SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔

By Mlyftr96

1.4M 139K 17.3K

Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tent... More

Samudera - 1
Samudera - 2
Samudera - 3
[Bukan Update] Samudera dan Oceana
Samudera - 4
Samudera - 5
Samudera - 6
Samudera - 7
Samudera - 8
Samudera - 9
Samudera - 10
Samudera - 11
Samudera - 12
Samudera - 12
Samudera - 13
Samudera - 14
Samudera - 15
Samudera - 16
Samudera - 17
Samudera - 18
Samudera - 19
Samudera - 20
Samudera - 21
Samudera - 22
Samudera - 23
Samudera - 24
Samudera - 25
Samudera - 26
Samudera - 27
Samudera - 28
Samudera - 29
Samudera - 30
Samudera - 31
Samudera - 32
Samudera - 33
Samudera - 34
Samudera - 35
Samudera - 36
Samudera - 37
Samudera - 39
Samudera - 40
Samudera - 41
Samudera - 42
Samudera - 43
Samudera - 44
Samudera - 45
Samudera - 46
Samudera - 47
Samudera - 48
Samudera - 49
Samudera - 50
Extra Part

Samudera - 38

17.7K 2.3K 757
By Mlyftr96

Aku gak bisa sering-sering update. Bapakku lagi sakit dan aku sering bolak balik rumah sakit

Katanya kalau banyak yang doain, cepat diizabah, doain biar Ayahku cepat sembuh dan operasinya berjalan lancar

Happy reading, jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

7 tahun kemudian

Semua tidak ada yang tersisa lagi, hal indah yang dulu pernah terjadi sudah berubah menjadi kenangan pahit. Ketika takdir mengubah persahabatan menjadi cinta, namun enggan untuk menyatukan di situlah tertancap duri yang begitu menusuk relung hati, rasanya sangat menyesakkan untuk diingat segala kebahagiaan yang pernah terukir.

Semua hal yang berkaitan tentang laki-laki itu sudah Oceana lenyapkan, bahkan untuk selembar foto pun sudah tidak ada. Rasa kecewa yang begitu mendalam sangat membekas, untuk sekadar mengingat wajahnya atau menyebut namanya pun enggan.

Laki-laki itu begitu pintar membuat terbang setinggi angkasa, lalu akhirnya dihempaskan ke lautan kehancuran yang begitu mendalam.

Hembusan napas terdengar beberapa kali, itu caranya untuk menghapus rasa sesak kala masa lalu menyapa.

Terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki semakin mendekat ke arah perempuan berjas putih itu.

"Na, kuy lunch." Seseorang yang baru masuk tadi berdiri di hadapannya membuat perempuan itu mendongak dan menatap pria yang berprofesi sebagai arsitek itu.

"Lagi banyak kerjaan, nanti aja lunch-nya."

"Kerjaan apa? Melamun maksud lo?"

Oceana terkekeh dan akhirnya perempuan yang bernama Oceana itu berdiri dan meraih tasnya di atas meja. "Lunch di mana?"

"Di mana-mana hati lo senang."

"Halah."

Keduanya berjalan beriringan keluar dari rumah sakit. Dulu katanya pilot dan dokter adalah pasangan ideal. Itu dulu, sebelum takdir dengan teganya memisahkan mereka.

"Gue lagi pengin bebek bakar," ujar Oceana.

"Ok."

Letak kantor Arvin dengan rumah sakit tidak begitu jauh, membuat ia sering datang berkunjung kala senggang.

♥ ♥ ♥

Mobil itu berhenti di depan warung bebek bakar yang ada di perempatan lampu merah tak jauh dari rumah sakit tadi. Keduanya memasuki warung itu yang ramai, memang bebek di sini juara, terkenal enak dan harga yang terjangkau membuat banyak peminatnya.

"Nasi bebek bakar dua, sama es jeruknya dua, Mbak." Arvin menatap pelayan yang sedang mencatat menu pesanan mereka.

