[END] Angel or Devil : Rewrite

Por Ayaka_308

64K 6.1K 318

Aku yang menunggumu hingga 300 tahun lamanya..... Aku yang mengingatmu dalam tidurku setiap malamnya.... Aku... Más

Prolog
Meet Again
Mine
Accept It
Miss Them
For You
Just Go, Please
Hurt
New Friend
Beside You
Stay
I'm Okay
Second Meeting
Be A Part of Them
Nightmare
A Home?
Change
The Truth
Missing Piece
Dying
New Story
End War
You and I

A Friend Indeed

1.8K 204 33
Por Ayaka_308

" Maaf"

Yuta mengangkat alisnya. Apa ini mengenai perubahan sikap Luciel belum lama ini?

Yuta menepuk bahu Luciel pelan. Bahkan dengan melihat wajah Luciel saja, Yuta pasti akan memaafkan sebesar apapun seorang Luciel berbuat salah padanya.

" Aku pasti akan memaafkanmu jika kau punya salah Luciel. Umm, jadi bisakah kau ceritakan kenapa kau ke rumahku malam-malam behini?" tanya Yuta hati-hati. Rasanya canggung juga saat orang yang kau kagumi melekat pada tubuhmu tanpa mau bicara apapun.

" Ne, Yuta" panggil Luciel pelan. Bibirnya bergetar, memegang tangan Yuta lebih erat lagi.

" Apakah kau percaya iblis itu ada?" tanya Luciel gugup, mengigit bibirnya kecil untuk menahan isakan.

Yuta diam, lalu kembali mengusap punggung Luciel untuk menenangkannya.

" Aku percaya. Kau tahu..... Aku selalu bisa membedakan aura seseorang. Dan jujur saja, aura keluargamu itu......"

" Kami iblis. Ayahku, kakakku, Gin, Harris, mereka adalah iblis. Sementara Yuka dan Yuras adalah setengah malaikat yang bertemu denganku sebelum aku pindah ke tempat ini." Luciel menuntaskan kalimat Yuta, namun masih tidak berani menatap wajah temannya itu.

" Tapi Luciel, kau...."

" Aku mungkin manusia untuk saat ini Yuta. Na-namun aku akan menjadi iblis dengan, dengan......" tidak bisa. Luciel tidak bisa menuntaskan kalimatnya. Anak itu menangis lagi, berusaha memeluk Yuta agar temannya tidak menghilang jika saja ia lepas.

" Hiks, a-aku akan menjadi iblis setelah kau mati Yuta. Aku menyerap jiwamu. Aku minta maaf...... Hiks, kau pasti membenciku untuk ini.... Hiks, aku tidak bisa mematahkan mantranya, aku takut" tangis Luciel kembali tumpah. Ia sudah siap untuk dibenci Yuta. Ia sudah siap untuk dimaki Yuta.

Namun, Luciel tidak pernah siap untuk diusap begitu lembut oleh lelaki itu.

" Begitu ya? Jadi jawabannya itu toh..." ujar Yuta santai. Luciel mendongkak, hanya untuk melihat senyuman yang dibuat oleh bibir Yuta.

" Kau tidak perlu menangis untuk ini. Aku senang kok, bisa berguna untuk seseorang yang kuanggap berharga" aku Yuta jujur.

" Tapi aku-"

" Ish, tidak apa. Jangan menangis hanya karena ini bodoh. Semua manusia pada dasarnya akan mati suatu saat nanti. Tidak apa-apa. Aku tidak pernah takut pada mati, kau tidak perlu khawatir" hibur Yuta lembut.

Luciel tidak tahu apa Yuta tengah berpura-pura atau apa sekarang. Anak itu hendak mendongkak lagi, jika saja kepalanya tidak ditahan oleh Yuta.

" Tidurlah. Ini sudah sangat larut. Jangan khawatir. Jiwaku ini kaya, jikapun kau menyerap jiwaku. Aku akan tetap hidup sampai esok hari, esoknya lagi, esoknya lagi, terus sampai aku tua Luciel"

Luciel merengut, namun tidak melawan saat perlahan tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Yuta.

" Tapi, jika kau merasa bersalah, kita bisa kencan untuk esok hari. Kita akan bersenang-srnang seakan tidak ada hari untuk esok" ucap Yuta lembut. Suaranya terdengar begitu pelan, karena ia tengah menahan tangisnya sekarang.

