The Truth (Hacker Vs Psychopa...

By Alnadzira

820K 62.6K 4.5K

(completed) (sudah terbit ) Sekuel dari school scandal Edisi Galang dan Qonita mengungkap kebenaran. {Thrille... More

1. Prolog
2. Misi dimulai
3. Rival
4. Kecurigaan
5. Menutupi Kasus
6. Pria penyayat leher wanita
7. Langit = Galang?
8. Suryanto, kunci yang hilang..
9. Bukti kuat
10. Terdakwa
11. Tegakkan keadilan..
12. Perang dingin..
Lanjutan....
14. Pertarungan
15. Biadab!!!
16. Dilema
17. Rencana Baru
18. Mimpi Buruk
19. Fitnah
20. Sakit...
21. Penyesatan
22. Merelakan
Lanjutan...
23. Sebuah jawaban
24. Terungkap
25. Flashback
26. Tempat persembunyian
27. Rencana licik..
28. Hacker vs Psychopath Director (1)
29. Hacker vs Psychopath Director (2)
30. Hacker vs Psychopath Director (3)
31. Last...(1)
32. Last...(2)
Epilog
Q&A
Naik cetak?
Pengumuman
Open PO
Giveaway Time Novel The Truth

13. Kabar buruk

18.8K 1.5K 41
By Alnadzira

Qonita Pov

Saat ini waktu menunjukan tepat pukul 14.30, matahari sudah sedikit condong ke arah barat, sempat sekumpulan awan menutupi sinarnya namun, hanya beberapa saat. Aku berdiri di trotoar menunggu angkutan umum yang lewat. Beberapa kendaraan beroda empat dan dua sudah berlalu-lalang sejak tadi di depanku, namun aku mengabaikannya.

Akhirnya, setelah cukup lama aku menunggu, angkutan yang ramai penumpang itu ada. Aku segera memberhentikannya dengan tanganku, kemudian setelah mobilnya berhenti tidak jauh dariku, aku segera naik dan perjalananku menuju rumah mertua ku akan segera dimulai.

Sepanjang jalan, aku merasa orang-orang memperhatikanku, kenapa? Apa ini karena jilbab lebar dan warna gelap yang ku kenakan?

Ah, sepertinya karena pemberitaan tentang terorisme kemarin yang tiada henti, aku terkena imbasnya. Padahal Galang sudah menjelaskannya bahwa kejadian kemarin itu hanyalah skanario, masih saja ada orang yang mempercayainya.

Akhirnya aku sampai, aku turun dari mobil angkot, kemudian aku membayar ongkos pada supir angkot. Mobil angkot pun berlalu.

Rumah Galang, ada di seberang sana, aku melihat kanan dan kiri untuk menyebrang, kurasa jalanan tidak terlalu padat. Aku segera menyebrang. Namun apa yang terjadi? Tiba-tiba sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi datang dari arah kananku dan menabrak ku, hingga tubuhku terbanting dan aku hilang kesadaran.

🔥🔥🔥

Galang POV

Qonita kecelakaan? Aku benar-benar tak berdaya mendengarnya, jantungku berdetak lebih cepat karena panik, dadaku terasa sesak, mukaku sepertinya memucat tubuhku terasa lemas. Ya Allah tolong lindungi Qonita.

"Lang, ada apa sih?" Tanya Tukimin.

Aku terbangun dari rasa sesak yang menghujam, aku harus segera ke rumah sakit untuk memastikan kondisi Qonita. Aku segera berdiri.

"Min, Qonita kecelakaan, gue mau ke rumah sakit sekarang," ucapku.

"Innalilahi, gi..gimana ceritanya Lang?"

"Gue juga belum tahu, gue pergi ya," pamitku dan langsung pergi tanpa basa-basi lagi.

Aku mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi, agar segera sampai di sana. Setelah mendapatkan informasi ruang Qonita dirawat, aku segera menuju ke sana. Ku temukan sosok ibu tiriku di sana.

"Mah..." panggilku panik sambil berlari menghampirinya. Wajah Ibuku terlihat sangat pucat.

