SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔

By Mlyftr96

1.4M 139K 17.3K

Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tent... More

Samudera - 1
Samudera - 2
Samudera - 3
[Bukan Update] Samudera dan Oceana
Samudera - 4
Samudera - 5
Samudera - 6
Samudera - 7
Samudera - 8
Samudera - 9
Samudera - 10
Samudera - 11
Samudera - 12
Samudera - 12
Samudera - 13
Samudera - 14
Samudera - 15
Samudera - 16
Samudera - 17
Samudera - 18
Samudera - 19
Samudera - 20
Samudera - 21
Samudera - 22
Samudera - 23
Samudera - 24
Samudera - 25
Samudera - 26
Samudera - 27
Samudera - 28
Samudera - 29
Samudera - 30
Samudera - 31
Samudera - 32
Samudera - 33
Samudera - 34
Samudera - 35
Samudera - 36
Samudera - 37
Samudera - 38
Samudera - 39
Samudera - 41
Samudera - 42
Samudera - 43
Samudera - 44
Samudera - 45
Samudera - 46
Samudera - 47
Samudera - 48
Samudera - 49
Samudera - 50
Extra Part

Samudera - 40

21.7K 2.3K 351
By Mlyftr96

Selamat atas ranking 3 nya LutfiahAnggrainiSyah

Selamat malam minggu

Happy reading. Jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

"Apa benar di sini rumahnya Bapak Bayu?" tanya salah seorang polisi yang datang bersama dua polisi lainnya.

Ara memasang wajah bingung tapi tetap saja ia mengangguk. "Iya, Pak. Ada apa ya?"

Kemudian polisi itu memberikan sebuah amplop yang berisi surat kepada Ara, lalu gadis itu membaca secarik kertas tersebut. "Surat penangkapan?"

Sesaat setelah itu muncul seorang pria dari dalam rumah yang sudah rapi hendak berangkat kerja. Matanya terbelalak saat menyadari siapa yang bertamu pagi-pagi di rumahnya. Ia langsung mengambil surat tersebut dari tangan Ara lalu membacanya secara rinci. "Saya tidak bersalah!"

"Anda bisa ikut kami ke kantor dan bisa jelaskan di sana."

Ketiga polisi tersebut langsung membawa Bayu masuk ke dalam mobil yang bersirine itu.

"Papa..."

Ara menelan ludah susah payah saat melihat Ayahnya dibawa oleh pihak berwajib. Lalu ia masuk ke dalam rumah meraih tas dan kunci mobil, setelah itu ia menuju perusahaan tempat Bayu bekerja.

♥ ♥ ♥

Mobil Ara terparkir di depan gedung pencakar langit, setelah itu ia keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya ke dalam perusahaan tersebut.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya security yang berjaga di pintu masuk.

"Saya anaknya Pak Bayu, ingin bertemu Bapak Mario Aditama!" Setelah dipersilakan masuk, Ara langsung melangkahkan kakinya ke dalam dan menuju lantai teratas.

Ara melewati seorang sekretaris, namun saat hendak menarik engsel pintu tiba-tiba sebuah tangan mencegat. "Ada keperluan apa ke ruangannya Pak Mario?"

"Bukan urusan situ!"

"Jelas urusan saya, saya sekretarisnya."

"Baru jadi sekretaris aja belagu!" Ara langsung mendorong sang sekretaris itu hingga tersungkur dan Ara langsung masuk ke ruangan tanpa permisi.

Rio yang sedang fokus terhadap layar laptop kini pandangannya teralih kepada seorang perempuan yang tak asing.

"Ada keperluan apa?" pertanyaan datar terucap dari bibir Rio tanpa menampilkan seulas senyum.

"Maksud anda apa membuat tuntutan bahwa Ayah saya melakukan penggelapan dana di perusahaan ini?" pandangan Ara setajam silet dan rasanya ia ingin menghancurkan seluruh barang yang ada di ruangan ini.

Rio memberikan data laporan keuangan perusahaan yang digelapkan oleh Bayu kepada Ara. "Seharusnya uang senilai 100 juta dialihkan untuk pembangunan proyek baru di Bali, tapi uang itu ia alihkan ke rekening pribadinya."

