"KALIAN?!" Ketus Aidan tak mempercayai pengelihatannya
Matanya menangkap beberapa sosok asing yang ia benci.
Damar, Tyo dan Emin!
Kenapa makhluk sialan itu ada disini?!
"MAU APA KALIAN HAH?!" Ketus Aidan bersiap menghajar dua mantan Sahabatnya
"Jangan berlagak bodoh Ai! Harusnya sekarang kaulah yang menjelaskan pada kami apa maksud dari semua ini!! " geram Tyo marah. Pria yang biasanya terlihat sabar itu, kini nampak siap mengamuk ketika dihadapkan pada wajah arogan Aidan
Aidan tersenyum sinis, matanya beralih menatap Abel yang nampak berdiri kaku tepat berada di samping Emin
" Kenapa bertanya padaku? Bukankah semua ini Scenario kalian?" Aidan berujar sinis. Kini matanya beralih menatap Tyo dan Damar bergantian
"Atau jangan-jangan kalian takut jika sebentar lagi aku akan menang?" Aidan tersenyum merendahkan
Tangan Tyo dan Damar spontan mengepal kuat. Ingin rasanya mereka menghajar Aidan saat ini juga, hingga tubuh pria itu terbaring koma. Hanya saja kehadiran Emin, Abel juga Atheya membuat mereka mengurungkan niat sejenak. Apalagi keberadaan Atheya yang diluar dugaan seperti sekarang ini. Wanita itu terus-terusan menatap bingung kearah mereka seolah meminta penjelasan
"GUE AKAN MENGALAH JIKA MEMANG GUE KALAH!! TAPI GUE GAK NYANGKA KALAU LO BAKALAN NGELAKUIN CARA KOTOR SEPERTI INI! GUE BAHKAN GAK TAU LAGI APA YANG HARUS GUE LAKUKAN UNTUK MENGHADAPI PRIA GILA SEPERTI LO ITU!!! " Tyo berteriak marah, matanya menatap nyalang ke arah Aidan
Sementara Damar berusaha menenangkan kemarahan Tyo meski dirinya sendiri berusah mati matian untuk tidak menyerang Aidan sekarang juga
"Ai.. Se.. Sebenarnya a.. Apa yang terjadi?" suara itu memecahkan keheningan yang tercipta. Beberapa orang disekitarnya langsung menoleh secara bersamaan kearah datangnya suara
Di sudut terjauh Atheya berdiri dengan takut. Apalagi menyadari kondisi sekitarnya yang tak ubahnya sebuah medan perang. Atheya hanya bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Beberapa saat lalu ia terkejut setelah mendapati beberapa orang masuk di Apartement ini. Hampir semuanya terkejut dengan kehadirannya. Namun tidak untuk Emin, wanita gemuk itu hanya memberikan tatapan sinis padanya tanpa niat sedikitpun untuk bertegur sapa dengannya
Apalagi setelah Atheya menyadari jika orang orang itu memberikan tatapan tak bersahabat padanya. Tak terkecuali Damar dan Tyo, dua orang yang dulunya dekat dengannya.
