The Lost Prince [TAMAT]

由 KaiElian

156K 15.7K 467

Elisa Harris tak pernah bermimpi untuk tinggal di istana, punya pelayan pribadi, bergaul dengan ratu, memakai... 更多

Baca ini dulu yaaa :)
Tentang Calondria
Prolog
1. Rahasia Eugene
Meet the Character: Elisa Harris
2. Selamat Datang di Calondria
3. Sepupu Yang Tak Pernah Bertemu
4. Sang Tamu Kerajaan
5. Pertemuan Keluarga
6. Sebuah Rencana Sempurna
7. Obrolan di Tepi Danau
8. Elevator Nomor Dua Puluh Satu
9. Para Pengagum Rahasia
Meet the Character: Eugene & Edward L'alcquerine
10. Si Tetangga Sebelah
11. Seseorang Dari Masa Lalu
12. Prime Celestine
13. Hubungan
14. Permintaan Eugene
15. Kejujuran dan Kebenaran
16. Andrea
Meet The Characters: George, Janesse & Andrea
17. Gaun Biru Elisa
18. Jamuan Makan Malam Kerajaan
19. Kisah Crassulacea
Meet the Characters - Ratu Raquelle, Crassulacea, Lady Samantha
20. Hilang
21. Bahaya
22. Senjata Pamungkas
22. Sang Pangeran
23. Tamu Tak Diundang
25. Ratu Elisa
Epilog
Mari belajar Bahasa Calondria!

24. Pertemuan Keluarga Bagian 2

2.6K 352 9
由 KaiElian


"Samantha!" Ratu Raquelle berseru tak percaya. "Apa yang terjadi?"

"Oh, diam sajalah kau, Raquelle!" bentak Samantha galak. Reginald Lambert muncul di belakang Samantha, menenteng senapan dan tergelak angkuh. Dia memegang rantai berat yang terhubung pada Mores. Si kepala sipir sudah dihajar babak belur, wajahnya bengkak dan berdarah begitu parah sehingga tak bisa dikenali.

George mendekati Lady Samantha. "Bagaimana kau bisa kabur?"

"George, bukan seperti itu cara seorang raja menyambut bibinya!" pekik Samantha, pura-pura terkejut. "Kau seharusnya bilang, 'Selamat datang kembali, bibi.' Dan memberontak bukanlah urusan yang sulit diatur di penjara, di mana tiga perempat isinya dikurung di sana karena dihukum olehmu!"

"Lantas bagaimana dengan Edward?" kata George. "Dia tak mungkin meloloskan diri! Kamarnya di rumah sakit dijaga ketat!"

"Kau pikir aku memang sakit, George?" Edward tertawa geli. "Aku sengaja melakukannya. Aku meminta Eugene membawakanku makanan yang bisa meracuniku - aku memintanya. Begitu melihat kembaranku yang tolol datang ke penjara hari itu, aku tahu sekaranglah saat yang tepat untuk mengambil hakku. Yang perlu kulakukan hanyalah berpura-pura seolah aku hampir tamat sehingga si dungu Eugene simpati padaku. Dan untung kita punya Elisa di sini.... "

Elisa hanya bisa memejamkan mata begitu namanya disebut. Aku tahu seharusnya aku tidak kemari.

"Elisa?" Ratu Raquelle terperangah bingung. "Tapi apa yang Santionesse Harris lakukan?"

"Oh, banyak sekali!" kata Edward bangga. "Sebagai permulaan, menculiknya sudah sukses bikin kalian kalang kabut. Elisalah yang membebaskanku dari rumah sakit. Dia bersedia berpura-pura mengantarkan pesan dari Eugene untukku. Dan aku menyamar sebagai sopir Lexus kerajaan Monaco yang ditumpanginya untuk masuk ke istana ini. Tanpa Elisa, semua ini tak akan bisa terjadi."

"Aku terpaksa melakukannya!" kata Elisa. Gelombang rasa bersalah menghajarnya seperti badai. "Komplotan Edward mengancam akan meledakkan aula ini dan aku tidak bisa menolak. Aku tahu dia serius!"