"Baik Mas, mohon ditunggu." Setelah itu ia kembali ke belakang.

Arvin menatap Oceana yang sedang memainkan ponselnya. "Na, ini udah lama dan lo masih stuck sama satu nama? Sedangkan dia udah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang."

Oceana mengalihkan pandangannya dari ponsel ke mata Arvin. "Ngomong apa sih, Kak?"

"Gue tahu yang ada di pikiran lo sekarang."

"Emang apa?"

"Lo lagi pikirin Samudera kan?"

"Sok tahu."

Semenjak hubungannya berakhir dengan Samudera, Oceana bukan lagi perempuan yang ceria, namun terkesan tertutup dan lebih dingin. Selama ini yang dekat dengannya hanya Arvin, lebih tepatnya berusaha mendekati Oceana.

Ponsel Oceana bergetar, menandakan ada telepon masuk dan itu dari Adrian.

"Ya, Bang?"

"Jangan keasyikan kerja, nanti malam acara pertunangan gue. Jangan sampai lo gak datang."

"Iya, sampai sore kok shift gue hari ini."

"Siap."

Setelah itu sambungannya terputus dan makanan pesanan mereka datang.

♥ ♥ ♥

Tidak ada hal menarik menurut Oceana, semua tamu undangan saling melempar senyum dan tawa bahagia. Tapi tidak dengan dirinya. Lebih baik ia tidur untuk mengistirahatkan badannya karena seharian lelah bekerja.

Oceana duduk di salah satu kursi yang tersedia di ballroom hotel ini, sambil memainkan ponselnya. Seharusnya ia menikmati acara pertunangan Abangnya, tapi entahlah dunia Oceana sudah tidak sebahagia dulu, sebelum Samudera pergi.

Selama 7 tahun berusaha baik-baik saja itu bukan hal yang mudah, berpura-pura bahagia dan kerap mengukir senyuman palsu, itu amat menyakitkan.

"Awhhhhh," teriakan seseorang di sebelahnya membuat lamunan Oceana buyar.

Oceana mendekati seseorang yang terjatuh. "Kenapa?" ia mengangkat tubuh mungil laki-laki yang diperkirakan usia 6 tahun.

"Tadi aku lari tapi malah jatuh," ujarnya.

Bocah tampan, mengingatkanku pada seseorang.

Oceana membawa anak kecil itu duduk bersebelahan dengan kursinya tadi.

"Nama kamu siapa?"

"Axel, kalau Tante cantik namanya siapa?"

"Panggil aja Kak Oceana. Aku masih terlalu muda untuk dipanggil Tante."

Bocah lelaki yang bernama Axel itu hanya manggut-manggut.

"Kamu ke sini sama siapa?"

"Tadi sama Papa, tapi Papa lagi ke toilet."

Acara pertunangan ini cuma dihadiri sama orang-orang terdekat, mungkin aja Axel ini keluarga dari Kak Shila.

"Kamu keluarganya Kak Shila?"

"Iya, kata Papa Tante Shila itu sepupunya."

"Kamu tinggal di Jakarta? Setahuku Kak Shila itu orang Palembang."

"Aku baru seminggu di sini. Sebelumnya tinggal di New Zealand sama Papa."

"New Zealand?"

Tak lama kemudian muncul Adrian dan Shila yang sedang bergandengan tangan. "Lho Axel? Udah sampai? Papanya mana?" tanya Shila.

"Papa lagi ke toilet tadi, katanya sakit perut."

"Siapa, Shil?" tanya Adrian.

"Anaknya sepupu aku."

"Kamu punya sepupu tinggal di Jakarta?"

"Iya, karena orangtua aku di Palembang jadi yang wakilkan ke acara pertunangan kita itu sepupu aku."

"Acaranya belum mulai? Gue udah ngantuk, pengin pulang dan tidur."

"Yaelah baru jam 7, bentar lagi."

