Seharusnya target aku mau update ketika followersku 60k tapi ternyata lama, akhirnya aku update sekarang
Jangan lupa vote dan comment
Happy reading
♥ ♥ ♥
Mendapat kabar Samudera dalah hal yang selalu ditunggu oleh Oceana, ia tidak ingin berjauhan dengan ponselnya. Bahkan, ketika di-charge pun ia tidak mematikan ponselnya, takut jika sang kekasih menghubunginya.
Sudah sebulan mereka LDR-an dan selama itu pula keduanya menahan kerinduan. Samudera yang sibuk dengan segala macam tes dan pelatihan di sana jadi jarang ada waktu menghubungi Oceana, dalam sebulan ini mereka berkomunikasi bisa dihitung pakai jari.
Lama-lama Oceana bisa gila karena menahan rasa rindu, ternyata rindu itu amat berat, lebih berat dari badannya Agung Hercules, mungkin.
Hubungan Persahabatan Gia dan Oceana sudah mulai membaik, mereka juga sudah duduk sebangku. Sedangkan Gea masih berada di pihak Ara yang sama sekali belum menunjukkan sikap perdamaian.
Setelah membereskan alat tulisnya Gia berdiri dari kursi. "Na, lo pulang sama siapa? Bareng gue, ayo."
Semenjak Samudera pindah, Oceana memang tidak membawa kendaraan karena ia lebih suka naik kendaraan umum, dengan begitu katanya bisa mengurangi polusi atau kemacetan,tetapi sesekali diantar-jemput oleh sang Ayah.
Mata Oceana tertuju ke Ara dan Gea yang baru saja keluar kelas. "Lo gak bareng Gea?"
Gia menggeleng. "Bareng pacar dong," ujarnya bangga.
"Lo punya pacar?"
"Iya, makanya ikut biar gue kenalin." Gia langsung menarik tangan Oceana keluar dari kelas, menuju depan gerbang. Di sana sudah ada sebuah mobil yang menunggu.
Gia membuka pintu depan, sementara Oceana pintu belakang. Mata Oceana melotot melihat si pengemudi tersebut. "Kak Aldric?"
Aldric hanya tersenyum tipis dan mulai menjalankan mobilnya.
"Sejak kapan kalian pacaran?"
"Dekatnya udah sebulan yang lalu, tapi jadiannya baru semalam," jelas Gia.
Oceana manggut-manggut. "Selamat ya, gue ikut senang akhirnya kalian gak jomblo lagi."
"Kita makan dulu, ya. Aku lapar nih baru pulang ngampus."
Oceana meringis. "Alamat jadi obat nyamuk ini."
Gia menampilkan wajah sok sedih. "Kasian yang LDR."
"Sialan, lo."
♥ ♥ ♥
Ketiganya mampir di warung bebek bakar. Kenyangnya orang Indonesia yaitu ketika makan nasi.
Sembari menunggu pesanan mereka, Oceana bertanya tentang hubungan Gia dan Aldric karena jujur ia kepo. "Gue kepo kenapa kalian bisa dekat?"
Gia tersenyum. "Jadi itu beberapa bulan yang lalu Kak Aldric pernah nyatain perasaannya ke lo, tapi lo tolak terus dia galau gitu. Sering nongkrong di kafe sendirian berasa orang gak punya semangat hidup."
Aldric melanjutkan ucapan Gia. "Terus tiba-tiba Gia juga ada di kafe itu dan dia samperin gue dan dia jadi teman curhat gue, mulai dari situ gue nyaman sama dia. Dan lambat laun Gia juga yang bisa buat gue move on dari lo."
"Tahu gitu kenapa gak dari dulu aja kalian dekatnya. By the way pajak jadian ya."
Gia menggeleng. "Enak aja, waktu lo jadian sama Samudera aja gue gak dikasih PJ."
Aldric mengacak gemas rambut Gia. "Gak apa-apa, biar aku yang bayar, sayang."
Oceana memasang wajah meringis. "Dengar orang ngomong sayang jadi keselek biji salak gue."
"Nah, sayang. Jangan bikin jomblo iri," Gia ikut memanas-manasi hati Oceana.
"Gue gak Jomblo."
"LDR itu sama aja kayak jomblo tahu, malahan lebih parah dari jomblo."
