Are We Getting Married Yet?

By AnnyAnny225

20.5M 987K 35.1K

Sagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih s... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
Sekilas Info
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
PREVIEW
41
42
43
44
46
PREVIEW 2
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
INTERMEZZO
Extra Part - Lisa's Pregnant
Extra Part - Saga's Worried
Extra Part - Triplets!
Extra Part - Triplets Again (Part 1)
Extra Part - Triplets Again (Part 2)
Extra Part - Triplets Again (Part 3)

35

250K 13.2K 348
By AnnyAnny225

Author POV

"Oke gugel," ucap Saga ke ponselnya sendiri. Kemudian muncul 4 garis warna-warni menandakan ponselnya bereaksi terhadap suara tadi. "ide kencan seru," lanjut Saga.

"Mencari ide kencan seru," ulang suara khas robot dari dalam ponsel. Lalu, berikutnya muncul berbagai artikel tentang ide kencan seru yang Saga butuhkan sebagai referensi kencannya hari ini. Dia berbalik ke arah tangga, melihat belum ada tanda-tanda jika Lisa akan turun sehingga dia kembali berkonsentrasi ke artikel yang sedang dicarinya. Saga mau, kencan hari ini sukses, dan berkesan bagi istrinya. Sayang, dia tidak ada bayangan sama sekali bagaimana kencan yang seharusnya. Apalagi di umur 30 tahun seperti ini. Mengingat sebagian besar waktunya untuk bekerja.

"Dua belas ide kencan seru. Sepertinya menarik," ucap Saga pada dirinya sendiri kemudian meng-klik sebuah artikel yang dibutuhkannya dan membacanya. Sesekali keningnya berkerut saat membaca ide kencan yang aneh menurutnya. Saking seriusnya, Saga sampai tak menyadari jika Lisa sudah berdiri di belakang sofa dan ikut membaca sambil menahan tawa.

"Ide kencan panjat tebing? Yang benar saja? Bukannya romantis malah capek duluan," keluh Saga yang membuat Lisa makin tak bisa menahan tawanya.

"Jadi, ide kencan yang mana yang mau kamu coba?" Saga terkejut dan hampir menjatuhkan ponselnya jika saja dia tidak cepat-cepat menangkapnya. Saga menoleh ke belakang dan langsung terpaku melihat Lisa.

"Kenapa kamu? Kayak liat setan aja," Lisa berusaha menutup rasa gugupnya karena ditatap Saga begitu dalam. Tampilannya kasual, blouse off shoulder hingga menampakkan tulang selangkanya yang seksi, jeans 3/4 dan rambut panjangnya yang digerai, serta make-up tipis dengan bibir merah muda yang ingin dilumat Saga saat itu juga. Tapi pria itu tidak ingin merusak lipstiknya sekarang.

"Beautiful," hanya satu kata namun berhasil membuat Lisa seakan beranjak dari tempatnya berpijak.

"Udah yuk, berangkat," Lisa memilih pergi daripada tertangkap basah karena wajahnya memerah. Saga pun segera menyusul Lisa dengan pikiran yang dipenuhi oleh pundak Lisa yang terekspos. Rasa-rasanya Saga lebih memilih mengurung Lisa dalam kamar daripada harus pergi kencan. Hmmm, ingat bang, lagi puasa!
***
Hujan yang tiba-tiba saja turun, mulai bertambah deras hingga menimbulkan bunyi yang lumayan berisik. Saga menghela napas pelan, kecewa kencannya harus berakhir dalam mobil seperti ini gara-gara hujan sialan yang berhasil merusak moodnya seketika. Padahal mereka sudah tiba di wisata Kota Tua 10 menit yang lalu. Mereka memilih tempat ini karena bingung harus ke mana. Akhirnya Lisa memutuskan untuk ke tempat ini. Namun, langit seperti tak merestui rencana mereka hari ini.