"Keamanan!" Janesse berseru. "Tangkap mereka!"

Para pengawal di dekat pintu mengarahkan pistol mereka pada Samantha dan Lambert. Namun wanita itu tetap tenang, bahkan kini dia tersenyum sambil mengibas-ngibaskan tangan.

"Kau dengar teriakan-teriakan di luar sana, Quinze Celestine?" tantang Samantha, alisnya terangkat naik. "Para komplotanku sedang menyandera dua puluh tamu, empat di antaranya masih di bawah umur. Dan mereka tak akan segan melukai mereka, sama seperti yang terjadi Moresmu yang gagah itu!" Wanita itu menunjuk Mores yang jatuh pingsan kesakitan di dekat pintu. Beberapa tamu berseru terperanjat. "Jadi mari kita putuskan bagaimana ini akan berakhir. George, serahkan jabatanmu itu pada Edward dan semuanya akan baik-baik saja. Lagipula, mahkota itu kelihatan lebih cocok di kepalanya daripada kepalamu yang besar itu. Atau kau bisa memilih mempertahankan posisimu, dan acara ini akan jadi tragedi yang mengerikan."

George menatap seisi aula dengan nanar. Janesse menggeleng pelan sekali. Ratu Raquelle tertunduk sedih. Elisa mencari-cari di sekitarnya. Dia tak mau diam saja menyaksikan Edward mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Jabatanmu," bisik Edward, membenamkan pedang itu semakin dalam ke leher George. "Serahkan sekarang juga, dan ini semua akan berakhir."

George mengkertakan gigi. "Tidak akan pernah!"

"JABATANMU, GEORGE!" hardik Samantha tak sabar. "Lima detik yang kau tunda, berarti satu nyawa yang akan melayang. Eits!" Dia menggoyangkan jari ke satu pengawal yang diam-diam membidiknya. "Jangan coba-coba. Ingat hadiah kecil yang terpasang di bawah aula ini? BUM! Dan kita semua tamat."

"Aku perlu jaminan," desak George. "Bahwa kau akan menepati janjimu untuk membebaskan semua orang jika aku menyerahkan jabatanku padamu."

Edward memandang ibunya, dia tampak ragu-ragu. Samantha menggeram, meraih radio di tangannya dan berseru. "Carlos, lepaskan Eugene!"

"Baik, my lady," balas suara di seberang radio. Di latar belakang, semua orang bisa mendengar Eugene bertanya bingung. "Siapa itu yang berbicara? Mengapa kalian membebaskanku?"

"Nah..." Samantha mengibaskan tangan dengan gaya memutuskan. "Puas?"

George menelan ludah. "Saya, George Sebastian Robert, Raja Calondria yang ketiga puluh delapan, dengan sadar dan sukarela menyerahkan jabatan saya...."

"AAARRRGGGHHH!"

Seseorang muncul dari belakang panggung dan menyerang Edward. Pangeran palsu itu terhuyung-huyung dan menabrak kursi kebesaran. George langsung menyambar kesempatan itu, dia berkelit dan berhasil membebaskan diri. Sekarang Edward berkutat dengan laki-laki yang menyerangnya, mereka terguling jatuh ke lantai, tangan Edward menggapai-gapai berusaha meraih pedang yang terlempar jauh ke bawah panggung. George berlari menghampiri Janesse dan ibunya, tangannya terentang berusaha melindungi mereka.

"SEMUANYA TAK ADA YANG BERGERAK!" teriak Samantha sambil mengacungkan senapan Reginald Lambert yang telah direbutnya. Edward telah berhasil memiting penyerangnya ke lantai tapi tidak menodongnya. Lalu tiba-tiba dia berdiri dan menatap sosok itu, wajahnya pucat pasi.

"Samantha!" 

Sosok itu berbalik. Suaranya dalam dan tenang, seperti berasal dari dimensi lain. "Sudah cukup. Hentikan semua ini."

Lady Samantha bergidik. Alfred dan beberapa tamu lainnya berseru "Oooh..." tidak percaya, mata mereka membeliak menatap sosok itu.