Bohong jika ia tidak sedih melihat ternyata selama ini keluarga Luciel baik karena mengincar jiwanya, dan Yuta akan mati tidak lama lagi. Tubuhnya semakin melemah, rasanya sulit sekali untuk bergerak. Namun melihat sorot ketulusan dan kekhawatiran dari Luciel, Yuta merasa lega. Setidaknya, Luciel benar-benar tulus padanya.

" Kau berkata seolah-olah kau akan pergi Yuta" isak Luciel lagi. Luciel dapat merasakan pelukan Yuta mengerat, dan jujur Luciel merasa nyaman dalam dekapan ini.

" Hehe maafkan aku. Tapi sungguh Luciel. Mumpung keluargaku juga tidak ada di rumah, bagaimana jika esok kita berkencan? Kita bisa bolos sekolah satu hari untuk itu. Aku benar-benar ingin bersama denganmu" bisik Yuta kecil.

Luciel tidak bisa menolakmya. Jadi dengan pelan ia anggukkan kepalanya.

Yuta pasti akan hidup. Luciel akan menjamin Yuta hidup dan menjadi temannya selamanya.


-


-


" Yang Mulia....."

" Aku akan membiarkannya untuk saat ini. Luciel bisa semakin membenci kita jika kita memisahkan mereka sekarang" ujar Liffus, yang saat ini tengah berdiri di kejauhan melihat adiknya tengah dipeluk oleh orang lain.

Matanya berkilat marah. Namun Liffus bisa apa? Ini kesalahannya karena membiarkan Luciel tahu kebenarannya.

Namun tidak dapat disangkal bahwa hatinya sakit melihat miliknya berpelukan dengan orang lain. Liffus mengepalkan tangannya kesal, sebelum berbalik dan mengeluarkan sayap hitam megahnya.

" Awasi Luciel dan manusia itu. Aku akan kembali" titah Liffus mutlak, bahkan tidak melihat kebelakang sama sekali.

Liffus pergi karena dia tahu, semakin lama dia melihat kebersamaan itu, makan keinginan membunuhnya akan semakin kuat. Liffus harus menahannya, lagipula manusia itu akan mati tidak lama lagi.

Jahat? Tentu saja. Liffus bukanlah malaikat seperti Yuka dan Yuras yang memandang kasihan Yuta. Dia adalah iblis yang memang bertugas menyesatkan manusia.

Bukankah, itu yang selalu manusia bayangkan tentangnya?

Jika memang begitu, maka Liffus tidak keberatan membuat itu menjadi kenyataan demi kehidupan adiknya yang pernah direngut oleh mahluk yang disebut manusia.

Mahluk yang membuatnya merasakan siksakan selama 300 tahun lamanya.


-

-



" Kau yakin bisa memakai pakaianmu sendiri? Tidak perlu kubantu?" tawar Yuta khawatir. Luciel menggeleng pelan, sudah terbiasa memakai pakaiannya sendiri saat di asrama dulu.

Seperti yang dijanjikan, mereka akan kencan hari ini. Dengan pakaian Yuta yang sudah tidak muat di tubuh anak itu, Luciel masuk ke kamar mandi. Tangannya meraba pelan bentuk kamar mandi tersebut. Sebelum mengunci pintunya dari dalam dan mulai mandi.

" Baiklah. Panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu ya?"

Yuta menyerah, dia menutup pintu kamar mandi dan turun ke ruang keluarganya. Matanya melembut melihat foto keluarganya yang terpasang di dinding. Sekilas Yuta berpikir, apakah keluarganya akan menangis jika dia menghilang? Apa nanti Mama dan Papanya bisa makan dengan baik? Siapa yang akan merawat mereka nanti? Yuta kan anak tunggal keluarga ini.

Dengan tangan bergetar Yuta mencari nomor untuk menghubungi orang tuanya. Dia menunggu, sampai suara yang familiar menyapa telinganya.

" Ya sayang, apa ada masalah?"

Ah..... Apa Ibunya tahu bahwa saat ini Yuta begitu menyukai suara ramah Ibunya? Yuta bahkan sampai menangis di ujung panggilan.

" Mama..."