Tak sengaja mata Oceana menangkap wajah seseorang yang sangat ia rindukan, tapi ia tepis tidak mungkin lelaki itu ada di sini sekarang. Tidak ada yang mengundangnya.

"Papa!" teriak Axel, hingga lelaki yang dipanggil itu mendekat.

Oceana menatap tidak percaya, lelaki yang dipanggil Papa itu adalah Samuderanya, lelaki yang telah mengenalkannya tentang cinta dan juga kesakitan.

"Oceana," Samudera tidak kaget dengan pertemuan ini, karena sebelumnya ia tahu kalau keponakan Mamanya itu akan bertunangan dengan Adrian.

Oceana tersenyum tipis. "Bang, gue pulang ya. By the way, selamat buat pertunangan kalian."

Oceana langsung berlari keluar dari ballroom hotel itu dan Samudera langsung mengejarnya.

Secepat apapun langkah kaki Oceana tetap Samudera bisa mengejarnya. Lelaki itu menarik tangan Oceana untuk masuk ke dalam mobilnya yang sudah terparkir rapi.

"Maaf," ujar Samudera akhirnya.

Oceana tetap tenang, berusaha seakan tidak terjadi apa-apa. "Buat apa?"

"Buat semuanya."

"Aku udah lupain kok. Gak ada yang perlu dimaafkan." Oceana tidak berani menatap mata Samudera, karena ia takut air matanya tumpah saat kedua mata itu bertemu.

"Namanya Alvareli Xelio Alardo, umurnya 6 tahun, dia anakku."

Air mata Oceana tumpah saat mendengar pengakuan itu. Buru-buru Oceana menepisnya. "Pantas wajah kalian mirip."

"Maaf."

"Seribu kali kamu minta maaf gak bisa menyembuhkan hatiku."

Oceana berusaha menatap mata Samudera lalu menggigit bibir bawahnya sejenak. "Aku gak nyangka pertemuan kita setelah 7 tahun ternyata menciptakan luka baru. Kamu gak berjuang, kamu membiarkan hubungan kita benar-benar berakhir."

"Na-"

"Sekarang kita udah punya kehidupan masing-masing, kamu udah bahagia dengan keluarga kamu dan akupun begitu."

"Aku belum menikah, Na." Samudera berusaha menggenggam jemari Oceana, namun langsung ditepis. "Axel itu memang anakku tapi aku belum menikah. Alin meninggal saat melahirkan Axel."

"Tapi aku terpaksa karena Alin saat itu mengidap kista, awalnya aku tolak waktu dia mohon-mohon agar aku nabur sperma, tapi akhirnya aku luluh karena lihat dia kesakitan parah saat datang bulan dan dia gak mau dioperasi," lanjutnya.



Oceana tersenyum miring. "Apapun alasannya, tetap yang kalian lakukan itu adalah dosa."

"Ya, aku tahu. Kadang waktu lihat Axel rasa bersalah itu kembali muncul."

"Aku mau turun." Oceana membuka pintu mobil itu dan langsung turun. Air matanya mengalir deras, ia tidak kuat lagi menahan kesakitan yang mendalam karena fakta baru.

Tiba-tiba tangan kekar memeluknya dari belakang. Serta bibir lelaki itu mengarah ke telinganya. "I love you."

"Kalau kamu cinta aku, gak mungkin kamu pergi."

"Maaf."

Oceana melepas pelukan itu dan berbalik. "Aku dan kamu bukan lagi kita."

♥ ♥ ♥

Continue Reading

You'll Also Like

22.1K 831 42
Jingga tidak akan pernah membayangkan dirinya jika hidup tanpa Langit. Dan prinsip Langit juga sama seperti Jingga. Bahkan, Langit punya tanggung jaw...
46.3K 1.1K 25
Coba tebak, selain merah, seperti apakah warna cinta? Apakah putih atau mungkin juga abu-abu? Bingung? Kau bisa tahu jawabannya disini, di masa ini...
6.2M 369K 25
(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) (SETE...
576K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...