SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔

By Mlyftr96

1.4M 139K 17.3K

Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tent... More

Samudera - 1
Samudera - 2
Samudera - 3
[Bukan Update] Samudera dan Oceana
Samudera - 4
Samudera - 5
Samudera - 6
Samudera - 7
Samudera - 8
Samudera - 9
Samudera - 10
Samudera - 11
Samudera - 12
Samudera - 12
Samudera - 13
Samudera - 14
Samudera - 15
Samudera - 16
Samudera - 17
Samudera - 18
Samudera - 19
Samudera - 20
Samudera - 21
Samudera - 22
Samudera - 23
Samudera - 24
Samudera - 25
Samudera - 26
Samudera - 27
Samudera - 29
Samudera - 30
Samudera - 31
Samudera - 32
Samudera - 33
Samudera - 34
Samudera - 35
Samudera - 36
Samudera - 37
Samudera - 38
Samudera - 39
Samudera - 40
Samudera - 41
Samudera - 42
Samudera - 43
Samudera - 44
Samudera - 45
Samudera - 46
Samudera - 47
Samudera - 48
Samudera - 49
Samudera - 50
Extra Part

Samudera - 28

21.9K 2.6K 476
By Mlyftr96

Panggilan alam membuat Oceana terjaga dari tidur lelapnya, dengan kesadaran yang belum 100% ia menyibak selimut lalu beranjak ke toilet yang ada di dalam kamar sebelum ia ngompol. Setelah merasa lega ia keluar dari toilet dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur, tapi sebelum itu ia mengecek ponsel terlebih dahulu. Kebiasaan manusia jaman now itu memang selalu mengecek ponsel setiap ada kesempatan.

Matanya melotot mendapat pesan dari Rania yang mengajaknya ke New-Zealand.

Oceana melototkan matanya dan membaca berulang kali, takutnya ia salah baca karena efek baru bangun tidur, ia mengucek matanya berkali-kali, namun tulisannya masih sama.

Senyuman mengembang di bibir Oceana.

"Samudera tunggu dedek Oceana datang padamu, Mas," ujarnya exited. Ternyata efek LDR dan terlalu lama menahan rindu membuat orang menjadi alay.

Oceana turun dari kasur dan mengambil koper yang ada di atas lemari, setelah itu ia masukkan beberapa lembar pakaian. "Selesai."

Kemudian ia melirik benda persegi yang menggantung di dinding kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, rasanya terlalu singkat jika ia gunakan untuk tidur lagi, lebih baik sekarang Oceana mengirim pesan kepada Gia.

Oceana : Gi, gue izin gak masuk sekolah untuk beberapa hari ke depan, ada urusan keluarga. Tolong lo sampaikan ke guru-guru dan wali kelas. Atau sekalian lo bikinin surat izin aja. Thx before 😘

Tak lama kemudian muncul sebuah pesan dari Rania.

Camer idaman : Na, Tante jemput kamu 1 jam lagi ya

Oceana langsung mengetikkan jawabannya.

Oceana : iya tante, siyap 86

Oceana langsung bergegas mandi air hangat.

"Demi lo, Sam. Gue rela mandi pagi-pagi buta seperti ini."

Setelah dirasa airnya sudah mencapai kehangatan yang pas, Oceana langsung membuka pakaiannya dan melakukan ritual mandi yang cukup singkat.

Setelah selesai, ia langsung keluar dengan melilitkan handuk sampai di atas dada, dan segera berpakaian yang rapi serta memoleskan bedak tabur ke wajahnya, tak lupa lip gloss ke bibirnya agar tidak kering.

"Natural aja cantik ya."

Setelah siap, ia langsung ke kamar orangtuanya.

Baru saja Oceana hendak mengetuk pintu, telinganya langsung menangkap sesuatu yang aneh, dari dalam sana terdengar suara desahan Vina. "Dosa gak ya ketuk pintu pas Ayah dan Bunda lagi anu?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

"Tapi masa gue gak pamit mau ke New Zealand."

"Ah, bodo amat."

Oceana langsung mengetuk pintu tersebut seraya memanggil Ayah dan Bunda.

Beberapa menit setelah menunggu akhirnya muncul Vina yang membuka pintu, dan Oceana meringis melihat leher Bundanya yang penuh tanda serta bibirnya yang sedikit membengkak.

Ayah ganas juga ya.

"Ada apa, Na?"

"Oceana mau ke New Zealand buat beberapa hari ke depan diajak sama Tante Rania."

"Sekolah kamu?"

"Izin, Bun"

Vina mengangguk. "Tapi hati-hati. Cepat pulang."

Oceana langsung mencium tangan Vina. "Yah, keluar dong. Oce mau pamit," ujarnya sedikit lebih keras.

"Ayah masih tidur," balas Vina.

