END The Cold Billionaire x Ra...

By Shireishou

1.7M 72.3K 9.8K

18+ Bijaklah mencari bacaan. Sekuel Passionate CEO. BISA dibaca terpisah. William Davis, lelaki tampan, kaya... More

Prakata
BACA! ATAU DI-BLOCK!
PROLOG
Billionaire Past - 1- Ingatan Masa Lalu
Billionaire's Party - 2 - Cinta Masa Kecil
Loving Billionaire - 3 - Perpisahan Menyesakkan
A.N - F.A.Q
Confused Billionaire - 4 - Kebimbangan Hati
Dinner with Billionaire - 5 - Kenangan yang Terkunci
Curious Billionaire - 6 - Menguak Masa Lalu
AN - Tipe Cowok Seksi
Praying Billionaire - 7 - Pertemuan Dua Pria
Protective Billionaire - 8 - Pesta Penyambutan
Billionaire's Decision - 9 - Memoar yang Mengendap
AN - Rate 18+
Billionaire's Plan - 10 - Keputusan Pahit
Billionaire's Mind - 11 - Ketetapan Hati
Billionaire's Thought - 12 - Kepergian yang Tertunda
AN : Urgent Announcement
AN PENTING LAGI
Sad Billionaire - 13 - Kebenaran Masa Lalu
Billionaire's smile - 15 - Perjalanan Hati
AN - Truth
Billionaire's Memory - 16 - Dejavu
Billionaire's Dream - 17 - Crossover
Billionaire's Feeling - 18 - Pertanyaan Hati
Billionaire's Worry - 19 - Hati yang Bimbang
Angry Billionaire - 20 - Pertemuan Kembali
Billionaire's Sorrow -21- Kepergian
Billionaire's love - Honest Feeling
Billionaire's End - 23 - Happily Ever After
EPILOG
Sekuel CEO dan SEXY project

Billionaire Idea - 14 - Critical Hit

24.8K 1.9K 242
By Shireishou


Bab ini ditulis oleh @Shireishou untuk Sexy Project

Jika bisa, William ingin menyeret Axel keluar dari apartemennya dan melemparkan pria itu ke hadapan Mysha. Ia tak habis pikir bagaimana seorang CEO yang dahulu kerap tampil di garda depan dengan penuh percaya diri, juga acap kali bertindak sangat berani demi mendapatkan tender, kini justru bersembunyi di sini. Mengurung diri dan tak berani menghadapi kenyataan.

Sudah tak terhitung berapa kali ia bolak-balik menyambangi apartemen Axel dan berusaha membujuknya untuk menemui Mysha. Namun, hanya kegagalan bertubi didapat.

William tahu, ia tak bisa tinggal diam. Tidak ada perkembangan berarti sejak enam bulan yang lalu Axel meninggalkan Mysha. Sebanyak dan sesering apa pun dirinya hadir di sisi Mysha, ia hanya seperti bayang-bayang. Pikiran wanita itu hanya untuk Axel. Meski pedih, tapi William tak bisa mengelak akan kenyataan pahit itu. Cinta Mysha belum bisa beralih padanya.

Di kantor, ia memandangi laptopnya sembari terus berpikir. Pekerjaan tak begitu menyita perhatian. Mysha mengerjakan semua tanggung jawabnya dengan sangat baik, meski William sadar, itu untuk melipur lara kehilangan Axel.

William mengempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Pandangannya menerawang ke langit-langit ruangan berharap menemukan sebuah ide untuk membuat semua keruwetan ini terurai lepas. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sesuatu.

Tak sampai satu detik ia langsung menegakkan tubuhnya, mengangkat gagang telepon dan mulai melakukan panggilan.

"For God sake! Apa kau tidak bosan datang sesering ini?!" Mata sebiru langit itu menatap nyalang. "Aku saja bosan melihat wajahmu! Apa perlu kusuruh security melarangmu naik?!"

"Apa kau sudah membuka attachment yang kukirim?" Tak mengacuhkan lawan bicaranya, pria bernetra tegas itu langsung masuk ke pokok pembicaraan. Hari sudah cukup malam dan ia ingin semua lekas selesai.

"Langsung kuhapus."

Rahang William mengeras. Fail yang sudah ia persiapkan, begitu mudah dihapus. Pria itu bahkan bisa menduga kalau Axel sama sekali tak berniat membukanya.

