Tasabila

By Nnatina

380K 19.1K 732

#2 saudara (17/11/2018) "Kuakui aku sudah sering pacaran! Aku sering mengajak mereka makan malam romantis di... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 32
part 33
part 34
part 35
part 36
part 37
part 38
part 39
part 40
promo cerita baru
part 41
part 42

part 31

6.4K 408 6
By Nnatina

"Sarapan di rumah sayang?" tanya Bu Marini saat melihat Reno sudah duduk menghadap meja makan.

"Iya, Mi. Jangan bilang tumben!"

"Enggak," Bu Marini kemudian duduk di samping suaminya.

"Makanan Maureen sudah diantar ke kamar, Bi?" Bu Marini memastikan.

"Belum, Bu. Baru mau saya antar," jawab bi Suti salah satu ART-nya. Ia pergi ke dapur membawa senampan makanan.

"Biar aku aja yang bawa, Bi! Reno makannya bareng Uwin aja. Gak apa-apa, kan?"

"Asal kamu mau makan mami mah udah senang."

Reno membawa serta sarapannya ke kamar Maureen. Setelah peristiwa tadi malam hubungan keduanya telah mencair dan menghangat, tidak beku seperti dulu. Ia berjanji akan lebih menjaga dan memperhatikan adiknya itu.

Kak Reno selama ini kemana aja? Masak Kak Bila yang bukan siapa-siapa aja rela berkorban buat aku, orang yang bahkan belum ia kenal.

Kalimat yang Maureen ucapkan semalam itu selalu terngiang di telinga Reno.

Tok...tok...tok.

Reno mengetuk pintu dan masuk setelah dipersilahkan.

"Room service," kelakarnya seraya mengangkat nampan dengan satu tangan sejajar dengan bahunya.

"Tumben. Pasti ada maunya deh," tebak Maureen.

"Semalam belum selesai cerita."

"Itu lagi. Percuma diceritain juga Kak Reno gak bakalan ingat."

"Cerita aja! Dulu ada yang bilang kalau siswi bernama Tasabila itu tergila-gila sama kakak kamu yang ganteng ini. Kalau sekarang giliran aku yang suka dia, harusnya lebih mudah iya kan?."

Maureen malah tertawa.

"Geli sumpah dengar Kak Reno bilang aku-kamu. Biasanya juga gue-elo. Udah lama gak ngobrol jadi banyak hal yang berubah. Karena kak Bila?"

"Itu dorongan internal. Secara spontan ingin menunjukkan sikap sopan karena menghadapi orang yang sopan juga,"

"Ribet amat bilang iya."

"Kalau udah tahu jangan nanya."

"Kalau suka tinggal bilang aja apa susahnya. Jangan dibikin pusing! Aku aja yang ngejar-ngejar cowok sampai ke hutan tapi ditinggalin saat terluka sekarang baik-baik aja. Sakit sih, kaki."

"Jadi benar kamu ke sana cuma buat ngejar cowok. Malu-maluin," Reno menoyor kepala Maureen pelan.

"Biarlah itu jadi pengalaman hidupku." ucap Maureen kaku sedikit dibuat-buat. "Kalaupun benar dulu kak Bila suka sama kakak, yakin sekarang dia masih gitu? Cinta monyet gak masuk hitungan. Bicara sekarang aja, masa kini! Dulu kakak punya dosa sama dia kali. Kebanyakan dosa sama cewek. Cepat tobat, Kak!" sambungnya penuh keseriusan.

Reno kagum dengan semangat adiknya, tidak seperti dirinya yang dulu begitu lemah saat ditinggalkan Fahira. Untuk apa sekarang ia mempermasalahkan perasaan Bila dulu, toh apapun yang terjadi ia tetap akan berjuang mati-matian mendapatkan hatinya, kalaupun ada kesalahannya yang membuat Bila berpikir sejuta kali untuk menerimanya akan ia terima sebagai karma.

"Tobat bisa nanti sekarang makan dulu biar semangat ceritanya, mau disuapin?" Ia masih penasaran dengan ceritanya.

"Ogah. Jangan lebay napa! Geli jadinya."

Mereka menyantap makanan di piring masing-masing. Beberapa kali Reno mengambil makanan yang ada di piring adiknya, Maureen merasa aneh dengan tingkah Reno tapi hanya bisa memasrahkan makanannya jatuh ke lambung sang kakak. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas mereka.

"Maaf Mas Reno ada tamu di bawah," kata Bi Suti dari pintu yang dari tadi terbuka lebar.

Zaqi? Hanya dia yang biasa datang pagi-pagi begini. Ia sampai lupa kalau dia akan melamar seorang gadis akhir bulan ini.

Reno bergegas menuju ruang tamu. Ah tidak. Biasanya Zaqi langsung nimbrung di ruang makan. Reno berlari ke sana namun sudah tak ada siapa-siapa.

Formalitas mau minta do'a restu dari mami kayaknya tu anak.

Ia berlari menuju ruang tamu dan berteriak saat masuk ke sana.

"Congratulation Zaqi, my bro!!!"

Namun tak ada sosok pria di sana, hanya dua orang wanita, pertama maminya yang masih menyisakan sisa senyum tanda senangnya. Satu lagi wanita muda. Apa wanita di sampingnya itu yang dulu akan maminya jodohkan dengannya? Gadis berjilbab itu kini menatap ke arahnya.