Dikira aku gak tahu apa kalau Bunda abis uh ah.

"Oce berangkat ya, Bun, Yah. By the way. Selamat main kuda-kudaan. Tapi ingat Oceana gak mau punya adik. Aturannya aku yang kasih cucu buat Bunda dan Ayah."

Mendengar hal itu, Rio langsung memakai boxer-nya dan bergegas menemui Oceana. "Kalau pulang-pulang kamu bawa sesuatu yang gak baik. Ayah akan marah sama kamu."

"Iya, Ayahku sayang." Oceana langsung mencium tangan Rio. "Ayah, hebat juga. Leher Bunda sampai banyak bercaknya," mata Oceana juga tak sengaja menatap leher Rio. "Ah, Bunda juga sama aja," ujar Oceana langsung mendapat tatapan tajam dari kedua orangtuanya, sementara Oceana tidak dapat menahan tawa.

Tiba-tiba ponsel di tangan Oceana bergetar, ternyata pesan dari Rania yang mengatakan ia sudah di depan pagar. "Aku berangkat ya, Bun, Yah. Tante Rania udah di depan." Oceana mencium pipi Vina dan Rio.

"Hati-hati." Setelah mengucapkan itu Vina dan Rio kembali masuk kamar.

♥ ♥ ♥

Saat ini Oceana, Rania dan Aurel sudah menginjakkan kakinya di Auckland Airport, saat ketiganya keluar langsung mendapati Irish yang menyambut mereka dengan senyuman, lebih tepatnya menyambut Rania dan Aurel karena Irish tidak kenal dengan wajah baru yaitu Oceana.

"Udah lama nunggunya, Rish?"

"Baru, Mbak. Oh iya ini siapa?" Mata Irish melirik ke arah Oceana.

"Kenalkan ini Oceana, calon menantuku."

Wajah Irish langsung berubah tegang saat mendengar penuturan Rania, wanita itu terpaksa melengkung senyuman kepada Oceana. "Ayo, langsung aja ke mobil."

Mereka langsung ke arah mobil Irish. Di perjalanan Irish berusaha menahan kekesalan karena adanya Oceana di antara mereka.

"Oceana pacarnya Samudera ya?"

Bukan Oceana yang menjawab tapi Rania. "Iyalah, Rish. Anakku yang cowok cuma Samudera, gak mungkin pacar Aurel," ujarnya yang diakhiri dengan kekehan pelan.

"Bang Sam sama Kak Oceana itu couple goals banget," ujar Aurel yang semakin membuat Irish kesal.

Sepanjang jalan Irish tak lagi mengatakan apa-apa, hanya ada suara Aurel yang terus mengoceh tentang hubungan Samudera dan Oceana dan sesekali Rania yang bercerita tentang keadaan Jakarta yang masih panas dan macet. Sementara Oceana hanya diam, tidak tahu harus berkata apa.

Irish memelankan lajuya dan seorang security membuka gerbang kemudian mobil tersebut masuk ke pelataran rumah.

Ke-empatnya turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah.

"Aurelllllllll," teriak Alin yang baru turun dari tangga dan langsung memeluk adik sepupunya itu. Dan ia bersalaman dengan Rania lalu matanya beralih menatap Oceana. "Ini pasti Oceana, kan?"

Oceana mengangguk. "Kok tahu?"

"Ternyata aslinya jauh lebih cantik ya. Kak Sam itu pernah cerita tentang kamu."

"Ayo semuanya, kita makan dulu. Pasti kalian lapar abis perjalanan jauh," ujar Irish.

Mereka semua langsung menuju meja makan, di sana sudah terdapat banyak makanan yang disajikan oleh asisten rumah tangga.

"Kamu udah kasih tahu Sam kami ke sini, Rish?"

Irish mengangguk. "Sudah, Mbak. Selesai dari Ardmore nanti dia ke sini."

♥ ♥ ♥

Saat sore hari, menjelang petang Samudera sudah sampai di rumah bersama Nando. Betapa terkejutnya ia melihat gadis yang sangat dirindukannya duduk di sofa. "Na, ini beneran kamu?" Rasanya seperti mimpi melihat gadisnya berada di depan mata.

Oceana mengangguk dan berdiri, Samudera langsung memeluknya erat dan mengecup puncak kepalanya begitu erat. "I miss you, so bad."

Alin yang sedang duduk bersama Oceana tersenyum kecut, entah kenapa ada rasa iri yang ia rasakan saat Samudera terlihat begitu menyayangi Oceana.

"Jadi, Oceana aja yang dipeluk Mama sama Aurel gak?"

Samudera langsung melepaskan pelukan itu dan beralih memeluk wanita yang melahirkannya.

"Aurel juga mau."