Aldric ikut menambahi. "Itu pacaran sama HP atau sama manusia?"
"Sam, cepat balik. Gue dibully sama pasangan laknat." Oceana berucap seperti itu seakan ada Samudera di dekatnya dan hal tersebut semakin membuat Gia dan Aldric tertawa.
Tak lama kemudian bebek bakar dan es jeruk pesanan mereka datang.
♥ ♥ ♥
Di lain tempat dengan perbedaan waktu yang cukup lama antara Indonesa dan New Zealand, Samudera baru saja selesai melakukan kegiatannya, ia melihat ponselnya dan ada pesan dari Cindy.
Ternyata Cindy adalah teman dari Nathalin. Nathalin atau yang biasa disapa Alin itu anak dari adik Ayahnya Samudera yang Rania bilang instruktur pilot di sini. Alin lah yang memaksa Samudera untuk menyimpan nomor Cindy.
Cindy : Samudera, kalau lo ada waktu kita jalan, kuy. Gue ajak keliling New Zealand bareng Alin
Samudera menghela napas kemudian membalasnya.
Samudera : sbk!
Kemudian ia mengirim pesan ke Oceana.
Samudera : lagi apa? Aku baru selesai kegiatan
Mine : baru pulang sekolah, tapi tadi pulangnya bareng Gia sama Aldric. Terus aku dibully sama mereka
Samudera : kok bisa?
Mine : mereka itu pacaran dan mereka bilang aku pacaran sama HP, kan kesel, mentang-mentang gak jomblo malah bully yang LDR
Samudera : mereka pacaran? Syukur deh, berarti aku gak perlu khawatir Aldric rebut kamu
Mine : iya, awas matanya jelalatan ya, harus ingat ada cewek yang selalu menunggu kedatanganmu. LDR itu berat
Samudera : iya, rindunya seluas samudera
Mine : alay. Video call, aku kangen wajah kamu
Samudera : ok
Samudera langsung menekan video call dan setelahnya muncul wajah Oceana yang sedang tiduran di kasur.
"Ahhhhhh, aku rindu." Teriak Oceana di seberang sana, sembari memasang senyum lebar.
Samudera ikut tersenyum. "Kangen kamu."
"Iya aku emang ngangenin."
Samudera meneliti wajah Oceana. "Pipi kamu kok makin tirus, terus mata kamu kok panda. Kamu kenapa, sayang?"
"Kurang tidur hehe. Soalnya kangen kamu bikin nafsu makan tak enak, tidur tak nyenyak, mandipun tak basah."
Samudera tertawa lepas mendengar ucapan konyol kekasihnya itu. "Kamu mandi pakai pasir?"
"Pakai cinta kamu," ujar Oceana menampilkan senyuman lebarnya.
"Sejak kapan bisa gombal?"
"Sejak aku tahu kalau rindu itu berat, sejak aku tahu kalau kamu gak ada di sisiku rasanya sakit dan sejak aku tahu LDR lebih menyakitkan dari status jomblo."
"Na, Tuhan sedang menguji seberapa hati kita kuat bertahan, aku berharap kamu jangan pernah bosan nunggu aku buat datang ke Ayah kamu."
Mendengar ucapan Samudera yang seperti itu saja sudah membuat Oceana meleleh. "Kamu juga ya, cepat pulang. Aku selalu sabar nunggu kamu."
Samudera mengangguk. "Kamu jaga kesehatan, jangan sakit, jangan lupa istirahat, harus ingat makan dan jangan terlalu mikirin aku nanti kamu sakit."
Belum sempat Oceana mambalas ucapan Samudera, tiba-tiba sambungannya terputus dan Samudera mencoba chat tapi centang.
Sedangkan di sisi lain Oceana sedang kesal karena wi-fi rumahnya mati dan jaringan internet operatornya juga sedang gangguan. Ia keluar dari kamarnya dan menemui Rio dan Vina di ruang TV.
"Bun, Yah. Wi-finya kok mati?"
"Ayah lupa bayar wi-fi," ujar Rio.
"Payah, LDR banyak amat cobaannya. Udah nunggu kabar lama, sekalinya bisa jaringan yang bermasalah," gerutu Oceana sembari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
♥ ♥ ♥