"Assalamualaikum, Ren. Apa kabar? Wajah kamu kenapa?"

"Fahi?"

Reno tak begitu mengenali sosok dengan balutan gamis itu tapi suaranya tidak akan mungkin bisa ia lupakan.

💗💗💗

Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Akbar tak berhenti mondar-mandir di depan pintu rumahnya.

"Fahi kan sama Raka. Jangan cemas gitu dong, Yang!" Dinda berusaha menenangkan suaminya.

"Miii, Abit ngantuk, Kakak masih ngaji di kamarnya, Abit kan gak boleh ganggu." Abit keluar meminta umminya menemani tidur. Biasanya ia akan tidur kalau ada yang menemaninya meski tanpa berbuat apapun, cukup ada di kamarnya terlihat oleh mata bulatnya sampai ia terlelap. Setelah tidur baru boleh keluar meninggalkannya sendiri.

"Abbi, Abit bobo dulu," pamitnya pada Akbar. Akbar mengusap kepalanya dan mencium kedua pipinya.

Dinda meninggalkan suaminya sendiri setelah mengingatkannya lagi untuk tidak terlalu khawatir.

Tak lama kemudian suara mobil berhenti di depan rumah. Raka membuka gerbang dan memasukkan mobilnya.

"Assalamualaikum," Fahi menyalami pamannya lebih dulu disusul Raka kemudian.

"Waalaikumsalam. Ayo cepat masuk!Kalian ini bikin cemas saja."

Fahi dan Raka sudah mandi dan berganti pakaian saat semuanya berkumpul di ruang keluarga. Raka menyampaikan laporannya kemana saja ia membawa kakaknya yang baru ia temui lagi setelah lama tidak bertemu. Sepulang dari luar negeri kakaknya memang tidak pulang ke Jakarta namun memilih tinggal di Kalimantan, tepatnya dimana ia tidak pernah memberitahu siapapun termasuk orang tuanya sekalipun. Semua terlibat dalam perbincangan yang hangat kecuali Bila yang baru hadir di tengah-tengah mereka.

"Sehat Kak Fahi?" Bila bersalaman dan bercipika-cipiki.

"Alhamdulillah, kamu juga gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, Kak," Bila duduk di samping Dinda. Hanya itu yang bisa ia ucapkan, basa-basi ringan. Bila hanya bisa menasihati dirinya sendiri saat hatinya mulai goyah. Seperti yang ia sampaikan pada Maureen saat di Desa. Bagaimana ia menasihatinya, meyakinkan Maureen untuk berusaha memaafkan kakaknya yang ia pikir lebih memperhatikan pacar-pacar gak jelasnya daripada adiknya sendiri dan menyuruh Maureen bisa memulai berkomunikasi lagi agar hubungan kakak adik itu lebih baik.

Bagaimana ia telah memaafkan Reno yang telah mempermalukannya dulu jauh sebelum ia dipertemukan lagi dalam peristiwa yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia juga sudah melupakan peristiwa dimana saudaranya sendiri telah dengan tega membongkar seluruh isi hatinya di hadapan banyak orang. Padahal sekuat tenaga Bila berusaha melindunginya dari sang paman yang melarang keras Fahi dan Reno berpacaran. Ia segera menepis kenangan buruk itu. Getaran dari saku piyamanya membuat Bila sibuk berkutat dengan handphone-nya. Sesekali ia menatap dan memperhatikan anggota keluarganya yang berbicara.

"Kakak dengar kamu dan Reno sempat akan dijodohkan."

Kalimat yang diucapkan kakaknya itu sontak membuatnya kaget. Bila mengangkat wajahnya mencari orang yang telah mendahuluinya bercerita masalah itu. Namun baik Raka, Akbar dan Dinda tidak ada yang mengaku. Kalau bukan mereka lantas siapa?

💗💗💗

Reno membasuh dua tangannya, berkumur, istinsyaq atau menghirup air dengan hidung sampai pangkal hidung, lalu ia lanjutkan membasuh seluruh anggota wudlunya.

Ia mendirikan shalat tahajud dua rakaat. Segala do'a ia panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, memohon ampun atas segala dosa-dosa yang telah ia perbuat yang telah lalai dan dzalim terhadap dirinya atau orang lain, menyadari kekhilafannya telah mencintai orang yang salah yang karenanya ia melupakan segalanya, keluarga dan masa depannya.

Hari ini Allah telah menunjukkan rupa asli dari wanita yang bertahun-tahun membuat ia menunggu dalam ketidakpastian. Yang ia selalu yakini tak ada wanita lain yang akan menggantikan posisinya di hatinya. Ia bersyukur Allah telah mempertemukannya dengan wanita yang tanpa berkata apapun telah menunjukkan kasih sayangnya, bukan hanya padanya, tapi pada orang lain di sekitarnya tanpa beda. Tak ada keraguan di hatinya kini. Takdir telah mengantarkan ketulusan Tasabila sampai ke hatinya yang hampir membatu.

💗💗💗

TBC

Voment readers adalah pemicu semangat.

Nantikan kelanjutannya, ya! 😊😊😊


































Continue Reading

You'll Also Like

151K 9.4K 25
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
50.5K 3.1K 19
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
1.4M 79.4K 53
"Pernikahan itu terjadi atas dasar kontrak bukan cinta, dan aku hanya pengganti bukan pemilik." - Gracellina Edellyn Tak terlintas barang secuil pu...
794K 7.3K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...