"Maaf, kita harus berakhir di mobil kayak gini," ucap Saga dengan lesu sambil menatap Lisa yang langsung mengelus kepalanya. "Padahal, kamu sudah rela bolos kerja hanya karena menuruti keinginan bodoh saya,"

"Hei, nggak apa-apa. Namanya cuaca kita nggak bisa prediksi," Lisa memeluk sebelah lengan Saga dan menyadarkan kepala ke bahu pria itu. Sungguh, tempat paling nyaman kedua setelah pelukan Papa. "Kita tunggu sampai hujan reda, ya?" Lisa mendongak dan mengecup pipi Saga yang agak kasar karena belum bercukur. Pria itu tersenyum, memeluk pundak Lisa erat dan menumpukan dagu di puncak kepala istrinya. Selalu saja, Lisa berhasil mengembalikan moodnya kembali baik. Saga sudah tak peduli lagi jika hujan akan terus mengguyur, yang terpenting adalah Lisa ada bersamanya saat ini. Seperti ini saja, sudah membuat Saga bahagia. Dia berharap waktu berhenti sebentar, sehingga momen seperti ini bisa Saga rasakan lebih lama.

"Kamu tahu? Kalo hujan kayak gini, aku ingat sesuatu," ujar Lisa dan membuat pola abstrak di atas dada Saga dengan telunjuknya.

"Ingat apa?" Saga yang tadinya memejamkan mata karena mengantuk, segera membuka mata karena was-was. Dalam kepala Saga yang diingat Lisa pastilah mantannya-seperti yang selalu Saga baca di internet tentang hujan yang selalu memunculkan kegalauan. Mungkin, mereka juga pernah melewati momen hujan bersama. Jika Lisa masih mengingatnya, tentu itu kenangan yang manis dan akan selalu diingatnya jika hujan turun. Saga terdiam menunggu jawaban Lisa, menyiapkan diri apapun itu.

"Ingat mie kuah yang panas dan pedas," jawab Lisa yang disambut kekehan rendah Saga. Entah kenapa rasanya lega mendengar jawaban kocak istirnya. Untuk merayakan rasa leganya, Saga mendorong kedua pundak Lisa perlahan, membuat tawanya perlahan hilang karena ditatap begitu intens oleh Saga. Lisa selalu merasa lemah jika ditatap seperti ini oleh Saga. Selanjutnya sudah dapat ditebak. Saga mendekatkan wajahnya, mengecup lembut sudut bibir Lisa. Begitu lembut, seakan bibir Lisa terbuat dari kaca yang rapuh. Kemudian Saga menatap wajah Lisa yang masih terpejam, dengan wajah bersemu merah. Kedua tangannya mengusap pelan bahu telanjang Lisa, kemudian berakhir dengan menangkup kedua pipi mulus Lisa.

"Kamu cantik banget hari ini," kata Saga setengah berbisik seperti tak habis-habisnya mengagumi kecantikan istrinya yang semakin bertambah setiap hari.

"Hanya hari ini?" Tanya Lisa dengan mata sayu. Tubuhnya gemetar oleh perlakuan Saga. Pria itu tersenyum dan mengucapkan everyday tanpa suara. Bibirnya kini sibuk mengecup bahu polos Lisa. Sesekali menggigit pelan.

"Ga," desah Lisa pelan seraya meremas rambut Saga.

"Ya," jawab Saga diantara kegiatannya. Kecupan Saga sudah naik ke leher Lisa.

"Ki-kita, nggak mungkin disini, kan?" Tanya Lisa dengan napas tersengal.

"Kamu mau pulang?" Tanya Saga lagi. Bibirnya kini berada di pipi Lisa.

"Ter-terserah kamu. Aku i-ikut mau kamu," Lisa kesulitan menahan gejolak dalam dirinya. Meski diluar hujan deras, Lisa merasa terbakar di dalam mobil karena sensasi yang diciptakan oleh bibir lihai Saga. Sejak minggu lalu acara pembuatan adonan anak harus terinterupsi oleh tamu bulanannya, mereka tak pernah mencoba lagi. Mungkinkah hari ini adalah waktunya? Lisa tak bisa memprediksi. Menurut instingnya, sesuatu atau seseorang akan kembali menginterupsi. Tangan Saga berhasil masuk ke dalam blouse Lisa dan mengelus punggungnya pelan. Cengkraman Lisa di pundak Saga semakin keras, seiring tangan Saga yang semakin naik ke atas. Ciuman mereka semakin cepat hingga Lisa merasa akan pingsan sebentar lagi karena kekurangan oksigen. Tepat saat tangan Saga akan bergerak melepaskan pengait bra Lisa, kaca mobil di samping Lisa diketuk cepat oleh seseorang yang tengah mengenakan mantel hingga menutupi seluruh kepala. Yang terlihat hanyalah wajah sangar seorang bapak-bapak berumur sekitar awal 50 tahun.

