The Truth (Hacker Vs Psychopa...

By Alnadzira

820K 62.6K 4.5K

(completed) (sudah terbit ) Sekuel dari school scandal Edisi Galang dan Qonita mengungkap kebenaran. {Thrille... More

1. Prolog
2. Misi dimulai
3. Rival
4. Kecurigaan
5. Menutupi Kasus
6. Pria penyayat leher wanita
7. Langit = Galang?
8. Suryanto, kunci yang hilang..
9. Bukti kuat
10. Terdakwa
11. Tegakkan keadilan..
12. Perang dingin..
Lanjutan....
13. Kabar buruk
14. Pertarungan
15. Biadab!!!
16. Dilema
17. Rencana Baru
18. Mimpi Buruk
19. Fitnah
20. Sakit...
21. Penyesatan
22. Merelakan
Lanjutan...
23. Sebuah jawaban
25. Flashback
26. Tempat persembunyian
27. Rencana licik..
28. Hacker vs Psychopath Director (1)
29. Hacker vs Psychopath Director (2)
30. Hacker vs Psychopath Director (3)
31. Last...(1)
32. Last...(2)
Epilog
Q&A
Naik cetak?
Pengumuman
Open PO
Giveaway Time Novel The Truth

24. Terungkap

16.1K 1.6K 184
By Alnadzira

Qonita POV

Kalau Galang masih hidup kenapa dia tidak menemuiku? Aku jadi teringat kata-kata Tukimin tadi "habis nanti aku sama si Galang." Apa memang Tukimin sedang menyembunyikan sesuatu dariku?

"Tukimin pasti kamu tahu sesuatu kan?" Tanyaku.

Ekspresi Tukimin sangat mencurigakan, sekarang saja dia seperti mencari-cari jawaban, bola matanya mondar-mandir ke kiri dan kanan.

"Ta...tahu apa Ustadzah aku nggak tahu apa-apa..." sanggahnya.

"Galang masih hidup kan?" Tanyaku lagi, aku sudah sangat penasaran yang sudah tak bisa dibendung lagi.

"Ustadzah ngomong apa sih, yang udah mati nggak mungkin hidup lagi, emang hantu," jawab Tukimin, tiba-tiba dia berdiri. "Ustadzah, sebaiknya istirahat saja, fokus sama kelahiran anak ustadzah. Jangan mikir yang engak-enggk entar malah pusing," lanjutnya.

Aku masih menyelidiki wajahnya, dia terlihat seperti sedang berbohong.

"Pokoknya hari ini ustadzah jangan kemana-mana, untuk hari ini bahaya," ucapnya lagi, kemudian dia pergi begitu saja. Aku duduk di sofa dan lanjut menonton televisi, aku penasaran siapa pria berpakaian seperti ninja itu? Namun sekarang tidak terlihat lagi sosoknya, yang ada adalah video Kusuma Jaya sedang menyayat leher wanita.

Astagfirullah hal adzim... sadis sekali dia! Ya Allah kenapa ada orang sekejam itu. Aku tak sanggup melihatnya, aku langsung mematikan TV nya. Siapa yang melakukan ini sebenarnya? Apa Galang? Lalu siapa yang tubuhnya hancur dan memakai seragam Galang waktu itu? Ah! Aku pusing memikirkannya, ini penuh teka-teki.

Apa yang akan terjadi setelah video ini tayang di semua televisi, apakah Kusuma Jaya akan ditangkap? Semoga dia diberikan hidayah dan bertaubat.

Aku merasa pusing jika terus memikirkan ini, aku masuk ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang. Hidup di atas kebenaran memang tidaklah mudah, banyak yang harus dikorbankan, meskipun sakit, aku harus bisa menahan rasa sakit itu. Mungkin ini karena salahku sendiri, yang tanpa sadar telah menyimpan dunia di hati, seharusnya dunia itu disimpan di tangan seperti do'a sahabat Umar bin Khattab, "Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan dia di lubuk hati kami."