William menyadari napas Axel terlihat kepayahan dengan kantung mata yang tampak menghitam. Meskipun Axel tampak letih, ia tak juga mempersilakannya masuk ke dalam dan duduk segera. Axel masih bersikap siaga di depan pintu yang dibiarkan setengah terbuka.

Ada tarikan napas terdengar. Tanpa menunggu aba-aba, William mendorong pintu ke dalam dengan keras hingga Axel yang tidak siap harus tersorong mundur, penuh keterkejutan.

Seruan tidak senang terlontar dari pemilik rambut pirang itu. Namun, ia tak ingin berseteru dan menghabiskan tenaga untuk menyeret William keluar. Ia sangat lelah hari ini dan hanya ingin beristirahat. Kalau begitu, biarlah Axel mengalah sejenak. Setelah direktur utama CLD ini puas, pasti ia akan segera pergi.

Seolah menjadi pemilik apartemen, William dengan tenang duduk sofa memanjang. Ya, dengan begini, ia bisa secara tidak langsung memaksa Axel duduk bersamanya.

Cahaya lampu kota terlihat berkelip di kejauhan. Jendela tak bertirai memberi kesan luas yang memukau. Namun, hanya rasa suram yang terasa di penjuru ruangan.

Axel mencoba terkesan tak peduli ketika William mengeluarkan laptop dari tas lalu menyalakannya.

"Ke sini!"

"Memang kau siapa ..."

"Ke sini!" Kali ini ucapan dengan nada rendah yang lebih ditekan dan seolah tak membutuhkan bantahan. Cara bicara yang selalu membuat Axel diam-diam mengagumi aura kepemimpinannya.

"Whatever!" Axel melemparkan tubuhnya ke samping William acuh tak acuh. Matanya masih menerawang segan entah ke mana.

"See this!" William memutarkan sebuah fail video di laptopnya.
Alis Axel mengerut ia ingin melancarkan protes karena ia tak ingin diajak menonton apa pun. Namun, mulutnya yang baru saja terbuka, kini harus terkatup kembali.

"What the...."

William mengamati reaksi Axel lekat-lekat. Menyadari bagaimana alis tegas itu menyatu ke tengah, kerutan di dahi, juga kilatan tidak suka di matanya. Axel merasa terganggu. Itu artinya, dirinya benar. Axel masih menyimpan rasa itu.

"Kenapa kau lakukan ini?" Tangan Axel terulur hendak menutup paksa laptop itu, tapi William menahannya.

"Jangan lari dari kenyataan!" William berdesis. "Itu hasil perbuatanmu." Pria itu mengayunkan tangannya sembari melepas tangan Axel menjauh dari laptop.

Axel membuang wajah.

"Lihat itu Axel! Lihat bagaimana kau menghancurkan Mysha!" Kali ini nada William meninggi. Hal yang tak pernah ia lakukan bahkan disaat kesal. Namun saat ini, rasa ini terlalu berat untuk ia tekan ke dalam hatinya.

Axel perlahan kembali melihat video yang diputar william. Rekaman kamera CCTV di kantor Mysha. Bagaimana wanita itu menjatuhkan gelasnya, terkadang menabrak tepian meja. Bahkan tiba-tiba menangis sendirian. Ketika ada telepon, Mysha langsung menyeka wajahnya kasar dan seolah tak terjadi apa-apa dia menjawab.

Kepalsuan.

Semua ketenangan yang terlihat selama ini hanyalah tabir untuk menutupi betapa hancurnya wanita itu. Mysha terlihat berusaha melupakan apa pun yang mengganggu pikirannya, tapi kala sendiri merengkuh, ia runtuh. Berulang kali menggeleng dan kadang memukul pipi sekadar untuk berkonsentrasi pada laptop di hadapannya.

Axel merasakan sebilah pisau seolah menancap ke dadanya. berputar di sana dan terasa menyesakkan. Ia tak menyangka Mysha yang terlihat tenang bisa kacau balau seperti ini. Padahal sudah enam bulan mereka berpisah. Bukankah harusnya Mysha sudah melupakannya?

"Kau berengsek!" Axel menatap William nyalang. "Apa maksudmu membawa ini padaku?! Jadi kau gagal menghiburnya!"