"KALAU MAU MESUM JANGAN DI SINI!" teriaknya hingga membuat Lisa dan Saga terperanjat. Sekali lagi, insting Lisa terbukti.
***
Lalisa POV

Dua mangkuk mi instan yang terhidang di atas meja masih mengepulkan asap tanda masih panas. Yah, sesuai yang aku bayangkan tadi. Panas, pedas, lengkap dengan telur, abon sapi dan irisan daun bawang. Setelah mengucapkan terima kasih Saga melahap mi-nya dalam diam. Sama pun dengan aku yang lebih memilih bungkam karena memang mulutku yang penuh. Sesekali aku melirik ke arah jendela. Di luar hujan masih saja deras seperti 2 jam yang lalu. Seakan enggan untuk berhenti. Memang keberuntungan tak berpihak pada kami hari ini. Mulai dari bolos kerja, mau kencan malah hujan, kemudian ditangkap Polisi Pamong Praja karena ketahuan bermesraan dalam mobil. Kami diinterogasi hampir 1 jam lamanya dan dilepaskan karena berhasil membuktikan jika kami memang benar-benar suami istri. Setelahnya, kami memutuskan pulang karena merasa lelah diberondong banyak pertanyaan. Salahkan bahuku yang seksi ini. Karenanya, Saga tidak mampu menahan hasratnya. Hiks!

Aku menatap Saga yang sibuk menunduk karena menyeruput mi miliknya. Setelah  semuanya, dia yang paling kelihatan kecewa dan merasa bersalah  karena begitu banyak rencana yang disusunnya, namun tidak ada satu pun yang terwujud. Meski berulang kali aku berusaha membuatnya untuk tidak merasa bersalah, kata maaf terus saja keluar dari mulutnya. Aku sampai bingung harus bagaimana lagi meyakinkan Saga bahwa semuanya baik-baik saja sampai akhirnya aku memilih diam.

Saat kepalanya terangkat, tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Lama kami hanya saling menatap, sampai aku tersenyum karena mengingat kejadian 2 jam lalu. Seumur hidup aku tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib, kecuali mengurus surat-surat izin mengemudi. Tanpa aba-aba-seperti memiliki pikiran yang sama-kami tertawa kencang cukup lama. Menertawakan kebodohan kami, tentu saja.

Setelah tawa mulai reda Saga berkata "Kalo tahu ujung-ujungnya makan mi di rumah, harusnya kita nggak keluar," aku kembali tertawa hingga mataku menyipit. Untunglah, Saga sudah bisa tertawa dan aku bisa lega sekarang.

"Aku nggak bisa bayangin kalo kita sampai digiring ke kantor polisi pake mobil patroli yang kursinya saling membelakangi itu. Besoknya langsung masuk foto aku lagi duduk di mobil patroli di semua majalah bisnis. Headline-nya "GM Perusahaan X diciduk Satpol PP Karena Bermesraan Dengan Suaminya Sendiri Di Dalam Mobil". Aku bisa diolok Nares 7 turunan," Saga kembali tertawa hingga tak bersuara. Aku hanya bisa tersenyum bahagia melihat wajahnya sudah tidak semuram sebelumnya.

"Syukurlah kita nggak perlu naik mobil patroli. Untung kantornya dekat," timpal Saga lagi.

"Ini akan menjadi kenangan terkonyol kita. Kalo diceritain ke anak kita lucu kali, ya? Ada rumah kok, bermesraan di dalam mobil," aku menggeleng masih tak habis pikir.

"Anak kita," ulang Saga dan tersenyum lebar hingga membuat perasaan ku menhangat. "Saya suka saat kamu bilang anak kita. Saya tidak sabar untuk punya anak," Saga mengambil satu tanganku dan menggenggamnya erat.