"Bagaimana kondisi Qonita?" Lanjutku beritanya.

"Dia masih di dalam Lang, dokter belum ke luar sejak tadi," jawabnya.

Aku mengacak rambutku, per sekian detik kemudian, aku kembali bersuara. "Gimana kejadiannya mah, apa mamah ada di tempat? Lalu siapa tadi yang mengangkat telepon Galang?" Tanyaku lagi.

Tiba-tiba ibuku mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, ternyata itu ponsel Qonita.

"Tadi ada warga sekitar yang menolongnya, Qonita ditabrak motor tepat di sebrang rumah, sepertinya Qonita akan menuju rumah," jawabnya. Aku meraih ponsel Qonita, sedikit memeriksanya, memang sedikit lecet, kemudian ku masukkan ke dalam saku celanaku. "Kenapa dia tidak bilang kalau mau ke rumah?" Tanya ibuku.

Kenapa Qonita tidak bilang kalau ke rumah? Bukankah tadi ibuku yang meminta Qonita ke sana?

"Bukannya mama yang minta Qonita ke sana?" Tanyaku panik.

Ibuku terbelalak kemudian menggelengkan kepalanya. "Kapan? Ponsel ibu dicuri orang," jawabnya, kemudian ia duduk.

Aku mematung. Ponsel ibuku dicuri? Lalu siapa yang mengirim pesan kepada Qonita memakai ponsel ibuku?

Drrrt...drrrrt..

Aku merasakan getaran pada ponselku. Aku meraihnya di saku jasku dengan terus berpikir keras, aku membuka layar ponselku dan membaca pesan yang masuk dari nomor tak dikenal. Di saat seperti ini, aku merasa malas membacanya pasti tidak penting. Namun...

"Ini baru permulaan...anda akan merasakan lebih dari ini karena telah menolak tawaranku."

Jemariku mencengkeram erat ponsel yang ku pegang. Tanganku yang lain mengepal kuat. Kusuma jaya!!!!

Ternyata dia dalang di balik semua ini. Akan ku pastikan, dia akan merasakan akibatnya!!!!

Saat ini ingin sekali aku membunuh pria yang bernama Kusuma jaya, ingin sekali aku menghajarnya habis-habisan.... astaghfirullah hal adzim..
Jika aku melakukan semua itu berarti aku sama saja dengan dia.

Ya Allah sadarkan hamba, jangan sampai hamba melakukan sesuatu di luar kendali hamba.

"Galang, ada apa? Kenapa muka kamu merah begitu seperti kesurupan?" Tanya ibuku.

Aku sudah tidak tahan ingin menghajar Kusuma jaya, tapi aku tahan emosiku, ketika ingat dosa. Jika Qonita sadar pun, pasti dia tidak ingin aku melakukan itu.

Aku duduk di samping ibuku. Aku memegang dahiku. Pikiranku benar-benar kacau.

"Enggak mah, Galang cuma lagi kacau aja pikirannya," jawabku.

"Istighfar Lang!" Ucap ibuku sambil menepuk pelan pundak ku.

Beberapa menit kemudian seorang dokter wanita ke luar dari ruangan Qonita dirawat. Dengan segera aku menghampiri dokter itu.

"Dokter, gimana kondisi istri saya?" Tanyaku panik.

Dokter mengernyit, "anda suaminya?" Tanyanya, kemudian melihat ke arah ibuku yang ikut berdiri di sampingku.

"Iya dokter," jawabku segera.

"Maaf, istri anda mengalami keguguran dan sekarang sedang koma, karena luka di kepalanya," ucap dokter itu.

Apa? Keguguran? Koma?

Tanganku kembali mengepal kuat, satu nama yang terlintas di benakku dan ingin aku membunuhnya, Kusuma jaya!!!!

"Kehamilannya masih kecil, saya sudah memeriksa rahimnya, tidak perlu ada operasi kuret," lanjut dokter.

"Boleh saya lihat istri saya sekarang?" Tanyaku.

