The Name of The Game [TELAH T...

By adelinaayu

255K 24.8K 5.7K

[COMPLETED] Tentang seorang laki-laki beraroma vanilla yang takut kecoa tapi enggak pernah takut menjadi dir... More

Chapter 1 & 2: Welcome to The Jungle & Private Bubble
3: Vanilla Scent
4: Lucky Me
5: Plung!
6: The Book of Shadow
7: battement de coeur
8: Red Light
9: Secret Rival
10: Tin, tin, tin!
11: Smooth, Zio. Smooth...
12: Daryll!!!
13: Manusia Berlendir
14: Drama King
15: Boy friend?
16: Gentleman
17: Sing With Poldy
18: Hate You, Love You
19: Something Worth The Pain
20: Sheila on 7 VS Kylie Jenner
21: The Open Book
Bonus Chapter: Zio & Gio
Bonus Chapter: Daryll VS Shaien
Bonus Chapter: TA-WU-RAN!!!!
Bonus Chapter: The Mask We Live In
Bonus Chapter: Closure
Bonus Chapter: The Girl
Bonus Chapter: Sleepover at Daryll's
Bonus Chapter: Something Old and Something New
Bonus Chapter: Seorang Teman
Bonus Chapter: Shailendra Snaps!
Bonus Chapter: Daryll & Sharon
Bonus Chapter: Andra & Nadine
Bonus Chapter: Flo vs Red Bra
Bonus Chapter: Sleepover With Zio
SEQUEL OF THE NAME OF THE GAME
THE NAME OF THE GAME DITERBITKAN!
Bonus Chapter: Am I Gay...?

Bonus Chapter: Zio & Shaien

3.1K 459 157
By adelinaayu

Shailendra

"No, you can't, Ryll!" Zio menarik semangkuk indomie dari depan Daryll, "Ini udah ketiga kalinya lo makan indomie minggu ini. Kata bunda gue, kebanyakan makan indomie itu bisa bikin usus jerawatan loh!"

"Enggak sekalian beruntusan?" balas Daryll cuek. Cowok itu menarik kembali mangkuk mie nya, "Lagian walau gue makan mie mulu, boker gue tetap lebih lancar daripada lo."

Zio menutup mulutnya. Baru pertama kali gue ngelihat ekspresi tersinggung yang selebai itu, "Ko, jadi bawa-bawa sistem pencernaan sih? Enggak nyambung lo!"

Daryll berhenti mengaduk mie nya, "Lah, lo tuh yang enggak nyambung! Gue lagi makan tiba-tiba mangkoknya ditarik!"

Zio menggeleng-geleng melihat respon darah tinggi Daryll seakan baru pertama kali melihatnya, "Itu berarti gue khawatir sama lo, silly.... Ih, apa sih lu! Ko, lo malah sewot sih?"

"Ya, sewot lah! Gangguin orang lagi makan aja!" sahut Daryll sambil mengaduk gelas Milo nya dengan sedotan.

Setelah beberapa minggu kenalan, sedikit banyak gue bisa menjabarkan beberapa hal unik dari Daryll. Satu, cowok ini galak banget. Sangking galaknya, gue sampai pernah bertanya apa dia mengidap darah tinggi. Tapi anehnya, walaupun galak, Daryll enggak kasar. Dia bukan tipe preman sekolah yang ditakuti satu angkatan, melainkan hanya cowok jutek yang sulit menunjukan emosinya, makanya jatuhnya jadi sewot.

Dua, Daryll selalu minum Milo. Apapun makanannya, kapanpun waktunya. Selalu Milo. Gue bahkan enggak pernah melihatnya minum air putih. Semoga aja dia enggak sakit ginjal.