Jika aku menyadarinya ini lebih awal, mungkin aku tak akan serapuh ini. Dunia dan seisinya simpan saja di tangan, maka ketika kehilangan, hatiku tetap baik-baik saja, namun ketika aku kehilangan keimananku barulah hatiku tidak baik-baik saja. Seharusnya aku lebih peka pada diriku sendiri.

Aku terbaring begitu nyaman di atas ranjang, tanpa sadar aku tertidur begitu saja. Beberapa saat kemudian entah sudah berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena mendengar suara keributan. Perlahan aku membuka mataku, kemudian mengambil posisi dukuk. Ada apa ini berisik sekali?

Seperti sedang terjadi perkelahian di depan rumahku. Aku bangun dan berjalan menuju jendela kamarku untuk melihat apa yang terjadi di luar. Aku buka gordennya sedikit, innalilahi, kenapa ada banyak orang berkelahi di depan rumahku? Tukimin juga ikut menghajar orang-orang, bahkan ayahku juga ikut-ikutan. Ada apa ini sebenarnya? Lalu dimana ibuku?

Aku keluar kamar untuk mencari sosok ibuku dengan tergopoh. "ummi...." Panggilku. Aku masuk ke kamar ibuku namun tak ada orang, kemudian aku mencari ke ruangan lainnya masih dengan mulutku yang tiada henti memanggil Umi. Tapi di seluruh ruangan tidak ada. Aku menuju pintu keluar rumah, sebelum membuka pintunya, aku melihat dulu dari jendela. Apakah di depan pintu aman? Bahkan di depan pintu pun ada yang sedang berkelahi dan entah siapa. Aku takut, nanti perutku kena tinjunya, bisa-bisa aku keguguran lagi.

Akhirnya aku keluar melalui pintu belakang. Setelah membuka pintunya, aku memakai sendalku. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, bahkan di halaman belakang rumahku pun ada yang berkelahi, hanya tak seramai di depan rumah. Ada satu orang melawan banyak orang. Aku mengabaikannya, aku mencari sosok ibuku atau Asma atau siapapun yang bisa memberiku jawaban, ada apa ini sebenarnya?

Tapi, tunggu! Laki-laki yang melawan banyak orang dengan sendirian itu, sangat lincah menaklukan lawannya dan sepertinya aku mengenali perawakannya, tinggi dan kekar, memakai baju kotak-kotak merah dengan lengan panjang yang di lipat sampai siku-sikunya. Apa mataku tidak salah lihat? Atau aku sedang berhalusinasi. Aku mengucek mataku, kemudian memukul pipiku dan mencubit tanganku.

Itu sungguh Galang!!!

Aku hampir tidak mengenalinya karena poniya sudah memanjang, namun tidak sampai menutupi matanya, dia sudah seperti Galang waktu SMA. Tapi ini sungguh? Apa aku sedang bermimpi? Ya Allah, bukankah Galang sudah meninggal?

Aku terus memperhatikannya, mataku tak sedetikpun beralih darinya. Kalau Galang memang masih hidup, kenapa dia tidak memberitahuku? Kenapa dia bersembunyi dariku?

Galang melihat ke arahku dan kami sempat saling bertatapan, namun Galang kembali fokus melawan lawannya. Aku bergeming sejak tadi, hanya mataku saja yang bergerak mengikuti arah Galang.

Ini sungguh Galang!!! Ya Allah... Galang, dia benar-benar masih hidup, aku senang, sedih atau bagaimana? Aku merasa anatara percaya dan tidak percaya.

Beberapa menit kemudian, Galang berhasil menaklukkan semua lawannya. Ada yang pingsan ada juga yang kabur. Kini aku dan Galang kembali saling melihat satu sama lain. Aku tidak sedang bermimpi kan, orang yang di depanku benar-benar Galang? Aku harus bagiamana? Rasanya aku ingin menangis karena terharu.

Angin bertiup kencang dan berhasil menerbangkan dedaunan yang berguguran. Cuaca siang ini juga sangat cerah. Sinar matahari tertutupi oleh pepohonan yang rindang, sehingga aku merasa sebuah keteduhan. Aku masih tidak percaya, aku meyakinkan diriku berkali-kali kalau ini bukan mimpi, kalau ini bukan halusinasi.