"Mark," kata Samantha. Selama beberapa detik dia hanya melongo, seperti tersihir. "Apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa—"

Mark L'alcquerine terlihat seperti keluar dari sebuah lukisan dari masa lalu, wajahnya terlihat lusuh dan tua. Kehadiran sang L'alcquerine senior dalam situasi genting seperti itu menambah aura panik dan ketakutan yang sudah mengisi aula itu. Secercah harapan muncul di benak Elisa—dia hampir lupa soal Mark yang sedang berbaur bersama komplotan para penjahat. 

"Sudah cukup," ulang Mark. Dia memberanikan diri untuk bangkit berdiri. Edward hanya bergeming menatap ayahnya. "Tak ada gunanya. Kau mencoba sesuatu yang mustahil selama bertahun-tahun."

"Aku tidak..." Samantha mengerjap-ngerjap dan menggeleng kecil. "Ini bukan mustahil! Akulah yang seharusnya menjadi penguasa Calondria, bukan Robert! Aku anak sulung. Ini hakku!"

"Kau sudah mendapat hakmu," sahut Mark, terdengar nyaris penuh sayang. Sekarang dia mencoba mendekati istrinya, gerakannya pelan dan penuh perhitungan. "Kau adalah Celestine Samantha L'alcquerine, kakak kandung sang raja. Tidak ada yang bisa mengambil itu darimu. Kau bukan hanya layak mendapat kehidupan mewah ini, tapi kau memang sudah memilikinya. Robert tidak pernah melarangmu tinggal di Faranvareza, dia selalu memohon agar kita menetap disini. Tapi kau menolaknya."

"Robert menghinaku!" tukas Samantha parau. "Menurut Robert, setelah dia sukses mengambil tahtaku, dia bisa membujukku untuk tinggal di sini dan menontonnya memainkan peran yang seharusnya diperuntukan bagiku? Dan menurutmu aku akan tinggal diam saja, begitu? Belum pernah aku dihina serendah ini!"

"Berapa lama lagi kau akan membiarkan ambisimu memakan korban?" tuntut Mark tajam. "Kau sudah meracuni pikiran Edward dengan kekuasaan. Robert tak berumur panjang karena kau meracuninya! Cessy yang tak ada hubungannya dengan semua ini terbaring lemah di rumah sakit! Semua orang mengira aku yang memukulnya, padahal itu ulah komplotanmu!"

"Jangan mengguruiku! Kehadiranmu saat ini di tempat ini sesungguhnya merupakan kejahatan tersendiri, Mark. Sepuluh tahun kau menghilang, kau tak lagi jadi bagian keluarga ini." kata Samantha enteng. "Dan soal Cessy, aku harus menyingkirkannya. Aku tahu dia terus berjaga di ujung jalan rahasia itu di bawah tanah, untuk mencegah penyelundup masuk ke istana. Tentu saja aku tak bisa membiarkan Cessy menggagalkan rencanaku lagi seperti yang dilakukannya empat tahun lalu! Tidak, aku tak bisa membiarkannya!"

Mark menggeleng-geleng sedih. "Dia adikmu, Samantha!"

"DIA PENGACAU!" bentak Samantha marah. "Dan jangan berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua waktu itu, Mark! Ooh, aku tahu! Ya, aku tahu persis apa yang terjadi! Kau betul-betul busuk!"

"Tapi aku menikahimu dan kita hidup bahagia di Paris," kata Mark sedih.

"KAU LEMAH!" bentak Samantha marah. Air matanya mulai merebak dan ekspresi dingin kembali merasuki wajahnya. "Bahagia katamu? Aku memaksa Edward dan Eugene mencuri setiap hari karena kau tak memberi kami cukup uang. Kau tak punya mimpi, Mark! Kupikir kau pria yang kuat, yang menginginkan kehidupan yang terbaik bagi keluargamu, tapi kau puas hanya dengan secuil saja padahal kau bisa memiliki segalanya!"

"Kita tak perlu segalanya, Samantha."

"Kau salah. Aku mau segalanya!"