Tiga, Daryll membangun tembok kasat mata yang sulit untuk ditembus. Bukan karena cowok ini orang yang tertutup (or maybe he is....) tapi menurut gue sih, lebih ke kalau dia merasa enggak cocok berteman sama lo, dia enggak akan membuang-buang waktu untuk terus beramah-tamah sama lo. Cowok ini akan mundur dan mencari orang lain yang mengerti dunianya. Yang kalau dilihat dari pengamatan gue sih, belum ketemu. Makanya Daryll lebih suka menyendiri di perpustakaan atau atap sekolah daripada harus capek-capek bergaul di koridor kelas.

Tapi di sinilah magic nya. Walaupun enggak memiliki teman, Daryll enggak masuk ke dalam kasta anak cupu. Justru, cowok ini punya aura yang bikin orang lain segan padanya. Buktinya, setiap Daryll udah buku mulut, semua orang pasti langsung diam. Pentolan angkatan gue aja enggak berani ngajak ngomong dia. Dan entah ibunya pernah ngidam apa, walaupun anaknya ini jarang aktif dimanapun, Daryll selalu jadi pusat perhatian kemana pun dia pergi bahkan saat dia ENGGAK MELAKUKAN APAPUN. Coba deh perhatiin, setiap Daryll lewat, pasti semua orang pada nengok. Magic.

Zio, on the other hand, berkebalikan seratus delapan puluh derajat sama Daryll. Ngobrol sama dia itu kaya lagi nonton sirkus. Rameeeee banget. Apapun topiknya, kalau Zio yang cerita, pasti semua orang ketawa. Entah karena pemilihan katanya yang lebai atau wajah ekspresifnya yang suka konyol. Makanya walau sekolah baru dimulai, satu angkatan udah kenal tuh sama yang namanya Gevanny E. Fabrizio. Itu loh, cowok ganteng kelas 10-4 yang kerjanya ngobrol sama cewek-cewek dipinggir lapangan sambil nyesap soda.

Teman cowok Zio hanya gue dan Daryll, sisanya cewek semua. Bahkan kakak-kakak kelas cewek pun berebutan pingin gosip sama Zio. Walau beberapa dari mereka ada juga sih yang memendam rasa pingin jadi pacarnya hahaha.

Tapi walau lucu, seru, baik, ganteng, ternyata enggak semua orang suka sama Zio. Seperti hukum alam yang udah berlaku lama, apa yang disukai cewek-cewek biasanya dibenci cowok-cowok. Contoh, boyband korea, justin bieber, dessert lucu yang enggak ngenyangin, dan Zio.

Waktu itu, gue lagi cuci tangan di wastafel toilet, sementara Zio lagi boker di salah satu bilik. Tiba-tiba, Aldi dan Fauzi, dua teman seangkatan kami masuk ke toilet untuk kencing. Sambil menunaikan panggilan alam, mereka ngobrol-ngobrol, "Eh, gue pingin ngedeketin si Della, tapi gue curiga dia udah pacaran sama cowok anak 10-4 itu." kata Aldi.

"Cowok anak 10-4? Maksud lo si Zio?" Fauzi ngakak, "Yakali, deh. Bentukannya aja kaya gitu. Lo yakin dia naksir cewek?" Cowok itu mencuci tangan setelah menyelesaikan bisnisnya, "Lagian menurut lo aja Della naksir si Zio. Sama aja kaya naksir buchi hahahahaha."

Gue diam aja melihat dua cowok itu keluar dari toilet, sambil harap-harap cemas menunggu Zio selesai boker. Enggak mungkin Zio enggak dengar percakapan singkat tadi. Cowok itu kan drama banget. Kalau nanti dia keluar dengan wajah penuh air mata tersinggung, gue harus gimana?

Tapi waktu keluar dari bilik, Zio kelihatan biasa aja. Cowok itu malah mengeluh karena bokernya kurang puas. Ia mencuci tangan di wastafel, lalu keluar dari toilet dengan langkah santai.