Ara membaca rentetan kata yang masih sulit diterima oleh hati dan pikirannya. "Gak mungkin, pasti ini ada kesalahan."

"Ayah kamu telah bekerja di perusahaan ini selama 10 tahun dan ternyata dia mengkhianati kepercayaan saya."

Ara mengepalkan tangannya. "Cabut tuntutan itu atau saya akan berbuat sesuatu terhadap kesayangan Anda!"

"Ancaman yang luar biasa."

Air mata Ara jatuh seketika, ia melempar surat itu ke sembarang arah. Dengan perasaan amarah Ara keluar dari ruangan Rio hingga terdengar bantingan pintu amat keras.

Setelah itu ia mengetikkan sebuah pesan.

Ara : Bang Rayhan, kita harus lakukan sesuatu.

♥ ♥ ♥

Pertemuannya dengan Samudera semalam sangat membekas di pikiran Oceana, pria yang pernah mengukir kebahagiaan dan luka kini hadir kembali dengan membawa luka baru.

Seharusnya Oceana bahagia akhirnya pria yang masih ia cintai datang kembali dan berniat meminangnya, tapi lagi-lagi kekecewaan itu belum berhasil ia tepis, juga belum siap menjadi ibu tiri dari anak perempuan yang telah merebut kebahagiannya.

Ah, sial. Aku gak sebaik itu!

Oceana menepikan mobilnya ke trotoar karena ia tidak bisa fokus menyetir.

Mata Oceana tertuju kepada bangunan sekolah dasar yang tak jauh dari sana. Ia melihat Axel yang keluar dari sebuah mobil, tak sadar seulas senyum terukir dari bibir Oceana melihat bocah cerdas itu.

Oceana hendak menyalakan mesin mobilnya, namun sial mesinnya tidak bisa hidup. Ia keluar dan membuka kap mobil tapi sayangnya ia gak paham tentang mesin mobil.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di samping Oceana dengan menampilkan senyuman manisnya.

Tidak ada tanggapan dari Oceana tapi pria itu langsung melihat keadaan mobil tersebut. "Mobilnya udah berapa lama ga diservis?"

"6 bulanan, mungkin."

"Pantas mogok, harus sering dirawat." Samudera menaikkan sebelah alisnya."Rawat hati aja bisa, masa rawat mobil gak bisa," lanjut Samudera membuat Oceana rasanya ingin muntah. "Buktinya kamu bisa rawat hati kamu, tetap stay sama aku,"

"Receh banget, dan satu lagi berhenti terlalu percaya diri."

Samudera mengendikkan bahunya. "Hubungi mobil derek aja, biar aku antar kamu ke rumah sakit," ujarnya sembari mengirim pesan kepada bengkel.

"Gak usah, bisa pakai taksi."

"Aku sekalian mau balik, kan apartemen aku sama tempat kamu kerja searah, jadi sekalian."

"Sejak kapan kamu tahu di mana tempat aku kerja."

"Sejak hatiku memutuskan kamulah yang menjadi pelabuhan terakhirku."

"Jijik."

Samudera tertawaa renyah. "By the way, aku udah hubungi bengkel. Sekarang kamu ikut aku."

"Gak."

"Udah ayo," Samudera langsung menarik Oceana masuk ke dalam mobilnya.

Sekarang Oceana sudah duduk di dalam mobil dengan kesal. "Sam!"

"Tenang aja, Na. Mobilnya aman."

Samudera langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, salah satu cara yang dia lakukan agar bisa berlama-lama dengan Oceana, lagipula jalanan juga sedang macet.

"Tadi aku antar Ax sekolah."

"Hm."

"Lucu ya, Na. Dulu kita sahabat dekat dan pernah pacaran, terus sekarang kayak musuh. Terkadang dunia selucu itu ya."

Oceana hanya asyik dengan ponsel yang ada digenggamannya tanpa berniat menggubris ucapan Samudera.

"Na, aku tahu kamu pasti kangen aku, seperti aku yang kangen kamu."

Oceana menarik napas panjang. "Sam, kamu hanya masa lalu yang ingin aku buang, jadi berhenti berlaku seakan kita bisa bersama lagi."

