu kuat. Dia juga merasakan dalamnya cintaku, meski kami tak pernah mengungkapnya satu sama lain.

“Jika dua hati sudah menyatu, apakah perlu lisan untuk mengungkapkannya?”. Kami sudah saling tahu isi masing-masing dari hati kami. Ungkapan hanyalah alat ketika seseorang tak mengetahui isi hati
orang yang ia cintai.”

“Bulan-bulan berikutnya kami lebih banyak berkomunikasi melalui hp. Kegiatan bakti sosial dan lainnya sering kami jalani bersama. Terlebih kami sering ditunjuk bersama sebagai panitia utama suatu kegiatan. Ke masjid pun yang awalnya adalah untuk tujuan beribadah dan menimba ilmu, kini niatku malah berubah. Aku pergi ke masjid malah hanya untuk memastikan keadaannya dan agar aku bisa melihatnya, meski dari kejauhan.”
“Sungguh alangkah naifnya perbuatanku. Masjid sejatinya dibangun untuk memadu kasih dengan Sang Pencipta, bukan dengan seorang hamba. Saat ini aku malah berpikir, hijrahku bukanlah untuk Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka (pahala) hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia ambil atau wanita yang hendak ia nikahi, maka (balasan) hijrahnya terhadap apa yang ia hijrah kepadanya.” HR. Al-Bukhari (no. 6553) dan Muslim (no. 1907)

“Begitulah awal mula dari pandangan yang telah diracuni oleh Iblis May. Boleh saja manusia beretorika dan menghafal banyak materi.
Tapi, terkadang pada prakteknya nol besar. Dan kini aku hanya menyesali
masa laluku yang buruk itu.”

“Kedekatan kami kian menjadi-jadi. Akan tetapi kami tetap menjaga jarak agar tidak berjalan atau duduk berduaan. Kami tahu batasan syariat. Suatu ketika kami juga sempat keluar bersama dalam kepanitiaan, tapi kami tidak hanya berdua. Ada sekitar 7 orang. Saat makan di warung bakso, kami pesan minum yang berbeda-beda. Ia pesan Es Tjampolay. Es segar khas Cirebon yang resepnya didapatkan dari dalam mimpi oleh penemu resep utamanya, Tan Tjek Tjiu pada 11 Juli 1936. Aku juga mulai mencoba minuman tradisional itu. Ternyata rasanya nikmat luar biasa. Dan sejak saat itu aku mulai menyukai Tjampolay, sebagaimana aku mencintai Nur. Sayangnya Tjampolay hanya berbentuk sirup dan belum ada yang berbentuk serbuk, sehingga aku tak bisa membawanya ke Yaman.”

“Terkadang di saat senggang aku malah menulis puisi. Kebiasaan yang mulai tumbuh ketika aku dekat dengan Nur. Salah satu puisiku bertajuk “Tjampolay, semanis senyummu”. Kadang aku tertawa ketika membaca ulang puisi itu, dan setelah itu tawa tertutup oleh tangis. Tangis kesedihan May.”

“Setelah 5 bulan kedetakan kami, tiba-tiba Nur menjauh dariku. Ia tak lagi membalas pesan-pesanku May. Selama berhari-hari aku juga tak melihatnya di masjid. Usut punya usut, ternyata ia sudah dilamar orang.

Dalam waktu 3 bulan ke depan mereka akan melaksanakan pernikahannya. Lantas apa makna 5 bulan hubungan cinta ini May. Tiba-tiba ia menerima orang lain dan begitu saja mengabaikan cinta yang kami rajut bersama. Tak perlu aku jelaskan seperti apa kondisi hatiku saat itu, kau sendiri sudah merasakannya May.”

“Yang sangat berat bagiku adalah, dia akan menikah dengan orang yang sangat dekat denganku. Seseorang yang sudah kuanggap kakak. Yah, lelaki itu adalah Ustadz yang sering mengisi kajian di masjid kami. Lalu mau apa lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Akupun mengalami kerapuhan seperti dirimu May. Selama sebulan aku sakit. Sakit yang entah aku tak mengerti ujung-pangkal dan sebabnya. Setahuku, aku susah makan dan susah tidur selama satu bulan. Seperti dirimu May dan seperti apa yang dialami Zainuddin.”

“Suatu ketika aku memberanikan diri untuk mengirim surat ke Nur, lantaran smsku tak pernah ia balas. “Nur, apa salahku? Kenapa secara tiba-tiba kau meninggalkanku dan memilih orang lain? Aku tahu aku orang baru di kampungmu. Aku juga bukan orang yang punya. Tak seperti lelaki yang menjadi pilihan hidupmu yang jauh lebih mapan dariku. Tolong balas sekali saja pesanku Nur.” Yah, itu adalah surat pertama dan terakhir untuk Nur”.

“Kau tak salah apa-apa Mas. Hanya satu kesalahan terbesarmu, yaitu kenapa kau hadir dalam kehidupanku.” Hanya itu pesan yang ia tuliskan kepadaku May. Selama sebulan lamanya hidupku tak jelas May.

Kau lebih paham soal ini. Setengah tahun kau juga menanggung rasa yang sama. Dan adik perempuankulah yang menyadarkanku saat itu, seperti Bang Muluk yang menyadarkan Zainuddin untuk bangkit. Aku bangkit setelah itu dari keterpurukan. Kemudian aku memutuskan untuk meninggalkan kampung itu dan masuk pesantren. Setelah beberapa tahun di pesantren aku merantau ke Yaman. Bukan hanya sekedar menuntut ilmu saja, akan tetapi untuk melupakan dan meninggalkan semua kenangan buruk yang pernah aku alami di Indonesia.”
“Nasib kita tak beda jauh May. Kita sama-sama bertemu orang yang kita cintai di Masjid. Lantas, kita jua yang menjadi korban dari api asmara itu. Api yang menenggelamkan kita dalam lautan kesedihan dan lubang nestapa yang teramat dalam.”

Continue Reading

You'll Also Like

1M 13.9K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.2M 175K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.1M 55.2K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...