Yang langsung terlintas di kepala gue adalah, bagaimana bisa? Gimana caranya lo bisa sesantai itu setelah mendengar omongan kaya gitu, Yo? Jujur, waktu mendengar obrolan Aldi dan Fauzi tadi, keringat dingin gue keluar sedikit. Episode SMP yang berusaha gue kubur dalam-dalam tiba-tiba menyeruak kembali. Gue teringat sakit hati waktu dibilang 'sissy'. Sementara kalau dibandingkan dengan apa yang baru Aldi dan Fauzi bilang tentang Zio, panggilan 'sissy' enggak ada apa-apanya. Tapi Zio yang selalu drama, Zio yang pernah bikin sekelas heboh karena ada kecoa malah biasa aja.

I've never seen this side of him. I didn't even know this side existed.

Gue pernah ngajak Zio buat nongkrong bareng anak-anak basket di pangkalan sekolah. (Semenjak sok-sokan daftar ekskul basket pas SMP, gue jadi jatuh cinta beneran sama olahraga ini) terus biasalah kalau udah nongkrong di sana pasti ditawarin rokok, dan Zio dengan tegas menolak. I don't know man... mungkin gue aja yang lebai. Tapi suasana ini selalu ngingatin gue sama masa-masa SMP. Gue teringat Shaien yang sok-sokan ngerokok biar kelihatan keren padahal udah batuk-batuk waktu hisapan pertama. Jadi waktu melihat Zio dengan tegas menolak tanpa mempertimbangkan akan dianggap cupu, gue terkesan juga.

Gue pikir Zio enggak ngerokok karena punya asma, tapi waktu gue tanya, cowok itu malah memutar bola mata, "Buat apa bunda gue rajin makain gula sama madu ke bibir gue kalau ending-nya gue ngerokok?"

"Ngapain lo pakai madu sama gula di bibir? Lo mau nangkap semut, Yo?" tanya gue.

Zio menatap gue seakan gue manusia paling kampung sedunia, "Ya, buat scrub bibir lah, Shailendraaaaaa. Masa lo mau sih bibir lo pecah-pecah gitu? Ewwww! Nanti kalau ke rumah gue, gue minta bunda pakain ke lo juga ya!"

..

..

..

..

..

Oke, Yo.

Zio juga pernah sekali bolos pelajaran olahraga. Tumben banget loh ini. Cowok itu kan super duper ambisius kalau soal nilai. Atau lebih tepatnya.... Kalau soal Daryll.

BUKAN. Bukan maksudnya Zio pingin caper kalau ada Daryll, Zio malah pingin banget mengalahkan Daryll. Kapan pun dan dalam hal apa pun. Waktu gue tanya kenapa dia getol banget pingin ngalahin Daryll, Zio hanya mengangkat bahu dengan gaya diva, "I don't share my spotlight honey, that's why."

Makanya, setiap pelajaran olahraga gini tuh seru banget. Satu kelas pasti langsung menggelar taruhan akbar tentang siapa diantara Daryll dan Zio yang akan mencetak angka paling banyak saat main basket nanti atau siapa yang akan melewati garis maraton pertama kali. Tapi sayangnya hari ini Zio berhalangan olahraga karena.... Sakit. Dia sih bilangnya sakit. Tapi gue enggak percaya. Sakit dan membiarkan Daryll jadi ace di lapangan basket? Enggak Zio banget!

Dan benar aja kan. Waktu gue susulin ke UKS, cowok itu kelihatan segar bugar banget sambil ketawa-ketiwi sama cewek entah siapa yang ada di kasur sebelah, "Hai, Shaien! Udah selesai olahraganya?" sapanya ceria. Pasti habis dapat bahan gosip baru nih.

Gue menarik kursi di sebelah kasurnya, "Udah.... Lo... beneran sakit, Yo? Sakit apaan sih?"

Zio ketawa. Lalu akting pura-pura pusing pas dokter sekolah datang memeriksa, dan ketawa lagi waktu beliau meninggalkan ruangan, "Hihihihi, gue enggak sakit, Ien! Gue hari ini skip pelajaran olahraga soalnya....." Cowok itu bisik-bisik, "...lupa pakai sunscreen!"