"Yaaa... Buat dulu baru bisa punya anak," wajahku tiba-tiba memanas, padahal hanya bercanda. Duh, aku sudah membayangkan yang iya-iya. Apalagi hujan dan dingin seperti ini. Biasanya prosentasi menjurus ke 'hal' tersebut naik hingga 80% dibandingkan saat cuaca cerah.

"Sepertinya kita harus berlibur ke tempat yang jauh, aman dan tidak ada sinyal. Supaya tidak ada yang mengganggu," Saga tersenyum seperti tengah menggoda. Aku memukul lengannya malu-malu. Tapi itu ide yang bagus. Dengan begitu tidak ada yang mengganggu dan kami akan berhasil. "Bagaimana kalo ke Sumba lagi. Kamu mau?"

Aku mengangguk setuju tanpa berpikir lagi.

"Kita akan mengunjungi Wira?" Tanyaku bersemangat.

Saga menggangguk "Kita akan mengunjungi Wira dan keluarganya. Dia pasti sudah besar,"

"Iya, aku kangen sama Wira. Kita juga nggak bisa berkomunikasi sama Ibu Magdalena dan Pak Umbu," Ah, jadi nostalgia lagi tentang semua kejadian di Sumba terutama perampokan itu. Dari Sumba juga, hubungan kami bisa sampai seperti sekarang ini.

"Besok saya mau ajak kamu makan malam di luar kalo kamu nggak sibuk. Hitung-hitung menebus kegagalan hari ini. Can you?"

"Bisa," jawabku cepat. "Aku usahakan pulang sore. Kita berangkat dari rumah, ya? Aku pengen kita berangkat sama-sama,"

Saga mengangguk dan kami kembali melanjutkan makan yang tertunda.
***
Author POV

Saga bersiul sepanjang koridor menuju ruangannya. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat wajah damai Lisa saat pertama kali membuka mata di pagi hari. Disiapkan baju kerja, dibuatkan sarapan bahkan dibuatkan bekal juga. Terlihat dari tas jinjing ungu yang berisi bekal yang sudah dibuatkan Lisa dari pagi-pagi sekali. Saga terkadang menyesal, kenapa dari dulu dia tidak menikah saja? Atau, kenapa lama sekali baru dia bertemu Lisa. Meski awalnya pernikahan ini hanya bertujuan untuk sekedar status, toh, pada akhirnya mereka saling mencintai. Saga baru sadar, sudah menjilat ludahnya sendiri. Dulu dia yakin tidak akan pernah jatuh cinta pada Lisa. Namun sekarang, Lisa sudah menariknya jauh hingga ke dasar hati wanita itu.

"Eh, udah balik lu? Gue pikir baru hari ini balik," Tukas Marco saat pintu dibuka oleh Saga. Pria itu berjalan tanpa baju. Hanya mengenakan celana jeans yang bertengger rendah di pinggulnya. Dia menggoyangkan kepala menghilangkan air yang masih bersisa di rambutnya.

"Udah dari kemarin," jawab Saga dan memakai jas putih yang tergantung di  dalam lemarinya. "Marco," panggil Saga saat melihat Marco hendak masuk ke kamar mandi lagi.

"What?" Saga terlihat ragu. "Mau ngomong apa Lo? Ngomong aja. Mau minta style terbaru untuk nanti malam?" Goda Marco yang dilempari serbet kotor oleh Saga. Sukses mendarat di kepalanya. Marco sempat memaki setelah membuang jauh-jauh serbet tersebut. Padahal dia baru saja selesai mencuci rambut.

"Marly udah balik ke Jakarta," ucap Saga pelan setelahnya.

"Oke, dia udah balik. Memangnya kenapa-MARLY SIAPA?! JANGAN BILANG MARLY REVANA WIRAATMADJA ?!" suara Marco segera meninggi setelah sadar jika Marly yang disebutkan Saga adalah Marly si mantan pacar Saga dulu. Yang berhasil menjungkirbalikkan hidup Saga setelah kepergiannya. Dengan enggan Saga mengangguk. Selanjutnya berbagai sumpah serapah meluncur dari mulut Marco.

"Lo dapat info dari siapa? Dari mana?" Marco menarik Saga agar duduk di sofa. Dia harus mendengarkan dengan seksama.