Dan Damar, pria itu bahkan bertindak seolah tak mengenalnya padahal dulu pria itulah yang selalu ikut menjaganya selain Aidan. Bahkan disuatu waktu pria itu berniat untuk menjadikan dirinya kekasih, dan disaat bersamaan pula Aidan turut meminta hal yang sama. Dan pada akhirnya kedua sahabat itu saling serang hingga berakhir di rawat hingga beberapa minggu. Dan atas dasar itulah pada akhirnya Atheya memilih untuk menetap di Jakarta saja. Ia terlalu pecundang untuk menyikapi segala permasalahan itu. Meski berakhir tak ada yang Atheya pilih namun ia mencoba untuk kembali berkawan saja. Aidan awalnya menolak dan tetap bersikukuh menjadikan Atheya kekasihnya hingga pertentangan itu datang dari kedua orang tua juga keluarga besarnya sendiri, alasannya dikarenakan mereka itu masih berstatus sepupu dekat dan tentu saja hubungan seperti itu di tentang keras oleh keluarga mereka
"Aku tidak menyangka kamu semurah ini Atheya! Bahkan aku selalu menghormatimu!!" Tyo yang angkat suara. Pria itu menatap Atheya dengan nyalang seolah dengan tatapannya itu ia bisa menjabarkan betapa kecewa dan marahnya ia kepada wanita itu
"Dan jangan mencoba untuk ikut campur!! " kali ini Damar yang berbicara ketus. Pria itu bahkan tak ingin bersusah payah memandang wajah Atheya yang kini sudah banjir airmata karena ketakutan
Abel memandang iba pada wanita itu. Ingin rasanya ia menenangkannya agar tak menangis
Mungkin Abel membencinya. Namun mengingat bagaimana selama ini sikap Atheya padanya ada rasa sedikit terenyuh ketika melihat wanita ceria itu meneteskan airmata
Atheya yang selalu baik padanya, meski ia selalu bersikap kasar padanya
Abel hendak beranjak dari tempatnya, ketika secara bersamaa Aidan lebih dulu bergerak dan langsung memeluk wanita itu erat.
Membuat beningan itu kembali meluruh tanpa bisa ia cegah
"tidak. Ini bukan salahmu" ujar aidan menenangkan. Pria itu mengusap usap bahu Atheya yang bergetar karena tangis
Dan...
BUGH!...
BUGH!!...
Bunyi itu mewakili apa yang terjadi saat ini. Dengan amarah yang siap diledakkan tanpa bisa siapapun cegah secara kilat Tyo langsung memukuli Aidan bertubi tubi, hingga tak memberi sedikitpun ruang untuk Aidan melakukan perlawanan. Semuanya terjadi dengan mendadak. Bahkan Atheya terlalu histeris menyadari apa yang terjadi. Emin dan Abel berdiri kaku, sementara Damar langsung bergegas untuk memisahkan pertikaian sengit yang terjadi diantara keduanya itu
"DULU GUE SELALU SABAR NGADEPIN SIKAP LO INI! SELALU NAHAN DIRI UNTUK NGGAK MARAH MESKIPUN LO BUAT GUE KECEWA, GUE JUGA SELALU BERUSAHA AGAR PERTEMANAN KITA INI ABADI!!" Tyo memukul kuat tubuh Aidan, hingga membuat pria itu jatuh terjengkang
"NAMUN BODOHNYA GUE, GUE MEMILIH LO UNTUK JADI SAHABAT TERBAIK GUE! MESKIPUN GUE SADAR KALAU SEJAK DULU LO ITU NGGAK PERNAH NGANGGAP GUE ATAUPUN DAMAR SEBAGAI SAHABAT LO! LO SELALU BERTINDAK SESUAI KEMAUAN LO TANPA PERNAH BERPIKIR KONSEKUENSI DARI APA YANG LO PERBUAT! " Tyo kembali menendang kuat tubuh Aidan. Sementara Damar mencoba sekuat tenaga untuk memisahkan Tyo yang sudah dikuasai emosi
"LO SELALU MENANGGAP ORANG LAIN RENDAH, LO ANGGAP BAHWA HANYA ELO LAH YANG BERKUASA. LO GAK PERNAH MEMIKIRKAN PERASAAN ORANG LAIN, LO SELALU ANGGAP DIRI LO LAH YANG PALING BAIK DAN MENGANGGAP SEKITAR LO HANYALAH SAMPAH TAK BERGUNA. DAN BODOHNYA HINGGA DETIK INI GUE MASIH ANGGAP LO SAHABAT!
TAPI APA?