"Na, apa salahnya kamu jadi istri aku."

Oceana tersenyum kecut. "Terus jadi ibu tiri dari anak perempuan yang udah jadi penghancur kebahagiaanku?"

"Na, Ax gak bersalah."

"Yes, i know. Tapi aku ga sebaik itu bisa menerima anak kamu sama Alin jadi anakku."

Samudera menepikan mobilnya ke pinggir jalan, ia menatap Oceana. "Na, dia butuh ibu. Dia cuma anak kecil yang ingin mendapatkan kasih sayang dari seorang wanita yang bisa dia panggil Mama, dan aku berharap kamulah yang bakal jadi ibunya."

"Kamu tahu pekerjaan aku yang jarang pulang membuat dia kekurangan perhatian. Minggu depan aku udah mulai terbang lagi dan itu akan lama," lanjut Samudera.

"Gak ada urusannya sama aku." Oceana masih berusaha bersikap seolah-olah ia tidak peduli, namun di hatinya terdalam, ia senang melihat Axel.

Samudera menghela napas, kemudian ia melajukan mobilnya. Sesekali Samudera melirik Oceana yang sedang memainkan ponselnya, tidak ada lagi yang memulai obrolan, hanya suara mesin mobil yang menemani perjalanan mereka.

♥ ♥ ♥

Setelah mengantar Oceana, ia mengurungkan niatnya untuk balik ke apartemen, namun ia melajukan mobilnya ke kantor Rio.

Samudera sudah siap dengan segala risiko yang akan ia hadapi saat bertemu Rio.

Ini sebagian kecil dari perjuanganku.

"Mbak, saya mau ketemu Pak Rio," ujar Samudera kepada sang sekretaris.

"Sudah buat janji?"

"Saya calon menantunya."

Perempuan itu melongo lalu mempersilakan Samudera masuk ke dalam ruangan Mario.

"Pagi, Om."

Rio menatap datar Samudera yang sudah duduk di sofa. "Ada apa? Saya ada meeting sebentar lagi."

"Maaf, Om. Saya datang ke kantor Om pagi-pagi. Soalnya saya tidak ingin menunda waktu lagi. Saya ingin minta izin Om untuk melamar Oceana."

"Lamar? Saya ga setuju, begitu banyak luka yang kamu torehkan kepada putri saya, dan sekarang kamu ingin melamarnya? Itu hanya ada di mimpi kamu."

"Om, saya cinta sama Oceana, Om."

"Lagipula kamu sudah punya anak, tambah buat saya gak setuju."

"Namanya Axel, saya percaya Oceana bisa jadi ibu yang baik buat Axel."

"Persetan dengan namanya! Lagian Oceana akan menikah dengan Arvin."

"Gak, saya yakin Oceana masih mencintai saya."

"Jangan mimpi kamu, ini udah 7 tahun, banyak yang berubah selama ini."

"Om, izinkan saya yang menjadi suami Oceana."

"Sayangnya Arvin lebih pantas jadi menantu saya, dia gak pecundang seperti kamu."

Hati Samudera bagai teriris sembilu mendengar pengakuan Rio, bukan hanya Adrian yang menolak kehadirannya, namun juga Rio.

"Saya mau meeting," Rio langsung keluar dari ruangannya, meninggalkan Samudera yang masih tidak percaya atas apa yang ia dengar.

Sebelum janur kuning melengkung, kesempatanku masih besar.

♥ ♥ ♥

Continue Reading

You'll Also Like

46.3K 1.1K 25
Coba tebak, selain merah, seperti apakah warna cinta? Apakah putih atau mungkin juga abu-abu? Bingung? Kau bisa tahu jawabannya disini, di masa ini...
575K 22.4K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.2K 202 16
"Shaka gak pernah pacaran, gimana kalau Shakira jadi pacarnya Shaka?" --------- 90 persen katanya cinta pertama akan berepilog dengan tidak bersama-s...
22.1K 831 42
Jingga tidak akan pernah membayangkan dirinya jika hidup tanpa Langit. Dan prinsip Langit juga sama seperti Jingga. Bahkan, Langit punya tanggung jaw...