"YAELAAAAHHHH!!!!" Gue noyor kepalanya, "Lebai abis lo, Yo! Emang lo bakalan kebakar kalau enggak pakai SPF sehari?" Tayi ni orang. Gue pikir karena apaan dia sampai skip kelas begini. Ternyata kulit yang paripurna tetap lebih penting daripada ngalahin Daryll.

Zio langsung sewot, "Apa sih lu, Ien?! Matahari Jakarta itu cenderung ngasih kita KANKER KULIT daripada tan keren ala Jennifer Lopez tahu!"

Gue geleng-geleng kepala aja. Terserah lo deh, Yo, TERSERAAAAAAAAAAAAH!!!

Tapi walaupun sering heran setengah mampus melihat kelakuan ajaibnya, saat bersama Zio lah gue benar-benar bisa 'bernafas'. Zio enggak pernah sekalipun berpura-pura jadi orang lain supaya dirinya diterima. Cuma saat bersama Zio lah gue beranis melepas 'topeng' yang mencekik leher gue. Apalagi waktu Zio bilang kalau dia pingin daftar ekskul melukis dan ingin mengambil jurusan arsitektur juga! Wah, udah deh. Jadi Dora and Boots kita. (Pas gue cerita ini ke Zio, dia bilang, "GUE DORA LO BOOTS NYA!!!! POKONYA GUE JADI DORA!!!! GUE DORA!!!!", "Sing sabar, mbaaaaaak.")

Tapi Tuhan kayanya belum memaafkan gue. Dia enggak akan bikin hidup gue lega, sebelum gue menyelesaikan apa yang udah gue mulai di masa lalu.

Waktu itu, gue lagi ke Gramedia. Pingin beli jangka buat ulangan matematika besok. Zio ikut juga ko, tapi lagi ngacir buat buang hajad di toilet. Semalam habis minum Dulcolax dua butir katanya.

Pas gue sampai di bagian stationary, gue melihat seseorang yang langsung menyeret gue kembali ke masa SMP.

Dio.

Cowok itu mengangkat wajahnya waktu mendengar langkah kaki gue. Setelah hampir satu semester enggak ketemu, Dio enggak banyak berubah. Badannya masih kurus walau udah tambah tinggi sedikit. Cowok itu memakai hoodie hitam kebesaran yang bikin tubuhnya tambah tenggelam. Satu yang langsung gue sadari, hidungnya sedikit bengkok. Rambutnya dipotong habis, memperlihatkan bekas luka yang lumayan besar di daerah kening. Waktu melihat gue, cowok itu menaruh kembali pulpen yang ia pegang ke tempat semula, "Woh, Shailendra." Cowok itu menarik kedua ujung bibirnya untuk tersenyum, tapi ia malah lebih kelihatan kaya lagi meringis, "Udah lama enggak ketemu. Apa kabar lo?"

Bukannya menjawab, gue malah mematung di tempat. Gue teringat pemandangan Dio terkapar di lantai sambil berlumuran darah, suara ketawa bengis Nando, dan Shaien yang enggak berani melakukan apa-apa.

Dio melihat seragam batik hijau gue, lalu tersenyum sinis, "Al-Azhar? Gue pikir lo bakal masuk 70 atau 82..." Cowok itu menekan suaranya, "Kaya Nando."

"Enggak." Akhirnya gue bisa mengeluarkan satu kata. Mendengar nama Nando bikin kepala gue pening, "Gue...di Al-Azhar."

Dio ngangguk-ngangguk. Matanya memperhatikan gue dari ujung kaki sampai kepala, lalu tertawa enggak niat, "Enak dong di Al-Azhar? Atau malah sepi karena enggak ada Nando?"

Waktu SMP, Dio jarang mengangkat wajahnya. Cowok itu lebih sering berjalan menunduk untuk menghindari kontak mata dengan siapapun. Sekarang, melihatnya bisa senyum super sinis begini bikin gue kaget juga, "Em... Gue cabut duluan ya, Yo." Kabur aja terus, Ien. Kabur kaya apa yang lo lakuin selama ini.