LO MALAH BUAT GUE DAN DAMAR KECEWA!!! KECEWA ATAS SEGALA TINGKAH LICIK LO! DAN PUNCAKNYA... LO BERTINDAK TERLALU GILA UNTUK MASALAH INI! LO SUDAH TERLALU BANYAK MELUKAI HATI YANG NGGAK BERSALAH DISINI. LO SELALU MENGANGGAP SEMUA SAMPAH. LO MELUKAI MEREKA UNTUK MENCAPAI KEINGINAN LO! LO ITU EGOIS DAN BRENGSEK AIDAN!!! " Geram Tyo Murka. Pria itu sudah tak perduli dengan keadaan Aidan yang sebelum ini memang sudah babak belur. Yang ia inginkan hanya memberikan pelajaran pada manusia brengsek tak tau malu seperti Aidan ini. Aidan yang tak memiliki banyak tenaga akibat pekelahian saat mabuk itu hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi. Sementara Damar dengan sekuat tenaga berusaha menjauhkan tubuh Tyo dari Aidan
"LO GILA TYO! LO MAU BUNUH DIA??! " Kesal Damar sembari menarik kuat lengan Tyo untuk menjauh
" Lo harus berpikir Rasional Tyo!! Jangan kebawa emosi!! Lo tentu tau bagaimana cara licik bedebah itu! Lo bisa aja dituduh melakukan tindakan kekerasan! " bisik Damar ketus di Telinga Tyo sembari menjauhkan tubuh pria itu sejauh mungkin dari tubuh Aidan
Tyo menghela napas panjang mencoba untuk meredakan emosinya yang sudah menguasai dirinya
"Sekarang kita harus mendengarkan penjelasannya dulu" Damar berucap lagi
Dan Tyo hanya mendengus kesal
"Emin!! " panggil Damar kepada Emin. Dan dengan sigap wanita gemuk itu langsung bergegas menuju arah dimana Damar berada, kemudian menyerahkan sebuah Map yang sedari tadi ia bawa
" Terimakasih" ujarnya lagi pada wanita itu yang kemudian kembali bergegas ketempat semula
"Di Map ini apa yang lo inginkan bakalan terkabul. Apartement yang gue dan Tyo janjikan bakal jadi milik lo sekarang juga. Tanpa lo bersusah payah melalukan hal licik yang udah lo rencanakan itu" sindir Damar
"Lo hanya tinggal menandatanganinya saja. Tapi sebelum itu lo harus menjelaskan apa yang tidak kami ketahui" lanjut Damar
Aidan tersenyum sinis. Kemudian matanya beralih menatap Emin tajam
"Apa yang lo katakan pada mereka heh?!! " geram Aidan
Emin tak menjawab dirinya terlalu takut untuk bersitatap pada pria itu apalagi menjawab pertanyaan sinisnya
"Tentang ini" Aidan menoleh keasal suara yang berasal dari Tyo. Pria itu memperlihatkan sebuah buku mini di tangannya—buku nikahnya
"Apakah asli?" tanyanya lagi
Aidan berdecih sinis. Menatap remeh kearah Tyo
"Lo bisa memastikan sendiri untuk itu. Apakah mata empatmu itu tak bisa diandalkan?!"
Tyo mati-matian menahan diri agar tak terpancing lagi emosinya. Tentu saja ia harus menahannya hingga semuanya jelas
"Pernikahan itu asli? Lalu apakah kedua orangtuamu tau mengenai hal ini?"
Aidan terdiam sejenak mendengar pertanyaan yang berasal dari Damar
"Apa yang lo harapkan dari jawaban gue heh? Apa lo berfikir kalau gue melakukannya secara diam-diam?"
"JIKA TERNYATA MEMANG SEPERTI ITU APA YANG HARUS PAPA LAKUKAN AIDAN?!! "
Dan tiba-tiba satu suara yang tak pernah Aidan harapkan bergema. Tanpa bisa Aidan duga Pria paruh baya yang ternyata Papanya itu turut serta dalam Drama menjijikan ini
Dan saat itu pula satu pukulan keras kembali melayang di rahang kokoh Aidan membuat tubuh pria itu spontan terhuyung kebelakang
"Pa.. Pa.. Ba.. Bagaimana.. " Aidan masih terlalu syok atas apa yang saat ini terjadi. Bagaimana bisa.... Bagaimana bisa Papanya juga ada ditempat ini!?!