Mark sudah begitu dekat dengan istrinya sekarang, Elisa berharap dia akan menyambar senapan itu dari tangan Samantha. "Kuhabiskan lima tahun di penjara untuk sesuatu yang tidak kulakukan. Begitu kembali, kalian semua sudah tak ada. Lima tahun aku hidup di jalanan, berusaha menemukan kalian."

"Dan kau sekarang minta pengakuan?" Samantha terbahak getir. "Waktu yang kau habiskan di sia-sia karena kau tak mendapat apa-apa! Aku dipenjara empat tahun karena berusaha meminta bagianku, Mark. Aku betul-betul keliru menilaimu. Kupikir setelah Cessy..." Samantha terdiam sejenak, air mata kemarahan menggenang di pelupuk matanya. "Aku paham mengapa kau tak bisa lepas dari bayang-bayang Cessy. Kalian sama-sama tak punya ambisi. Kalian begitu tidak berdaya!"

"Samantha," panggil Ratu Raquelle tenang. "Aku dan Robert sama sekali tak pernah ingin kau pergi dari sini. Dan Cessy menginginkanmu untuk menjadi ratu. Tapi kau sendiri yang memilih untuk pergi ke Paris. Kami menghormati keputusanmu. Tak ada yang berusaha mencegahmu menjadi ratu, tapi Commes yang memutuskan, Robert dan aku tidak bisa–"

DHUAR!

Suara letusan itu begitu memekakan telinga sehingga waktu terasa berhenti. Elisa menjerit ngeri melihat Ratu Raquelle melayang roboh beberapa meter di sampingnya, tangannya menggapai berusaha meraih putranya, darah segar terpancar dari punggungnya. Para tamu berlarian keluar Pretory Hall sambil menjerit-jerit.

"SAMANTHA!" teriak George murka. Dia jatuh tersungkur dan menangkap ibunya yang berdarah-darah. "BERANI-BERANINYA KAU!"

"Sejujurnya," desis Samantha santai seolah baru saja menepuk seekor lalat. "Kaulah yang paling kubenci, Raquelle. Berani benar kau menguliahiku tentang mengambil keputusan!" Diayunkannya senapan di tangannya. "Nah, apa masih ada orang brengsek lainnya yang ingin coba-coba? Mark, kau tahu aku tak peduli lagi."

"Kau bukan Samantha yang kukenal!" kata Mark lirih.

"Kau tidak mengenalku," balas Samantha sengit. Dia menunjuk mahkota George yang sudah terguling di lantai dan berseru pada Edward. "Pakai mahkota itu, nak!"

Edward mengangkat mahkota itu, kilau emas terpantul di mata biru elektriknya. Seisi aula menunggu dengan tegang sambil menahan napas. Perlahan tapi pasti, dia meletakkan mahkota itu ke kepalanya.

"Akhirnya!" kata Edward lirih, matanya terpejam dalam kenikmatan gila yang muncul dari kehadiran mahkota raja di kepalanya. Elisa melihat Alfred merosot lesu di tempatnya. Kardinal Anselmus menutupi wajahnya dengan tangan.

"Tidakkah kalian memberi hormat kepada Raja kalian?" Samantha berseru.

Semuanya bergeming.

"Saatnya memerintah, Nak!"

Edward tertawa kasar, mata birunya berkilat-kilat jahat. Raja baru itu membuka tangannya lebar-lebar dan tertawa semakin keras. "Kau!" Dia menunjuk Janesse. "Beri hormat padaku!"

Janesse menggeleng angkuh. "Kau bukan rajaku!"

"Kau jalang brengsek!" hardik Samantha jengah. "Beri Edward hormat, atau aku akan menembaki semua orang yang ada di sini!"

Janesse menatap George, seperti minta masukan. George balas memandangnya, tatapannya sulit ditebak. Lalu dia mengangguk kecil. Dengan ogah-ogahan, Janesse maju dan berlutut di depan Edward. Ekspresi Edward puas sekali.