"Eh, bentar-bentar, Ien." Tahan Dio, "Ada yang... pingin gue tanyain." Cowok itu memasukkan kedua tangannnya ke dalam kantung hoodie. Wajahnya dibuat sesantai mungkin padahal kelihatan banget kalau cowok ini sedang menahan sesuatu, "Dulu..... waktu kejadian di gudang itu..."

Kalau gue boleh meminjam ekspresi lebay Zio, maka wajah gue udah selebai cowok itu waktu sepatu barunya kecipratan genangan air. Nafas memburu, pandangan mata yang langsung enggak fokus dan gigi bergemelutuk.

Dio menikmati ekspresi kaget gue, lalu tersenyum/meringis lagi, "Yang manggil ambulan..... itu lo kan?"

Gue diam aja. Enggak akan mau bersuara sebelum tahu kemana arah obrolan ini, "Waktu lo keluar dari gudang, enggak lama ambulan dateng. Enggak mungkin Nando dkk yang manggil. Satpam sekolah juga lagi enggak jaga. Jadi gue yakin.... itu pasti lo." Dio memberi jeda sebentar, "Bener kan, Ien? Itu lo?" Cowok itu sepertinya bisa membaca kalau gue mengerti apa yang dia maksud, jadi ia mengangguk-ngangguk, "Ternyata emang bener. Itu lo." Anehnya, walaupun udah tahu kalau gue yang menyelamatkan dia waktu itu, wajah Dio malah menggelap, "Walaupun lo udah nyelamatin gue, bukan berarti gue bakal bilang makasih sama lo."

Melihat gue terhenyak, senyum sinis Dio makin lebar, "Tiap lihat lo lagi main sama Nando dkk, gue tahu kalau lo... sebenarnya enggak mau ada di sana. Waktu Nando ngancurin loker gue, lo tahu kalau itu salah, Ien. Tapi lo enggak pernah ngapa-ngapain. Lo cuma diam." Dio kelihatan banget menahan nadanya agar tetap datar, walau gue tahu banget pasti cowok itu sedang menahan diri untuk enggak mukulin gue, sama seperti yang pernah Nando lakuin ke dia, "Dan lo... lo yang cuma diam itu... sama aja kaya Nando-, LEBIH hina daripada Nando. Lo udah bikin masa SMP gue kaya neraka." Ibarat makanan, kata 'hina' nya itu kaya cabe paling pedas di dalam mangkuk, "Lo tahu kalau itu salah, Ien. Lo BISA ngehentiin itu semua tapi lo tetap milih diam karena lo TAKUT."

Dio mengepalkan jari tangannya di dalam kantung hoodie, lalu melanjutkan kalimatnya dengan nada dan senyum melecehkan yang pasti udah ia tunggu-tunggu untuk ditunjukin ke gue, "Lo pengecut, Ien"

Gue menghela nafas. Kalimat-kalimat cowok itu menebas semua dinding pemisah Shaien SMP dan Shaien SMA. Menegaskan kalau gue masih sosok yang sama. Pembohong dan pengecut.

Dio menikmati wajah mendung gue lalu cabut dari Gramedia.

And ofcourse, as cherry on top for today's drama, harus banget ya si Zio ternyata selama ini berdiri di belakang gue dan mendengar semua obrolan tadi.

His face never betrays his feelings. Gampang banget ko nebak isi hati Zio lewat wajahnya. Tapi kali ini, Paris Hilton cabang Indonesia itu hanya diam menatap gue dengan ekspresi seribu satu makna.

Gue pikir cowok itu akan teriak pakai urat, "DASAR LELAKI PENUH KEPALSUAN!" tapi yang ia lakukan malah curhat, "Sumpah, toilet di sini BAU BANGET. Amit-amit deh gue nempelin pantat di closet-nya.... Pingin masuk toilet cewek tapi lagi enggak ada Della buat nyelundupin gue. Jadi gue tahan aja deh sampai rumah, semoga enggak keluar di tengah jalan."