Samudera beralih memeluk adiknya. "Cepat tinggi dong, Rel. Biar meluknya enak."

"Bang Sam bau," ujar Aurel sambil menutup hidungnya.

"Durhaka emang, baru ketemu langsung bilang bau bukannya bilang kangen."

"Aurel benar Sam, lebih baik kamu mandi dulu terus makan. Aku masih kangen sama kamu."

Samudera mengacak rambut Oceana lalu mengecup keningnya. "Aku mandi dulu, sayang." Setelah itu Samudera melenggang pergi.

"Ma, cepat nikahin Kak Oce dan Bang Sam biar Aurel cepat dapat ponakan."

Rania hanya tersenyum geli kemudian ia bergegas masuk ke dalam. Sementara Oceana dan Aurel duduk di sofa bersama Alin.

"Kalian satu sekolah ya?"

Oceana mengerti ke mana arah pembicaraan Alin. "Aku sama Samudera itu satu sekolah dari SMP, kami sahabatan dan baru-baru ini jadi pacar."

Alin mengangguk. "Semacam sahabat jadi cinta?"

"Friendship goals like a relationship goals," ujar Aurel. "Kalau bukan karena permainan aku mungkin sampai sekarang mereka belum jadian."

"Permainan konyol?" tanya Alin penasaran.

"Jadi waktu itu aku ajakin mereka main Ludo, yang kalah harus ikutin kemauan yang menang. Dan ternyata aku yang menang, jadi aku suruh Bang Samudera tembak Kak Oceana saat itu juga dan Kak Oceana wajib terima."

"Hebat kamu, Rel."

"Ngomong-ngomong kamu lancar banget bahasa Indonesianya."

"Mommy dan Daddy orang Indonesia asli dan sahabat dekat aku juga orang Indonesia asli. Sama mereka aku pakai bahasa Indonesia."

Tak lama kemudian muncul Samudera dengan wajah segarnya. "Sayang..."

Oceana menatap Samudera. "Udah makan?"

"Di dekat sini ada kafe. Ke sana, yuk."

Oceana mengangguk lalu berdiri.

"Aurel ikut, Bang."

Samudera menggeleng. "Jangan kebiasaan jadi kambing congek." Aurel menggerutu dengan perasaan kesal, sementara Oceana langsung keluar rumah dengan bergenggaman tangan.

♥ ♥ ♥

Mereka sudah sampai di kafe dan sudah memesan beberapa menu makanan yang ada di sini. Samudera menatap Oceana seraya tersenyum membuat gadis itu jadi salah tingkah. "Apa sih, Sam?"

"Masih kayak mimpi, Na. Kamu ada di sini, di depan mata aku sekarang."

"Aku lebih gak nyangka, Sam. Aku bangun tidur tiba-tiba ada chat dari tante Rania dan kamu tahu perasaan aku saat itu, exited banget."

Samudera tersenyum. "LDR itu menyiksa, aku selalu rindu kamu. Tapi aku hanya bisa menahannya, karena kendala jadwalku juga kendala perbedaan waktu. Rasanya aku ingin lari dari sini, kalau harus memilih aku ingin kembali ke Indonesia, kumpul sama kalian."

Oceana bisa melihat sirat kesedihan dari mata Samudera, menjalankan sesuatu yang bukan keinginan sendiri memang hal terberat dalam hidup. Tapi inilah takdirnya.

"Tapi aku gak mungkin kecewain Papa lagi cukup aku gak menuruti keinginannya yang satu itu."

"Keinginan apa?"

Samudera menggenggam tangan Oceana di atas meja lalu menatapnya lembut. "Ternyata Papa meninggalkan sebuah surat yang mengharuskan aku menikahi Alin, tapi aku gak mau. Karena hatiku memilihmu, Na."

Oceana terkejut mendengar penuturan Samudera. Hal yang sama sekali tidak disangkanya.

"Aku gak mau kehilangan kamu dan terpenting aku gak mau buat kamu terluka."

"Aku juga, Sam. Tapi Om Andre gimana?"

"Aku yakin kalau Papa masih ada, pasti akan setuju sama hubungan kita dan pasti Papa bahagia jagoannya memiliki gadis cantik yang mampu membuat aku jatuh cinta setiap saat."

Mau tak mau sebuah senyuman melengkug di bibir Oceana. "Masih pintar bikin baper ya."

"Baperi pacar sendiri kan gak masalah, sayang."

Tak lama kemudian pesanan mereka datang. "Thank you," ujar Samudera kepada pelayan tersebut.

"Lusa aku udah balik, Sam." Oceana mulai menyuapi makanan tersebut ke dala mulutnya.

"Kita jalan-jalan besok, biar aku izin gak masuk. Kita harus ciptakan quality time sebelum LDR lagi."