Perlahan-lahan aku melangkahkan kakiku mendekati Galang, angin masih saja berhembus, membuat langkahku sedikit berat. Pandangan mataku terus fokus pada Galang, Galang seperti menungguku di sana.

Sedikit demi sedikit, jarakku dengan Galang semakin mendekat. Aku berhenti melangkahkan kakiku ketika jarakku dengan Galang tinggal beberapa centimeter.

Galang tersenyum padaku, namun aku masih bergeming. Aku masih bingung dengan kondisi ini dan aku tidak tahu harus bagaimana? Aku menangkupkan kedua tanganku di pipi Galang.

Yah, ini benar nyata, ini bukan mimpi. Tapi, kemana saja dia selama ini? Apa dia tidak tahu kalau aku menangisinya dan hampir saja menikah lagi.

Aku menarik lagi tanganku dari pipi Galang. Tiba-tiba Galang merentangkan kedua tangannya dengan maksud agar aku memeluknya. Dia ini bagaimana, aku kesal padanya. Aku memutar badanku, hingga posisiku sekarang membelakangi Galang.

"Lah kok malah membelakangi?" Tanya Galang.

Aku menangis, dia ini jahat! Aku berpikir keras memikirkan cara mengembalikan nama baiknya sampai dokter bilang aku depresi, bahkan aku hampir menikah lagi, tapi dia terlihat begitu santai. Aku senang Galang kembali, tapi aku juga kesal padanya. Aku menangis dengan mengeraskan suara tangisku.

"Lho kok malah nangis?" Tanya lagi Galang. Galang berjalan hingga posisi dia ada di depanku sekarang, kemudian dia menangkupkan kedua tangannya di pipiku.

"Kamu kemana saja selama ini? Kalau kamu masih hidup kenapa harus bersembunyi dari aku? Dan kenapa baru muncul sekarang?" Tanyaku sambil menangis.

"Cup.. cup..cup.. maaf.. ceritanya panjang."

Aku kembali membelakangi Galang sehingga tangan Galang terlepas dari pipiku.

"Sepanjang apa sampai kamu harus bersembunyi selama 7 bulan lebih. Menelantarkan istrinya sendiri. Suami macam apa?"

Galang kembali berdiri di depanku, kemudian langsung memelukku. "Iya maafkan aku sayang, aku sedang menyusun rencana, jadi harus bersembunyi dulu dan aku sangat merindukanmu istriku ini..tapi kenapa istriku malah menghindar terus?"

Aku tak menjawab, aku terus menangis, tak lama Galang melepaskan pelukannya.

"Tapi.. kenapa aku tinggal 7 bulan kamu jadi gendut gini? Apa kamu sangat bahagia aku pergi? Sampai perut kamu jadi besar begini?"

Gendut? Aku berhenti menangis? Apa Galang tidak tahu kalau aku hamil?

"Aku hamil Galang," jawabku.

"Hamil? Anak siapa?"

Hah?

🔥🔥🔥

Bersambung...

Part nya pendek...

Ada yang senang Galang masih hidup?

Makasih buat yang udah nebak dengan penjelasan yang begitu panjang... Terharu deh..😊

Bentar lagi bakal tamat lho...
Aku nggak nyangka bisa namatin juga cerita ini, terharu lagi..

Tapi, belum sampai sini aja, setelah ini part nya akan kembali menegangkan...

Continue Reading

You'll Also Like

25.6K 1.8K 32
"Mahacintabrata" adalah sebuah novel modern bagi penyuka wayang atau siapa pun yang ingin tahu tentang seni warisan budayawan Indonesia ini. Kisah pe...
3.1K 438 22
2021 - Ngaji Roso Sejatinya Guru Cerita ini ku tuliskan setelah aku melewati begitu banyak perjalanan yang bermakna dalam hidupku. Perjalanan yang di...
1.7K 416 32
[Sudah Tamat] [Dalam rangka namatin cerita aja sih 0.1] [Serial Jati Diri#2] Erlita bagai mendapat tamparan keras setelah kematian orang tuanya. Hidu...
204K 5.8K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...