Zio berjongkok untuk mengambil spidol warna-warni, pulpen warna biru-hitam dan label bening (buat nyontek), "Eh, label gue masih ada enggak ya? Beli lagi aja deh buat jaga-jaga.... Lo gimana, Ien? Udah ketemu belum jangkanya?"

Gue masih beku di tempat. Enggak tahu mau ngomong apa. Zio pasti dengar semuanya. Sekarang dia tahu kalau selama ini temenan sama manusia pengecut kaya gue.

Zio kayanya cukup peka kalau gue masih speechless. Cowok itu menatap gue lurus-lurus. Mengangkat bahu santai, lalu tersenyum mengerti, "Enggak ada yang salah.... dari nyari jati sendiri, Ien." Melihat wajah gue yang tambah plongo, Zio malah ketawa, "Hahahahahaha, Shaien.... Shaien..... Jadi gimana? Proses pencarian jati diri lo udah selesai belum? Apa perlu gue bantuin nih?"

Gue tercekat, "Yo, gue-"

"We're friends, Shaien." Zio memotong kalimat gue, "Gue enggak tahu ya lo waktu SMP kaya gimana, tapi kayanya itu bukan urusan gue deh. Jadi..." Cowok itu ngangkat bahu lagi, "Gue enggak peduli."

Rasanya tuh kaya minum adem sari pas tenggorokan lo lagi panas-panasnya. Untuk pertama kalinya gue benar-benar merasa lega. Gue sendiri masih sering merasa sesak setiap menengok ke belakang, and take a look at a complete mess I had done in the past. Tapi seenggaknya, sekarang ada orang yang melihat gue as a completely new person. And nothing is more important than that.

Gue ingat banget waktu Zio nginap di apartemen gue (cowok itu bawa banyak banget botol-botol entah apa. Pas gue tanya itu apaan, dia bilang, "Peralatan perang gue buat 10 steps Korean skin care. Biar muka enggak kisut. Kituuuuu neikkkk.") Cowok itu cerita panjang lebar tentang pengalamannya habis nembak buat jadi PDKT-annya Flo dan diterima, "Parah, Ien! Kalau enggak ada saran 'The Power of No' dari lo, kayanya enggak mungkin deh gue punya muka buat ketemu Flo lagi." Cowok itu menepuk dadanya lebai, "You saved my life!"

Gue ketawa aja, lalu menggeleng.

No.

YOU saved my life, Yo.

:)

-

Semangat ka Shaieeeeen! Jangan nyalahin diri sendiri terus, karena sekarang ada Zio yang selalu ada untukmu. Yakhaaaaaaan. #manjyah :-p

Oh iya, jadi buat yang  nebak ka Shaien itu  kyungsoo, tetottttt kalian salah  hahahahaha.

Bonus foto Daryll pakai seragam Al-Azhar. Aku enggak punya yang versi Zio. Editin dong :-p

QOTD: Bonus chapter selanjutnya, mau side story-nya Golden Trio lagi atau..... Daryll and his mysterious girl? Pada ikhlas enggak sih kalau Daryll dekat sama cewek lagi? :-p

Kaaaa Daryll  & Zio dooooong

Lah, itu  TNOTG isinya  mereka berdua semuaaaa. :)

Oh, iya jangan lupa untuk terus pantengin cerita aku yang lain, The Rajendras! Minggu ini akan upload chapter 4 yang enggak kalah seru sama TNOTG loh! :)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 144K 51
Katanya, psikopat bersifat genetik. Katanya, seorang anak yang tumbuh besar dengan orang tua yang memiliki gangguan tersebut berpotensi tumbuh serupa...
407K 63.6K 24
SERI KETIGA KLANDESTIN UNIVERSE (Klandestin edisi Spesial Ramadan) Season 1 : Asrama Lantai 7 Season 2 : Sapta Harsa Puasa bareng lagi nih sama Kla...
1.6M 77.1K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
11.8M 737K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...