" BAGAIMANA BISA KAMU MEMPERMALUKAN PAPA SEPERTI INI AIDAN ?!! "
Aidan terdiam, tak bisa berkata kata lagi ketika segala rencana yang ia susun serapi mungkin harus hancur berkeping-keping tanpa bisa ia cegah
" PAPA SANGAT KECEWA PADAMU AI! PAPA BAHKAN HAMPIR MATI MENGETAHUI KEGILAAN YANG KAMU PERBUAT!! " Tuan Sanderson berkata dengan amarah yang meluap-luap. Pria paruh baya itu bahkan memijit pelipisnya yang mendadak sakit
Hingga setelah keheningan yang cukup lama. Pada akhirnya Aidan kembali bersuara
"Semua hanya sementara, dan papa tak perlu khawatir"
Jawaban Aidan yang kelewat tenang itu sontak membuat Tuan Sanderson naik pitam. Pria paruh baya itu spontan menendang Guci besar yang tak jauh dari posisinya.
BRAK!!!
Guci itu tak pelak langsung pecah berserakan, menyisakan kepingan-kepingan tajam serupa beling
"SEMENTARA KATAMU?!! JIKA SEPERTI ITU... LALU APA YANG KAU PERBUAT PADA ATHEYA DAN WANITA JELEK ITU HINGGA MEREKA HAMIL ANAKMU AIDAN!!! "
Spontan saja Aidan langsung tersentak kaget mendengar penuturan yang dilontarkan Tuan Sanderson itu tak terkecuali salah seorang yang baru saja tiba
Orang itu bahkan dengan spontan langsung mengarahkan pandangannya pada seseorang yang ia rindukan selama ini.
Namun matanya langsung membulat tak percaya begitu ia menyadari jikalau wanita itu tampil dengan perut membesar seperti yang dituduhkan Tuan Sanderson jikalau wanita itu kini Hamil!
Tak ingin terburu seseorang itu malah mengurungkan niatnya untuk masuk, dan bersembunyi dibalik tembok
"Ah! Ternyata Papa juga sudah termakan ucapan bedebah sialan itu!" setelah mengatakannya Aidan terkekeh sinis matanya menelah orang orang disekitarnya
Tuan Sanderson hanya diam sembari menunggu kejelasan yang berasal dari mulut putra kesayangannya
"Katakan yang jelas Ai.. Apakah anak yang Atheya dan Abel kandung itu anakmu?! " kesal Tyo tak sabaran
Aidan nampak acuh, dirinya malah menghampiri Atheya
" Jika seperti itu apa Papa akan merestui hubunganku dengan Atheya?" tanya Aidan sembari mencengkram erat tangan wanita itu
Tuan Sanderaon hampir terjengkang karena kaget. Dirinya mendelik sinis menatap kearah Atheya yang mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari Aidan
"Jangan berbicara hal yang membuat Papa marah Ai! Kesepakatan keluarga adalah MUTLAK! "
" Lepas Ai!" berkali-kali Atheya menyentak tangan Aidan agar pria itu mau melepaskan gengaman tangannya
"PERSETAN DENGAN KELUARGA! ATHEYA HARUS JADI MILIKKU! " Geram Aidan murka
" LO GILA AI! LALU BAGAIMANA DENGAN ABEL? BAGAIMANA DENGAN ANAK KALIAN?!! " Tyo langsung berseru lantang, hendak menghampiri Aidan
Tidak menjawab Aidan malah terbahak kencang hingga meneteskan airmata. Pria itu bahkan memegangi perutnya yang kembali sakit karena menahan ketawa
" KALIAN SEMUA ITU BEGO TAU NGGAK? BISA-BISANYA PERCAYA PADA SI JELEK ITU?! " Aidan mendelik sinis menatap Abel yang menunduk dalam tangis
" WANITA JELEK ITU BAHKAN GAK BISA MEMBEDAKAN MANA YANG ASLI DAN MANA YANG FANTASI!! " Aidan kembali terkekeh
Kemudian melepaskan gengaman tanggannya sementara pada Atheya. Dirinya berniat mendekati Abel—sang Drama Queen!!