Sebisa mungkin Yuta mencoba untuk menahan tangisnya. Dia memanggil nama itu dengan suara bergetar, menunggu sampai panggilannya dibalas.

" Eh? Kenapa suaramu bergetar begitu? Kau sakit? Haruskah kami pulang sekarang?" tanya Mama Yuta khawatir.

Yuta menggeleng. Tangisnya semakin terdengar. Mengapa dia tidak pernah sadar bahwa keluarganya sehangat ini? Bagaimana bisa Yuta meninggalkan orang tuanya dengan tenang jika mereka begitu khawatir?

" Tidak. Aku tidak sakit. Hanya terlalu merindukan kalian hehe" suara Yuta terdengar parau.

Terdengar suara kekehan sebagai balasan. Ada suara Papanya juga disana. Yuta merasa lega.

" Lihatlah Pa, anakmu manja sekali. Kami akan pulang besok sayang. Kau baik-baik dirumah ya, jangan membolos lagi. Kasihan Tika yang selalu kerepotan mengurusmu" canda Mamanya hangat.

Tika.... Ah, mungkin Yuta harus menghubungi gadis itu nanti. Bagaimanapun bawelnya gadis berkacamata itu, dia tetaplah teman Yuta sedari kecil, pedebatan mereka tidak pernah begitu besar, dan tanpa sadar mereka selalu menjaga satu sama lain dengan baik.

" Ma..." panggil Yuta lagi. Mencoba terdengar tegar walau nyatanya sulit.

" Aku menyayangi kalian berdua. Sungguh. Jangan lupa selalu makan tepat waktu ya. Kalian selalu lupa makan dan tidur jika sudah bekerja"

" Hei, kau baik disana sayang? Apa kau punya masalah? Tidak biasanya kau begini"

Kini suara Mamanya terdengar khawatir. Yuta menggeleng pelan, walaupun jelas mereka tidak bisa melihat gelengan Yuta.

" Tidak ada. Aku tutup ya panggilannya. Aku menyayangi kalian, sungguh"

Telepon ditutup sebelum orang tuanya semakin khawatir. Yuta bergegas mencuci wajahnya. Keluar saat dia sudah benar-benar yakin Luciel tidak akan sadar kalau dia baru saja menangis.

Benar saja, tidak lama kemudian Luciel turun sambil meraba-raba lalu segera dibantu oleh Yuta.

Luciel memberinya ekspresi ragu, " Kau yakin kita akan pergi hari ini?" tanyanya memastikan. Entahlah, Luciel memiliki perasaan buruk tentang ini.

Yuta tersenyum jahil, lalu mengusak rambut Luciel gemas.

" Tentu saja. Ayo, aku akan membawamu ke suatu tempat dimana kita bisa menghabiskan waktu hanya berdua"



-





-





" Pantai......" lirih Luciel takjub. Kupingnya bisa mendengar suara ombak yang terdengar agak jauh darinya. Luciel membuka sepatu yang dia kenakan -yang mana kebesaran karena milik Yuta- untuk memastikan tebakannya benar.

Luciel dapat merasakan kasarnya pasir pantai. Luciel sangat senang. Ia belum pernah ke pantai sebelumnya.

" Emm..... Kau suka?" tanya Yuta ragu.

Luciel mengangguk semangat, memberi Yuta senyuman lebarnya.

" Sangat suka! Terimakasih telah membawaku kesini Yuta!"

Mereka duduk bersebelahan, dimana Luciel menggoyangkan sedikit badannya menikmati hembusan angin sementara Yuta terus memperhatikan Luciel.

" Kau tahu, ini tempat favoriteku jika aku sedang sedih. Aku pasti akan kabur kesini" cerita Yuta.

" Air di laut ini begitu biru, dan pantainya begitu putih. Sama seperti kulitmu Luciel" canda Yuta ringan.

Luciel tersenyum, " Tempat ini pasti indah sekali" bisiknya pelan. Yuta mengangguk setuju, menikmati pemandangan yang ada sebelum tubuhnya tiba-tiba lemas.

" Uhuk"

Satu teguk darah berhasil Yuta keluarkan. Tidak ada seorangpun di pantai saat ini, sehingga Luciel bisa mendengar dengan jelas suara batuk Yuta.

Anak itu tentu saja panik, berusaha menopang tubuh Yuta dan mulai menanngis lagi.

