END The Cold Billionaire x Ra...

By Shireishou

1.7M 72.2K 9.7K

18+ Bijaklah mencari bacaan. Sekuel Passionate CEO. BISA dibaca terpisah. William Davis, lelaki tampan, kaya... More

Prakata
BACA! ATAU DI-BLOCK!
PROLOG
Billionaire Past - 1- Ingatan Masa Lalu
Billionaire's Party - 2 - Cinta Masa Kecil
Loving Billionaire - 3 - Perpisahan Menyesakkan
A.N - F.A.Q
Confused Billionaire - 4 - Kebimbangan Hati
Dinner with Billionaire - 5 - Kenangan yang Terkunci
Curious Billionaire - 6 - Menguak Masa Lalu
AN - Tipe Cowok Seksi
Praying Billionaire - 7 - Pertemuan Dua Pria
Protective Billionaire - 8 - Pesta Penyambutan
Billionaire's Decision - 9 - Memoar yang Mengendap
AN - Rate 18+
Billionaire's Plan - 10 - Keputusan Pahit
Billionaire's Mind - 11 - Ketetapan Hati
Billionaire's Thought - 12 - Kepergian yang Tertunda
AN : Urgent Announcement
AN PENTING LAGI
Billionaire Idea - 14 - Critical Hit
Billionaire's smile - 15 - Perjalanan Hati
AN - Truth
Billionaire's Memory - 16 - Dejavu
Billionaire's Dream - 17 - Crossover
Billionaire's Feeling - 18 - Pertanyaan Hati
Billionaire's Worry - 19 - Hati yang Bimbang
Angry Billionaire - 20 - Pertemuan Kembali
Billionaire's Sorrow -21- Kepergian
Billionaire's love - Honest Feeling
Billionaire's End - 23 - Happily Ever After
EPILOG
Sekuel CEO dan SEXY project

Sad Billionaire - 13 - Kebenaran Masa Lalu

25.1K 1.8K 160
By Shireishou

Mary Natasha terdiam selama beberapa saat dengan tangan masih menggenggam gagang pintu. Matanya mengerjap beberapa kali dengan heran memandangi seorang pria gagah berambut hitam di hadapannya.

"Will?" tanyanya memastikan.

"Ya, Mrs. Natasha," balas William tanpa basa-basi. "Apakah saya bisa masuk?"

Masih terkejut, Mary membuka pintu lebih lebar dan menyingkir dari ambang pintu, memberikan jalan pada WIlliam untuk masuk. Direktur utama CLD tersebut melangkah ke dalam ruang tamu yang minimalis tapi manis. Di belakangnya, Mary menutup pintu sebelum berjalan mendahului William dan mempersilakan pria itu duduk di sofa.

"Kau sudah menjadi lelaki yang gagah." Sebuah senyum tipis muncul di wajah Mary ketika dia membawakan teh hangat dan meletakkannya di hadapan William. "Tidak terasa sudah dua puluh tahun sejak terakhir kali kita bertemu."

William menyunggingkan senyum datar yang sopan sambil meminum teh yang mengepulkan uap. Menyesap teh di tengah udara musim dingin selalu membawa kehangatan hingga ke dalam jiwa.

"Apa yang membawamu kemari?" tanya Mary walau dia sudah bisa menduga-duga. Sejak kejadian Axel, Mysha tidak lagi menutupi apa pun darinya dan wanita setengah baya tersebut tahu bagaimana William memperlakukan putrinya dengan baik.

"Ini tentang Mysha," jawab William membenarkan dugaan Mary.

Wanita itu menghela napas sambil menyesap pelan teh buatannya. "Apa yang ingin kau ketahui?"

William tidak langsung menjawab. Dia menatap ke arah cangkir tehnya yang setengah penuh. "Saya ingin tahu tentang penyebab hilang ingatan Mysha."

Perkataan William membuat gerakan tangan Mary terhenti di udara. Cangkir yang hendak dibawanya ke mulut berhenti di tengah perjalanan sebelum wanita itu meletakkannya kembali ke meja. Matanya memandang pria di hadapannya dengan tatapan menyelidik.

"Untuk apa?" tanyanya. "Sekian tahun aku menyembunyikan kebenarannya dari siapa pun dan menurutku, lebih baik Mysha tidak mengingat tentang perbuatan ayahnya di masa lalu."