"Maaf, untuk sekarang belum bisa," jawab dokter, kemudian ia pergi.

Aku mematung, syetan seakan terus membisikan di telingaku agar aku membunuh Kusuma jaya. Hati nurani ku menolak.

"Tenang Lang, tenang!" Pinta ibuku, kemudian ia kembali duduk, sementara aku masih berdiri tegak, dengan amarah yang seakan memuncak.

"Lang..." Tiba-tiba aku mendengar suara Tukimin di sekitar sini. Aku menengok ke kanan. Ku temukan dia dan Adit tengah berlari ke arahku.

"Gimana kondisi ustadzah?" Tanya Tukimin ketika ia sudah berhenti berlari dan berada tepat di depanku.

Aku menunduk, aku tak kuasa harus mengatakannya. "Qonita koma dan keguguran," jawabku. Kemudian aku mendongak. "Dan lo tahu siapa ulah dari semua ini?" Tanyaku dengan tegas.

Tukimin dan Adit bergeming. "Kusuma jaya," jawabku dengan penuh penekanan. Tukimin dan Adit membelalakkan matanya.

"Lo tahu darimana kalau itu ulah Kusuma jaya?" Tanya Adit.

"Kusuma mengirim gue pesan, intinya dia ingin gue menerima tawarannya dan dia akan melakukan apapun untuk mencapai apa yang dia mau," jelasku dengan mata yang melotot akibat amarahku pada Kusuma jaya.

"Tuh orang ya.. gue do'a in dia kualat!!!" Gertak Tukimin.

"Gue mau nemuin Kusuma jaya sekarang. Lo berdua jaga Qonita di sini," ucapku, kemudian aku melangkahkan kakiku. Sebuah tangan mendarat di bahuku.

"Lo mau ngapain ke sana Lang?" Tanya Adit menghentikan langkahku.

"Gue bunuh Kusuma jaya," jawabku.

"Lang, istighfar Lang," Tukimin menyela pembicaraanku dan berdiri di depanku. "Itu nggak menyelesaikan masalah, malah nambah masalah juga itu dosa," lanjutnya.

Dosa? Ya itu dosa. Astaghfirullah hal adzim... Syetan berhasil menguasai ku. Aku tidak boleh terjebak dalam perangkap syetan. Sepertinya aku harus sholat sunnat.

Tanganku yang sedari tadi mengepal kuat, perlahan luluh, mataku yang sedari tadi melotot penuh amarah pun mulai takluk.

"Gue mau ke mesjid min," ucapku. Barulah Adit mengenyahkan tangannya dari bahuku dan Tukimin bergeser tidak lagi menghalangi jalanku. Aku mulai berjalan.

Aku melaksanakan sholat sunnat untuk menghilangkan amarahku yang benar-benar telah menguasai ku. Aku coba menenangkan diri dengan mendekatkan diri kepada Allah

Do'a. Aku yakin Allah akan mendengarkan do'a hamba-Nya. Aku yakin masih ada harapan untukku dalam do'a. Aku yakin di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, aku yakin Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya dan aku yakin setiap masalah pasti ada solusinya. Jangan sampai aku mengotori tanganku dengan membunuh Kusuma.

Selesai aku sholat, berdzikir dan berdo'a, kembali aku bersujud lebih lama. Namun tiba-tiba aku merasakan ponselku bergetar kembali. Aku mengangkat tubuhku, kemudian mengambil ponselku, aku melihat telepon masuk dari nomor tak dikenal yang tadi. Ini pasti Kusuma jaya.

Aku ke luar dari mesjid untuk mengangkatnya.

"Bagaimana komisaris polisi Galang? Apa sekarang anda berubah pikiran dan akan menerima tawaranku?"

Kusuma memulai lebih dulu pembicaraannya, aku menempelkan ponselku di telingaku sambil berjalan.

"Aku tidak akan menerima tawaranmu sampai kapanpun juga!" Gertak ku.

"Oh, kita lihat sampai kapan kau akan bertahan, karena aku tidak akan diam saja."