Yuta mengusap pipi Luciel lembut. Ah.... Mimpi apa dia semalam bisa menjadi sedekat ini dengan Luciel?

Anak itu bahkan menangis untuknya.

Tidak tahu kenapa, Yuta merasa bahwa hidupnya tidak akan bertahan lama. Dadanya sesak, dan kakinya bahkan telah mati rasa.

Bukan mati rasa sebenarnya, kakinya perlahan menghilang.

Untung Yuta telah mempersiapkan diri. Dia tidak panik sedikitpun.

Tangannya mengusap pipi Luciel lembut. Mencoba menguntai kalimat yang ingin ia katakan.

" Sudah kubilang jangan menangis Luciel. Aku akan hidup lama, aku akan selalu bersamamu dan menjadi temanmu selamnya" bisik Yuta pelan. Luciel menggeleng risuh, terus menangis sambil memeluk Yuta yang semakin menghilang.

" Kau bilang kau akan hidup lama! Kau tidak bisa pergi sekarang Yuta!" teriak Luciel putus asa. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri, telah membuat Yuta seperti ini.

Yuta tertawa lemah, mencoba menghibur Luciel.

" Aku akan hidup lama. Dalam ingatan dan jiwamu Luciel. Aku akan selalu bersamamu. Bersama orang yang selalu kucintai"

" Eh?" wajah Luciel terlihat terkejut. Yuta tersenyum lega, akhirnya Luciel tidak menangis histeris lagi.

" Aku mencintai mahluk menyerupai dewi sepertimu Luciel. Aku tidak menyesal menghilang jika itu untuk kebaikanmu. Kau itu seperti malaikat untukku, bukan iblis seperti yang kau katakan. Jangan menyesal ya? Aku akan membencimu jika kau menyalahkan dirimu sendiri karena ini" ancam Yuta, yang pandangannya semakin kabur seiring waktu.

Dia masih ingin melihat wajah cantik Luciel, masih ingin bermain bersama lelaki polos itu.

Namun, melihat kebawah, bahkan dia telah menghilang sampai perutnya. Yuta sudah mati rasa, setidaknya ia telah mengirimkan pesan-pesan pada orang yang dia sayang.

Semoga, mereka tidak akan khawatir setelah ini.

Tika... Gadis itu pasti akan menangis khawatir melihatnya begini.

Siapa sangka, oang yang dia kagumi selama adalah iblis kan?

Seharusnya Yuta menulis itu dalam pesannya. Namun begitu melihat wajah Luciel, pesan itu dia hapus dan dia isi dengan kata-kata jujur yang menyentuh.

Luciel tidak boleh terlibat dalam masalah ini. Yuta mengelus pipi Luciel yang basah oleh air mata di sela-sela kesadarannya.

" Aku bersyukur Tuhan telah mempertemukan kita Luciel. Aku senang, bahkan kematianku tidak semenyakitkan yang kupikir" candanya pelan. Disisa hidupnya, Yuta terus memandangi wajah Luciel yang berada di atasnya.

Ah sial. Sebelum mati dia bahkn diberi kesempatan melihat wajah seorang malaikat.

Ah, bukan. Seorang iblis yang menawan bukan?

Yuta tersenyum. Ternyata bahkan saat menangispun, Luciel itu cantik sekali.

Yuta menutup matanya. Tubuhnya telah sepenuhnya hilang. Digantikan oleh tangisan keras Luciel yang berusaha mencari keberadaan tubuh Yuta.

Yang kini telah sepenuhnya bersatu dengan tubuhnya.

Telah sepenuhmya ia makan, untuk kehidupannya sendiri.



-



-



Aku tidak pernah menyesal, jika harus berkorban untuk orang yang kusukai. Setidaknya aku bisa bersama dengannya disaat aku tahu dia telah dimiliki oleh orang lain.


Yuta meninggal guys.... Setelah menghilang tiga bulan aku tiba-tiba aja bikin chapter yang nyebelin abis😂

Dipublish untuk LhiaeAmalia5 yang masih inget sama cerita ini ya😂

Oke deh, vote dan comment aku tunggu ya~

See you in next chapter^^

Seguir leyendo

También te gustarán

657K 39K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
1.2M 87.7K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
237K 336 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
173K 19.7K 26
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...