WIlliam menghela napas. Mary ada benarnya, Mysha sudah bahagia tanpa perlu mengingat masa lalunya, tapi ada hal yang mengganjal dalam benak William bila dia tidak bisa mencapai dasar dari masalah ini. Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Saya ingin tahu mengapa dia melupakan saya."

Mata Mary terbelalak sejenak, menyadari bahwa selain ingatan tentang mantan suaminya, ada satu ingatan lain Mysha yang berharga ikut terkurung. Wajah Mary melembut. Dia menatap William dengan penuh kasih. Anak kecil yang selalu menemani dan menjaga Mysha serta menjadi penghiburan ketika pertengkarannya dengan Eric membuat anak gadisnya ketakutan. William selalu menguatkan Mysha ketika anak itu menangis, mengajaknya bermain untuk membuatnya kembali tersenyum. Bagaimana dia bisa melupakan kejadian penting itu? Kebencian akan mantan suaminya membuat Mary buta akan hal-hal kecil yang menyenangkan.

"Dia tidak bermaksud melupakanmu, Will." Mary berkata lirih. "Mysha tidak bersalah dalam hal ini."

William memandang Mary dalam, menunggu perkataan selanjutnya dari wanita itu. Kali ini, Mary yang menghela napas, mengulur waktu dari bercerita.

"Aku melarikan Mysha karena tidak tahan dengan kelakuan Eric yang tidak setia." Wanita itu memulai ceritanya.

William mengangguk. Dia mengingat saat itu sejelas kemarin. Mysha yang menangis dipisahkan darinya. WIlliam berlari mengejar mobil Mary yang menjauh. Bayangan wajah Mysha yang dipenuhi air mata masih terekam jelas dalam memorinya dan tetap mampu menimbulkan rasa ngilu dalam benak.

"Saat itu, aku memutuskan untuk kembali ke Oregon, tempat kelahiranku. Selama berjam-jam kami mengendarai mobil melewati highway dan Mysha terus menerus merengek agar kami kembali. Dia tidak ingin berpisah denganmu. Bunga daisy pemberianmu dia pegang erat sepanjang perjalanan."

Ada rasa hangat mengembang dalam dada William ketika Mary bercerita. Tanpa sadar sebuah senyum kecil muncul ketika dia membayangkan Mysha kecil menjaga baik-baik pemberiannya.

"Ketika kami berhenti untuk mengisi bensin dan beristirahat, aku yang terlalu lelah sempat tertidur selama beberapa saat dan ketika aku tersadar, Mysha sudah tidak berada di kursinya." Alis Mary berkerut mengingat kejadian itu. Ada rasa bersalah menyusup dalam benaknya. "Aku segera mencarinya dan mendapati dia sudah berjalan kaki ke arah New York." Jemari Mary saling meremas di atas pangkuan. "Pada saat itulah, sebuah mobil yang dikendarai oleh pemabuk keluar dari jalur dan menabraknya."

Mata William terbelalak, mendapati kebenaran yang keluar dari mulut Mary.

"Mysha kecil terpental beberapa meter dan menghantam tanah dengan kepalanya." Bibir wanita itu bergetar menahan emosi. "Darah mengalir deras dari lukanya. A-aku panik. Untunglah beberapa orang melihat kejadian itu dan membantuku membawanya ke klinik terdekat."

William menggenggam tangannya erat menahan diri. Pikirannya membayangkan cerita Mary tanpa bisa dicegah. Mysha kecil dengan wajah berlumuran darah. Pria itu menahan napas karena ngeri.

"Pertolongan pertama dokter cukup untuk menghentikan pendarahan dan untung saja dia bisa melewati masa kritisnya." Mary menutup matanya, berusaha mengenyahkan bayangan itu. "Walau disarankan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh, aku tidak berani melakukannya. Eric memiliki jaringan informasi yang luas dan aku takut, dia akan menemukan kami ketika melihat nama Mysha terdaftar di rumah sakit besar. Ketika Mysha sadar esok harinya tanpa gejala apa pun, aku merasa hal itu tidak perlu."

Mary terdiam sejenak untuk mengendalikan dirinya. Itu adalah salah satu hal terburuk dalam hidupnya. Dia nyaris kehilangan satu-satunya alasan untuk hidup, Mysha. Ketika dia harus memilih untuk memeriksakan Mysha atau menyembunyikan diri, itu adalah keputusan paling berat yang harus dia pilih. Dia sudah siap bila Mysha harus dilarikan ke rumah sakit lebih besar agar nyawanya tertolong, tapi untungnya keadaan putri kecilnya membaik dengan cepat. Mary takut, bila mereka ditemukan oleh Eric, pria itu akan mengambil Mysha darinya. Bagaimana pun juga, Eric adalah orang yang berkuasa dan memiliki banyak uang untuk melakukan keinginannya.