Aku tidak mau lagi mendengarkan suaranya, rasanya aku ingin menghajarnya.

"Terserah!" Ucapku dan langsung menutup teleponnya, kembali aku memasukkan ponselku ke dalam saku celanaku.

Sebenarnya ada rasa kekhawatiran pada diriku. Apa lagi yang akan dilakukan Kusuma jaya pada Qonita? Aku termenung. Aku duduk di kursi tempat pendaftaran pasien. Di sini sudah banyak sekali pasien yang mengantri untuk mendaftar.

Yah, aku akan membuat Kusuma dipenjara dengan mengungkap semua kejahatannya. Meskipun itu sulit karena semua orang takluk padanya. Aku harus memikirkan cara yang lain. Tapi apa?

Aku melihat televisi yang terpasang di depanku, tepatnya di atas tempat pendaftaran. Di sana menayangkan berita. Namun, berita apa lagi ini?

Seorang pengacara sedang menghina Al-Qur'an dan Islam, dia dengan lantangnya menyebutkan bahwa Islam itu membawa pengaruh negatif pada masyarakat, membuat masyarakat menjadi berbuat radikal dengan mengatasnamakan jihad yang ada dalam Al-Qur'an, padahal di dalam Al-Qur'an masih ada keraguan.

Apa maksud orang ini berbicara seperti itu? Tapi, kenapa firasat ku mengatakan bahwa ini adalah skanario. Sekarang semua orang sedang marah pada Kusuma jaya. Apa dengan adanya berita ini kemarahan mereka teralihkan pada pengacara ini dan tidak lagi marah pada Kusuma jaya?

Kalau begini, tidak ada lagi yang akan membantuku menuntut Kusuma jaya. Karena semua orang akan sibuk mengurusi, menuntut dan mendemo pengacara yang bicara kemana saja ini. Ah!!! Kusuma jaya!!! Dia benar-benar licik!

Lihat! Semua orang yang menonton di rumah sakit pun sudah mulai mencibir pengacara itu. Lalu aku harus bagaimana? Bagaimana menyadarkan semua orang kalau ini pasti pengalihan? Kalau ini skanario. Kalau ini jebakan.

"Lang, Lo ngapain di sini? Katanya sholat?" Tiba-tiba Tukimin muncul di depanku bersama Adit.

"Lihat berita yang sedang panas sekarang," pintaku.

"Berita apa emang?" Tanya Adit.

"Lihat aja di medsos, pasti di sana ramai," jawabku.

"Dokter udah ngijinin buat lihat Qonita," ucap Tukimin.

Aku segera menuju kamar Qonita dan membiarkan berita ini. Ku temukan Qonita terbaring lemah di ranjang dengan selang infus dimana-mana, wajahnya, tangannya dan kakinya lecet. Bagian mana lagi yang lecet? Qonita tidak memakai kerudung karena dokter baru menjahit kepalanya uang terbentur. Aku tidak boleh mengijinkan Adit dan Tukimin masuk berarti.

Ibuku sudah duduk di samping Qonita, sementara aku akan menemui Adit dan Tukimin yang masih di luar.

"Min, dit, istri gue nggak pake jilbab lo berdua nggak boleh lihat, cari tahu aja tentang berita yang sedang hits sekarang, dan apa latar belakangnya," pintaku.

"Oke," jawab Tukimin. Aku menutup pintunya dan masuk lagi ke dalam. Aku mengambil kursi dan duduk di sebelah Qonita yang bersebrangan dengan ibuku. Aku memegang tangannya yang lecet. Maafin aku Qonita, yang belum bisa jaga kamu dan juga anak kita.

Aku mencium tangannya. Aku bukanlah pria yang mudah menangis, tapi kali ini air mataku menetes begitu saja.

"Galang yang sabar ya nak," ucap ibuku, aku hanya mengangguk sambil terus menggenggam tangannya. "Nanti malam papa sama adik kamu datang ke sini," lanjutnya. Aku tak menjawab. Aku terus memperhatikan Qonita. Pasti ini sakit, luka-lukanya dimana-mana. Ya Allah timpakan rasa sakitnya padaku saja.