" GUE CUMA MENYURUHNYA PURA-PURA HAMIL! TAPI APA? BAHKAN WANITA TAK TAU MALU INI MENGANGGAP SEMUANYA NYATA!!" Aidan berujar lagi. Tentu saja ia tak malu lagi menjabarkan cara liciknya. Toh semua sudah terbongkar, lantas apa yang harus ia tutup tutupi lagi?
Sementara itu Abel hanya bisa menahan rasa sesak didadanya. Bahkan ia tak cukup kuat untuk sekedar membalas ucapan Aidan itu
"HANYA DENGAN TIPUAN SEPERTI INI LANTAS KALIAN TERKECOH BEGITU SAJA? " Aidan mengamati perut buncit Abel juga tubuh wanita itu yang mendadak kurus
" Dan kau?! Berapakah yang harus kubayarkan agar kau kembali berpihak padaku?! " Aidan menatap remeh Emin. Wanita gempal itu jelas terlihat ketakutan meski dirinya mencoba tak gentar atas hadirnya Aidan didalam radius terdekatnya
" Tidak akan kubiarkan Siapapun merendahkan Nona Abel! Termasuk Anda!! Dan jangan pernah berpikir jika anda bisa membeliku, sekalipun uang anda cukup membeli dunia ini!. Karena sekalipun Emin takkan sudi untuk kembali menjadi boneka anda!! " sengit Emin.
Aidan terkekeh mendengar ucapan Emin yang kelewat percaya diri itu. Emin dan Abel... Apa bedanya?
" Jika kalian semua masih nggak percaya atas apa yang gue jelaskan tentang wanita busuk itu. Mungkin, setelah ini kalian bakalan langsung percaya atas apa yang gue katakan" Aidan berucap lagi
Kesemuanya terdiam mendengar penuturan yang Aidan lontarkan seraya bertanya tanya apa yang akan Aidan lakukan setelah ini
Namun belum sempat dengan kebingungan yang mendadak mereka rasakan. Tiba tiba saja sebuah suara dengan spontan menyentak mereka
BRUK!!
AW!!!!!!
Suara beriringan itu spontan membuat ke semuanya tersentak kaget
Tak terkecuali Aidan yang mendadak kaku setelah menyadari bahwa sesuatu berwarna merah pekat tiba-tiba saja mengalir diantara kedua paha Abel yang sesaat lalu ia dorong dengan kencangnya.
Wanita itu—Abel langsung jatuh terjengkang kebelakang dengan kuatnya. Seraya menahan rasa sakit yang luar biasa dari dalam perutnya. Abel bahkan mengigit bibir bawahnya untuk meredakan rasa sakit yang ia rasakan.
Ia tak perduli akan sekitarnya ketika sesaat setelahnya ia merasa tubuhnya melayang, disusul suara tangisan, teriakkan, perkelahian ataupun suara berisik benda-benda jatuh akibat lemparan. Semua itu tak ia perdulikan lagi.
Abel hanya takut.... Takut jika.. Malaikatnya takkan pernah bisa hadir kedunia untuk menemuinya...
🕊️🕊️🕊️
_________________________________
Aku nggak janji setelah ini bakalan update lagi. Kalau mau lanjut tulis komentar kalian disini sebanyak-banyaknya. Buat aku luluh ya... Sayonara 😉
Tbc.