"Aku tidak curiga ketika Mysha menjadi lebih pendiam. Kukira dia hanya merasa terguncang. Namun ketika kami tiba di sini dan aku berusaha mengajaknya berbicara, dia sama sekali tidak ingat tentang kehidupannya di New York." Mary mendesah. "Aku membawanya ke dokter dan dia berkata bahwa keadaan Mysha baik-baik saja secara fisik. Dia menduga bahwa amnesia yang dialami Mysha lebih ke psikosomatis. Mysha mengunci semua ingatan tentang ayahnya dalam-dalam dan bersama dengan itu, ingatannya bersamamu juga ikut hilang."

Mary mengakhiri kisahnya dan kesunyian turun di antara mereka dengan berat. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mary memutar ulang kejadian itu dalam benaknya dan berpikir apakah seharunya dia mengambil pilihan yang lebih baik, sementara William merasakan kesedihan menggantungi dirinya. Mysha sudah melewati banyak hal dalam hidupnya. Berpisah dengan ayahnya, dengan dirinya dan mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya. Kini, dia harus menghadapi bahwa tunangannya pergi begitu saja. William menghela napas, tekadnya untuk menjaga dan melindungi wanita berkacamata itu makin kuat. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat Mysha bahagia, entah bagaimana caranya.

"Jam berapa flightmu?" tanya Mary memecah hening, membuat William mengangkat kepalanya memandangi wanita itu.

"Jam 13.27."

"Masih ada waktu. Apakah kau mau menemaniku untuk makan siang?" tanya Mary seraya tersenyum. "Aku ingin mendengar kabar tentang Thea dan Alan. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan mereka."

Sebuah senyum samar tersungging di wajah William. "Tentu saja."

William membiarkan supir membawa Masserati-nya melewati lobby dengan mulus. Hari ini Mysha sedang menghadiri konvensi bisnis di London sehingga William tidak menjemputnya. Sang supir membukakan pintu dan William keluar sambil menenteng tas laptopnya. Dalam lima belas menit, William sudah berada di kantornya dengan secangkir kopi hitam mengepul di hadapannya. Dia tidak langsung mengeluarkan laptop dan mulai bekerja. Sebaliknya, pria bermata hijau itu memilih untuk duduk tanpa melakukan apa pun. Dalam diam, dia merenung.

Kunjungan akhir pekannya ke Oregon telah menjawab semua teka-teki yang selama ini merongrongnya. Mysha tidak dengan sukarela melupakan dirinya, seperti yang dia duga selama ini. Sebaliknya, wanita itu sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya. William menutup mata. Dia harus melakukan sesuatu untuk membuat Mysha mendapatkan kebahagiaan dan itu dimulai dengan Axel.

William tahu, dia harus melakukan sesuatu kepada pria itu.

15 Mei 18

Happy Wedding Anniversary!

Doakan kami menjadi keluarga SAMARA dunia dan akherat. Yang terus belajar menjadi individu dan orang tua yang sholeh dan sholihah untuk mendidik anak-anak supaya tetap dalam jalan kebaikan, tanpa rasa iri dengki, hingga berguna bagi Nusa, Bangsa, Agama, dan Negara.

💖💖💖

Apa paksu perlu kubelikan yang kekinian ini sebagai hadiah? wkakak

Wakanda Forevaaaaar!! (Why suplierku open PO ginian?) ahahah

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 903 60
Sequel My Kriting Girl 🍊 Jonah hanya ingin Amy kembali padanya. Louis juga hanya mau Amy. Dia mengenalnya lebih dulu, itu berati Amy miliknya. Amy p...
3.8M 41.6K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.8M 85.3K 34
[C O M P L E T E] Konten (18+) -------------------------------------------------- "Bijak-bijaklah dalam memilih bacaan, karena hal itu ikut andil dal...
5.8M 136K 24
Livia Johnson selalu menolong Edric apabila sepupunya itu berada dalam masalah. Akan tetapi kali ini Edric meminta bantuan di luar akal sehat Livia...