🔥🔥🔥

Qonita belum juga tersadar, setiap hari aku menemaninya di rumah sakit. Tak lupa aku selalu berdo'a kepada Allah, agar Qonita segera diberikan kesembuhan. Karena kondisi ini, aku jadi kurang memperhatikan televisi, Kusuma jaya atau apapun itu.

Yang ku tahu saat ini, semua orang sedang mendemo pengacara yang menghina islam. Demo besar-besaran terjadi dimana-mana menuntut agar pengacara itu dipenjara dan mereka seperti lupa pada kejahatan Kusuma jaya, bahkan sepertinya tidak marah lagi pada Kusuma jaya. Sudah ku duga. Aku belum menyelidiki lagi dibalik kasus ini, fokus ku masih pada Qonita, biar Adit dan Tukimin yang mengurusi semua itu.

Hari ini genap enam hari Qonita terbaring lemah di rumah sakit, tanpa membuka matanya sedikit pun. Aku sudah sangat merindukannya. Bercanda dengannya, melihatnya tertawa, bangunlah sayang..

Masalah anak, sebenarnya aku sedikit kecewa, karena harapan tinggiku untuk mempunyai anak dalam waktu yang sudah ku perkirakan, kandas sudah. Mungkin Allah memang belum mempercayainya padaku.

Aku membacakan ayat suci Al-Qur'an, di samping Qonita, ini menjadi rutinitasku tiap hari sejak Qonita koma. Namun, Kali ini aku merasakan hal lain yang tidak biasanya, Qonita nampak tersenyum tipis.

Apa dia sadar?

Aku yang tadinya membacakan Al-Qur'an surah Al-Fath, menyudahi bacaanku dan segera memanggil dokter. Sambil menunggu dokter datang. Ku lihat tangan Qonita bergerak pelan aku menyimpan Al-Qur'an nya di meja, dan memegang tangan Qonita.

"Qonita..." Panggilku. Perlahan-lahan mata Qonita terbuka.

Alhamdulillaah.. sepertinya Qonita sadar.

"Galang..." Lirih Qonita. Qonita benar-benar sadar.. terima kasih ya Allah...

Aku memeluk Qonita, aku sangat bahagia.

🔥🔥🔥

Qonita POV

Aku terbangun dari tidur yang sangat lama, aku merasakan Galang selalu ada di sampingku, membacakan ku ayat-ayat Allah. Aku coba menggerakkan tubuhku, aku merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku, tanganku juga kakiku. Apakah bayiku baik-baik saja?

Sudah beberapa hari aku tersadar dan aku masih dirawat di rumah sakit karena dokter belum mengijinkan aku pulang. Aku tidak tahu apa yang terjadi selama seminggu aku koma, Galang tidak mau aku pusing memikirkan masalah-masalah yang ada, dia ingin aku istirahat total.

Namun aku ingin tahu bagaimana kondisi janin yang ada di rahimku apakah baik-baik saja? Saat ini Galang sedang membereskan barang-barangku yang ada di rumah sakit, karena sebentar lagi aku akan pulang. Tapi sebelum pulang aku ingin ke dokter kandungan dulu.

"Galang.." panggilku.

"Hmmmm..." Sahut Galang dengan terus fokus mengemasi barang-barangku.

"Sebelum pulang, kita ke dokter kandungan dulu ya, aku ingin tahu kondisi anak kita," ucapku.

Tiba-tiba Galang terdiam, dia menghentikan aktivitasnya dengan tatapan kosong, kemudian dia melihat ke arahku dengan mata yang begitu sendu.

"Nggak usah ya, mending langsung pulang saja dulu ya," jawab Galang, aku sedikit mengernyit. "Kita periksa ke dokter kandungan lain kali saja ya," lanjutnya.