Senyum sinis terukir jelas. "Aku? Menghibur Mysha?" William menarik napas menenangkan diri. Lalu pada hitungan ke sepuluh, ia kembali bicara. "Luka yang kau buat terlalu dalam. Mysha sendiri sudah berusaha sangat keras untuk melupakanmu. Ia bahkan tak mau menempati ruangan CEO karenanya."

Axel terdiam. Diliriknya kembali video yang masih berputar itu. William tampaknya telah menyuruh seseorang yang ia percaya untuk memotong bagian-bagian yang menunjukkan bagaimana Mysha terlihat rapuh. Dasar licik!

"Memangnya apa yang bisa kulakukan?" Axel bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dapur. Tangannya menyambar botol whisky. Namun belum sempat ia membuka tutupnya, William langsung menyambarnya.

"Jangan bertindak bodoh. Hentikan minum minuman seperti ini!" Tatapan mereka saling mengunci.
Axel mendecak dan menyambar karton berisi susu putih di dalam kulkas. Ia butuh sesuatu untuk mengatasi kerongkongannya yang terasa kering. Lagi pula, kepalanya terasa berputar. Ia sudah begitu kelelahan hari ini.

"Semua ini demi Mysha juga!" Axel mengacak rambutnya frustrasi. Beberapa helai tercabut di tangannya dan langsung dikibaskannya kesal.

William mendebas. "Mysha hanya butuh kau di sisinya."

Tanpa dipersilakan, William mengisahkan dengan singkat tentang masa lalu Mysha. Juga bagaimana wanita itu bisa kehilangan ingatannya.

Axel ternganga tak percaya. Ada sesal terselip di hatinya. Selama ini wanita yang ia campakkan selalu mampu melupakannya dengan cepat. Bahkan Olivia pun kini tampak bahagia dengan pasangan barunya yang seorang aktor kenamaan. Namun, Mysha berbeda. Ia seolah terikat dengannya. Terkunci pada pria yang justru memilih menjauh dan tak berani menghadapi kenyataan pahit bersama.

Lelaki yang pengecut.

"Kau kebahagiaannya." William menatap Axel dalam-dalam. Merelakan dirinya harus melepas Mysha demi bersanding dengan satu-satunya pria yang dicintai wanita itu. Axel Delacroix.

"Aku tak bisa."

William merasakan darahnya tersirap.

16 Mei 18

Voice in Dream di Sweek udah Shirei set up sampe ending. Tapi karena semua orang pada tukeran Vote, Shirei nyerah untuk ngejar top 5 dari Vote. Ahahahah Jauh banget selisihnya.

Jadi berdoa aja yang terbaik. Kalau keciduk top 5 pilihan juri yha alhamdulillah, kalau enggak, ya sudahlah. Tinggal diajuin ke penerbit lainnya. Ahahha Toh udah sukses ngedit dari 78k tinggal 60k kata. Banzai deh ngapus 18k kata (sekitar 6 bab)

Kalau may bantu Vote, boleh ke http://bit.ly/sweek_vid

meski ga masuk top 5, setidaknya masuk page one wakkaka.

Makasiii

Lalu berhubung besok Shaum, Shirei ucapkan Mohon Maaf Lahir Batin. Maaf atas segala khilaf selama di Wattpad. Baik dalam bentuk karya, AN, maupun reply. Yang sengaja maupun yang nggak disengaja.

Selamat menunaikan ibadah Shaum. Semoga Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Penuh barokah dan pengampunan.

Tetap damai Indonesia. Aamiin

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 106K 109
Warning: zona 21+⚠️ Plagiat? Semoga harimu Senin selamanya! Ingat karya curian itu tidak berkah. [PRIVATE MODE ON] Follow untuk membaca part di-priva...
2.2M 63.8K 35
🚫18+ [EKSKLUSIF DI DREAME) Awalnya, Nando adalah cowok penyayang yang setia pada kekasihnya. Mencintai dengan sepenuh hati, rela memberikan apapun...
1.8M 49.3K 62
((21+)) (COMPLETED) Cantik, menarik dan pintar tak membuat Sola terlihat baik-baik saja. Namun dibalik itu, Ia gadis yang menyenangkan, berpendidika...
2.2M 71.5K 33
Jorgha Aryandhi (28 tahun) adalah seorang Billionaire CEO tampan, seksi, dan sukses yang tidak pernah mau berkomitmen pada suatu hubungan. Ia bahkan...