"Dia... juga datang ke acara di Makassar kemarin,"

" Yang benar??? Lo ketemu dia? Lo ngomong apa sama dia? Lo baik-baik aja, kan?" Marco terus memberondong dengan banyak pertanyaan hingga Saga bingung harus menjawab yang mana.

"Gue lagi ngomong sama dokter Arya dan dia manggil Marly. Untungnya dia nggak datang. Gue langsung pulang ke Jakarta saat itu juga karena gue nggak mau ketemu dia sama sekali. Gue masih lemah sama dia Marco. Buktinya, hanya dengar namanya gue langsung gemetar," Saga mengusap wajahnya kasar kembali merasa bersalah. Dia telah mencintai Lisa. Harusnya mendengar nama Marly, tidak perlu drama sampai sakit seperti kemarin.

"Ingat, dia cuman sampah masa lalu elo. Yang terpenting sekarang adalah Lisa. Lo nggak boleh sakitin dia karena perempuan nggak jelas itu apapun yang terjadi," Marco memperingatkan Saga seakan tahu jika Saga mudah terpengaruh. Selama masa terpuruk Saga, dia dan Yolan lah yang selalu ada di sampingnya. Karena itu Marco sangat tahu betapa berat perjuangan Saga untuk bangkit dari keterpurukan setelah ditinggal Marly begitu saja. "Elo cuman cinta Lisa. Gue benar, kan?" Tanya Marco memastikan. Saga terdiam, hanya mampu menatap Marco, belum bisa menjawab. Semacam ada perang batin dalam hatinya. Bagaimanapun, Marly sebagai cinta pertamanya, punya tempat tersendiri di hatinya yang sulit dilupakan.

"Sagara gue tanya sekali lagi, elo hanya cinta Lisa, kan? Hanya dia yang ada di hati dan pikiran elo sekarang, kan? Jawab gue!" Marco mengguncang kedua lengan Saga agar pria itu segera menjawab tanpa banyak berpikir. Jika hanya Lisa yang dia cintai, harusnya Saga bisa segera menjawab. Saga menutup telinganya karena terus-menerus diteriaki Marco yang menuntut jawaban. Saga tidak bisa berpikir, kepalanya serasa akan pecah. Ingin dia menjawab iya, hanya Lisa yang dia cintai. Tapi, tenggorokannya terasa tercekat hingga untuk bersuara saja sudah.

Brak!!!

Pintu terbuka dengan kasar, muncul Yolan dengan nafas terengah seperti habis lari maraton. Keduanya otomatis menoleh ke arah Yolan.

"Gu-gue..." Yolan menarik napas sebelum melanjutkan "ketemu Marly di parkiran. Dia bakalan dinas di sini juga!"

Marco meringis dan melihat Saga yang terpaku menatap Yolan. Bagi Saga, ini bencana besar. Bisa jadi, kehidupannya akan hancur untuk kedua kalinya.

Sementara itu, ditempat lain, Lisa tengah berada dalam meeting bersama para pemegang saham. Tanpa sengaja, tangannya menyenggol gelas hingga jatuh dan pecah, menyebabkan suara yang nyaring. Seisi ruangan langsung menatapnya. Bahkan anak buahnya yang sedang presentasi di depan juga berhenti seketika. Lisa sendiri juga ikut terkejut. Anehnya, perasaannya seketika menjadi tidak menentu.

TBC
***

Selamat menjalankan ibadah puasa ya bagi yang menjalankan. Semoga puasanya barokah.. ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

20.9K 522 44
"Karena dia itu penting melebihi diri ku sendiri" WARNING!MENGANDUNG BAHASA KASAR DILARANG MENJIPLAK !MIKIR AJA KALAU KALIAN MAU JIPLAK GAK USAH NGAM...
2.7M 224K 59
Serangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain, menikahi dosen dengan rambut hitam lega...
107K 2.5K 33
Bagaimana perasaanmu jika disaat kamu sedang melupakan seseorang masa lalu mu, lalu datang seseorang sebagai penyemangat dan penutup kesedihanmu. Na...
1.7M 159K 27
"Mas kenapa nggak bilang aku cantik?" Daffa yang sedang mengeluarkan pakaian dari mesin cuci berhenti sejenak, melirik Aira dan bertanya, "kenapa ema...