"Tapi Galang aku khawatir terjadi sesuatu sama janin yang ada di rahimku, mengingat kemarin aku mengalami kecelakaan hebat." Aku terkekeh. Galang menghampiriku yang sedari tadi duduk bersandar di ranjang. Kemudian dia meraih jemariku.

"Nanti saja ya, kalau kondisi kamu udah sehat total," bujuk Galang.

Aku sedikit tidak mengerti, biasanya Galang begitu antusias untuk mengetahui kondisi kandunganku, tapi kali ini, dia terlihat begitu enggan, apa memang dia khawatir dengan kondisiku? Apa ada faktor lainnya?

"Ya sudah kalau begitu," jawabku dengan sedikit kecewa.

Akhirnya aku pulang. Kakiku belum bisa berjalan lancar ada rasa sakit ketika aku melangkahkan kaki, karena ada beberapa luka di kakiku. Galang membantuku berjalan, dia merangkul ku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya membawa tas yang cukup besar yang berisikan semua barang-barangku.

Aku jadi merasa kasihan padanya, sebaiknya Galang, menyimpan terlebih dahulu barang-barangnya ke mobil, ya Galang meminjam mobil ayahnya untuk menjemput ku. Ayahnya memiliki beberapa mobil.

"Galang, sebaiknya kamu simpan dulu saja barang-barangnya di mobil, biar aku menunggu di sini," usulku.

Galang menghentikan langkahnya, diikuti langkahku, kemudian dia melihat ke arahku.

"Aku nggak mau meninggalkan istriku sendiri," jawab Galang.

"Nggak apa-apa Galang, aku bisa duduk dulu di sini nunggu kamu, sementara kamu menyimpan dulu barang-barangnya ke mobil."

"Baiklah, jangan kemana-mana ya." Akhirnya Galang luluh. Aku hanya mengangguk dengan tersenyum tipis.

Galang membantuku duduk di salah satu kursi tempat menunggu, kemudian dia pergi. Aku menunggu Galang, aku lihat ada ruang dokter kandungan. Selagi di rumah sakit, menurutku apa salahnya aku mengecek kandunganku, karena jika nanti lagi, aku masih sulit berjalan.

Baikalah, nanti akan aku coba membujuk kembali Galang. Beberapa menit kemudian Galang kembali.

"Ayo pulang," ajak Galang, dengan mengulurkan tangannya. Aku meraih tangannya dan mulai berdiri.

"Galang, kita ke dokter kandungan dulu yuk, mumpung kita ada di rumah sakit, jadi biar sekalian," pintaku.

Lagi-lagi Galang memperlihatkan ekspresi yang sulit aku jelaskan dengan kata-kata.

"Nanti lagi saja ya.." Galang masih seperti itu membuatku bingung ada apa dengan Galang?

Aku tidak bisa apa-apa kalau Galang tetap tidak mau merubah keputusannya, aku hanya bisa menurutinya, karena bujukan ku pun sepertinya tak mempan.

Kami sampai di rumah, Galang membawaku ke rumah orang tuanya, bukan ke rumah kami, dia tidak ingin aku sendirian.

Kedatanganku disambut oleh ayah dan ibu mertuaku juga dua adik perempuan Galang. Entah sampai kapan aku akan tinggal di sini.

🔥🔥🔥

Alhamdulillaah.. akhirnya sempat nulis dengan ngebut nih..
Mohon maaf apabila banyak kesalahan...

Continue Reading

You'll Also Like

25.6K 1.8K 32
"Mahacintabrata" adalah sebuah novel modern bagi penyuka wayang atau siapa pun yang ingin tahu tentang seni warisan budayawan Indonesia ini. Kisah pe...
114K 13.8K 40
Ambisi untuk mengubah diri menjadi lebih cantik membuat Nyai terpaksa melakukan ritual syirik. Darah haid adalah salah satu syarat agar rupa buruknya...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
1.7K 416 32
[Sudah Tamat] [Dalam rangka namatin cerita aja sih 0.1] [Serial Jati Diri#2] Erlita bagai mendapat tamparan keras setelah kematian orang tuanya. Hidu...