"Emang boleh?"

"Boleh gak boleh tetap harus boleh."

Long distance relationship adalah hal yang paling menyiksa dalam sebuah hubungan, karena akan ada fase di mana saling merindukan, namun terhalang oleh jarak dan waktu. Akhirnya hanya bisa menahannya meski akan sangat menyakitkan. Tapi tak bisa dipungkiri juga, hubungan jarak jauh bisa menguji seberapa tingkat kesetiaan dan kesabaran serta sampai mana kita sanggup bertahan.

♥ ♥ ♥

Sekarang Rania, Irish dan Nando sedang duduk di ruang keluarga.

"Mbak, kasihan Mas Andre kalau kita gak menuruti keinginannya," ujar Nando.

"Lagipula Alin jauh lebih baik dari Oceana," lanjut Irish.

Rania memijit pelipisnya dan ia menghela napas pelan. "Ini masalah hati, Samudera bebas menentukan siapa yang akan jadi pendampingnya kelak."

"Mbak, Samudera itu anak yang penurut, aku yakin kalau Mbak yang minta pasti dia akan mau," Irish tetap berusahan meyakinkan Rania.

"Bukan karena aku Ibunya jadi bebas mengatur kehidupan dia, Rish. Dia sudah dewasa dan bebas menentukan yang terbaik untuk hidupnya, aku gak pernah menuntut anak-anakku harus ini dan itu."

Nando menatap datar Rania. "Mbak Rania kenapa gak bisa seperti Mas Andre? Terkadang kita harus ikut andil dalam pilihannya, dia baru anak kemarin sore dan kita sebagai orangtua yang sudah mengecap banyak asam dan garam kehidupan jadi kita lebih paham."

"Karena aku tahu Oceana memang terbaik untuk Samudera. Aku sudah mengenalinya dari dulu."

Irish menimpali. "Jadi menurut Mbak. Alin bukan yang terbaik? Bahkan, Mbak sudah kenal Alin sejak dia lahir ke dunia ini. Dan yang terpenting kita adalah keluarga, dengan adanya pernikahan mereka kelak, akan bisa mempererat hubungan keluarga kita."

"Nando, Irish. Ini bukan masalah Alin terbaik atau bukan. Ini masalah hati, Samudera gak mencintai Alin dan kenapa kita harus paksa mereka nikah. Dan masalah Mas Andre, aku yakin suamiku akan baik-baik saja dan kalau dia masih hidup pasti akan mendukung keputusan putranya."

"Mas Andre adalah Kakakku dan aku gak mau menyiksa dia dengan kita yang gak menuruti keinginannya, Mbak. Tolong ngerti posisi Mas Andre!" ujar Nando yang terlihat sedang menahan emosi.

Irish mengangguk. "Mas Nando benar, lagian untuk masalah cinta. Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu, yang penting mereka harus mau bersama karena cinta tumbuh karena terbiasa."

Kalau tidak ada yang mengakhiri pasti perdebatan ini akan terus berlanjut. Jadi, biarkan Rania yang mengalah. "Baiklah, kalau kalian bersikeras menikahkan mereka, terserah! Tapi kita harus bertanya kepada Samudera terlebih dahulu."

Irish semakin menatap intens Rania. "Mbak, Samudera sudah pasti menolak dan sekarang tugas Mbak sebagai ibunya meyakinkan dia agar segera bertunangan dengan Alin!"

"Aku dan Alin gak akan pernah tunangan," ujar Samudera yang baru datang seraya menggenggam tangan Oceana. "Asal Om dan Tante tahu, cewek cantik di sebelah aku ini adalah calon istri aku. Andaikan saat sekolah pilot memperbolehkan menikah, sudah pasti aku segera menikahinya. She is mine!"

"Jangan keras kepala, Samudera!" tegas Nando.

Oceana tersenyum tipis. "Om, Tante. Maaf kalau saya lancang. Alin jauh lebih baik dari saya dan saya yakin dia pasti bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari Samudera. Gak semua kehendak kita bisa dipaksakan."

Irish menatap Oceana. "Saya balikin ucapan itu ke kamu, dan kehendak kamu untuk bersama Samudera berarti gak bisa dipaksakan juga."

Samudera tersenyum miring. "Itu beda lagi, kami saling mencintai."

Samudera langsung mencium bibir Oceana di hadapan mereka semua dan ia menampilkan senyuman terbaiknya. "Lihat kan? She is mine."

Sangat terlihat jelas Irish dan Nando menahan amarah.

♥ ♥ ♥

Part terpanjang yang pernah aku tulis. Bahkan, di cerita lain aku gak pernah nulis sepanjang ini. Jangan lupa vote dan comment.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 31.7K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
2.4M 120K 26
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
212K 25.8K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
4.3M 97.5K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+