Tiba-tiba Janesse menjerit. Edward menjambak rambutnya dengan kasar dan memaksanya berdiri. George melesat maju bagai singa yang terluka, tapi Edward sudah menarik Janesse menuju pintu keluar, Samantha mengikutinya dengan tergopoh-gopoh.

"Ke mana kau akan membawanya?" tanya George, wajahnya merah padam.

"Kembali ke jalanan, ke tempat kau memungutnya!" balas Edward. Dia menarik Janesse sepanjang koridor tengah aula. Mark mencoba menghalang-halangi, tetapi Samantha menembak kakinya sehingga pria itu jatuh tersungkur. Para tamu membeku ketakutan. George melesat menyusul di belakang Edward dan Samantha.

Elisa berlari ke pintu depan, tapi ada tangan yang menarik kakinya hingga dia hampir jatuh terjerembab.

"Santionesse Harris," panggil Ratu Raquelle lemah. Alfred menopang kepala wanita itu, gaunnya yang cantik bersimbah darah. Dia mengisyaratkan Alfred agar membantunya duduk tegak.

Elisa berlutut mendekati wanita itu.

"Apa yang ingin Anda lakukan, Prime Celestine?" tanya Alfred cemas. Tapi Ratu Raquelle hanya diam saja. Dia menarik tangan Elisa dengan kuat, tarikannya terasa mendesak. Dengan susah payah dia melepas mahkota di kepalanya dan mengangsurkannya pada Elisa.

"Saya, Raquelle Mathilda Robert," kata Ratu Raquelle terbata-bata sambil meremas tangan Elisa. "Secara sadar dan sukarela menyerahkan jabatan saya sebagai Ratu Calondria pada Elisa Harris, disaksikan Alfred Carradine. Long live the Queen!"

Elisa terpana. "Apa maksud Anda, Prime—"

"Elisa," potong Alfred cepat-cepat. Dia sudah tak lagi memanggil Elisa dengan sebutan 'Santionesse Harris'. "Saat ini secara posisi penguasa Calondria kosong!"

Elisa kurang memahami apa yang sedang terjadi. "Tapi George tidak menyelesaikan penyerahan jabatan itu—"

"Karenanya, jabatan Edward sebagai raja tidaklah seratus persen sah. Dengan kosongnya posisi Raja Calondria, saya otomatis kehilangan wewenang sebagai Perdana Menteri, begitu juga Quinze Celestine Janesse. Namun sekarang posisi strukturalnya sudah berubah. Prime Celestine tetap memegang jabatannya karena beliau menjadi ratu lewat pernikahan dengan Raja Robert. Dan Raja Robert tidak pernah menyerahkan jabatannya pada siapa pun. Itu artinya, status ratu Prime Celestine tak tergoyahkan."

"Alfred," potong Ratu Raquelle lemah. "Nanti saja."

"Saat ini Prime Celestine adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Calondria," lanjut Alfred, setengah panik, setengah antusias. "Dan beliau baru saja menyerahkan jabatannya pada Anda."

Pemahaman akan situasi ini membuat Alfred dan Elisa sama-sama gemetar. Alfred menyodorkan mahkota Prime Celestine ke pangkuan Elisa.

Alfred membungkuk. "Long live the Queen!"

"Saya... ini tidak... apa yang..." Elisa menatap mahkota di pangkuannya itu, kilaunya membuatnya pusing. Apa yang baru saja terjadi? Apa yang harus kulakukan pada mahkota ini?

"Quinze Celestine, cepatlah!" desak Alfred. "Waktu kita tidak banyak!"

Seolah tangannya bergerak tanpa disadari, tiba-tiba Elisa sudah mengangkat mahkota itu dan memakainya. Herannya, ukuran mahkota itu pas dengan kepalanya.

"Saatnya memerintah," kata Alfred sambil tersenyum samar.

继续阅读

You'll Also Like

447K 18.1K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
5.6M 297K 57
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
804K 5.9K 21
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
880K 88.3K 55
Ia adalah pemilik takhta yang sesungguhnya. Ia pemuda terhebat satu dalam seratus tahun yang diimpikan setiap wanita. Ia mampu mengendalikan dunia se...