His Promises

נכתב על ידי preciouspearls

402K 41.5K 2.1K

"Pernah gak sih kamu berfikir atau ngerasa kayak gitu? Ngebayangin kalau dunia kamu aneh dan kosong kalau gak... עוד

Acknowledge
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 9 - Bali Part 2
Intermezzo
BAB 10 - Bali part 3
Bab 11 - Bali part 4
Bab 12 - Bali Part 5
BAB 13 - Bali Part 6
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30 - END
Additional Part
Additional Part 2

BAB 8 - Bali part 1

13.6K 1.4K 50
נכתב על ידי preciouspearls

          

Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali memang tidak pernah sepi, persis dengan bandara soekarno-hatta. Semakin malam bandara ini malah semakin ramai. Shafira memang harus mengambil flight malam karena dia harus kerja seperti biasa. Kantornya memang luar biasa. Namun selama dia di akomodasikan dengan maskapai si burung biru, Shafira gak masalah harus bekerja dulu dan berangkat ke Bali malam harinya.

                Ini kali pertama Shafira ke Bali dengan pesawat. Terakhir dia ke Bali adalah saat SMA dengan mengendarai bus.

                Mungkin Shafira manusia teraneh di Indonesia, sebab dia tidak excited saat menginjakkan kakinya di Bali. Tidak seperti orang-orang kebanyakan, Shafira tidak merindukan Bali, dia tidak berkeinginan kembali ke Bali. Mungkin karena dia memang kurang menyukai pantai. Suasana Bali juga terlalu magis bagi Shafira, membuat dia kadang kadang takut.

                Ponsel Shafira berdering saat kakinya keluar dari Bandara untuk menunggu jemputan dari hotel tempatnya menginap. "Hallo," sapa Shafira.

                "Kamu sudah di hotel?" suara Valdo menggema ditelinganya. Pria itu tidak henti-hentinya mengirim pesan bahkan saat Shafira sedang di pesawat. Sepertinya Valdo terlalu cemas saat tahu Shafira akan mengambil penerbangan malam. Dia bahkan sampai ingin berbicara langsung dengan atasan Shafira agar gadis itu diperbolehkan pergi siang hari yang tentu saja langsung di cegah oleh Shafira.

                "Belum. Lagi nunggu yang pick up aku dari hotel."

                "Udah dari tadi? Coba aku yang jemput, kamu gak perlu nunggu lama," gerutu Valdo.

                Shafira mendengus. "Kan kita janjian ketemu lusa. Aku mau fokus dulu sama kerjaan aku. Baru lusa kita main," jelas Shafira.

                Revaldo tertawa diujung telepon. "Aku emang bikin kamu gak fokus ya?"

                Shafira mendadak salah tingkah. "Iya, muka kamu bawaannya kayak ngajak jalan-jalan terus," celetuk Shafira. Gak mungkin kan dia bilang bahwa kalau ada Valdo memang bawaannya bikin Shafira malas kerja dan jalan sama dia? Gengsi dong!

                "Eh mobilnya udah datang, tuh. Nanti aku telepon lagi, ya," seru Shafira saat melihat sebuah SUV dengan logo dan nama hotel tempatnya menginap berhenti didepannya.

                "Kapan?"

                "Setelah conference," sahut Shafira sambil tertawa.

                "Kalau gitu jangan kaget kalau besok aku samperin kamu ke hotel,"

                "Semoga aja kita ketemu. Byee!!," sebelum Valdo menyahuti ucapannya, buru-buru Shafira menyudahi telepon mereka sambil tertawa.

                Hanya diperlukan waktu setengah jam untuk sampai di hotel dan Shafira dapat menghela nafas lega begitu dia sampai di hotel dan proses check in tidak membutuhkan waktu lama. Dia capek dan butuh istirahat karena jam memang sudah menunjukan pukul setengah 11 malam.

                Shafira tidak bisa menahan senyum lebarnya saat kakinya menginjak lantai kamar tidur yang akan ditempatinya selama dua malam. Walaupun Shafira akan extend 2 malam ini, dia gak akan menambah malam di hotel ini. Selain harganya selangit, Shafira juga sudah menerima peringatan dari Valdo untuk tidak booking kamar hotel dimanapun selain yang di siapkan oleh kantornya.

                Kamar yang ditempati oleh Shafira sangat mewah dan luas. Beruntungnya Shafira mendapatkan tempat tidur queen bed. Dia mungkin akan langsung memohon pada resepsionis untuk mengganti kamarnya apabila dia mendapat tempat tidur twin bed. Ada balkon yang menghadap langsung ke kolam renang, kemudian ada bathup dikamar mandinya yang membuat Shafira agak bergidik ngeri. She is not into bathup.

                Secara keseluruhan kamarnya memang sangat bagus. Gak heran harganya selangit.

                Beruntungnya, conference yang akan dihadiri oleh Shafira diakan di hotel ini, jadi dia tidak perlu repot repot untuk mengorder taksi atau bersiap beberapa jam sebelum acara.

                Shafira segera merapihkan barang bawaannya kemudian mencuci muka dan berganti baju –dia terlalu malas untuk mandi- dan segera berlari ke tempat tidur karena matanya sangat mengantuk. Dia bahkan tidak mengecek kembali ponselnya, dimana ada belasan pesan singkat dari Valdo. Dia terlalu lelah untuk membaca dan membalas pesan Valdo, apalagi dia harus bangun pagi karena conference dimulai pukul 10 pagi. 

                Pemikiran itu membuat Shafira segera menarik selimut dan menutup matanya.

~||~

                "Hari ini conference sampai jam berapa? Kita gak bisa ketemu hari ini?" suara Valdo sudah menggema di seluruh kamar hotel.

                Pria itu tidak berada di kamar Shafira, gadis itu hanya meloud speaker ponselnya agar suara Valdo mudah terdengar sementara dia berjalan keliling kamar untuk bersiap ke conference pagi ini. Shafira bahkan belum sarapan. Dia telat bangun. Terima kasih kepada Valdo karena berinisiatif untuk menelepon resepsionis untuk membangunkan Shafira.

                Gadis itu bahkan heran karena tidak mendengar suara alarm sama sekali dari ponselnya. Saat bangun, baru dia sadar bahwa ponselnya mati karena habis baterai dan dia lupa mengisi baterai ponselnya.

                "Sampai sore, sih. Jam lima-an terus ada gala dinner. Makanya besok aku baru bisa ketemu kamu," jelas Shafira seraya duduk di depan meja rias dan mulai bereksperimen dengan alat-alat make up yang dibawanya.

                Menjadi seorang humas membuat Shafira harus selalu tampil maksimal. Make up adalah hal yang wajib untuk Shafira walaupun sejujurnya dia tidak terlalu suka bermake up. Pakaiannya pun harus rapih dan modis karena dia merupakan wajah dari perusahaannya.

                Agar tidak memenuhi kopernya, Shafira memilih dress untuk acara ini. Pilihannya jatuh pada Dress midi lengan pendek berwarna krem tanpa motif. Dia pun membawa heels yang tidak terlalu tinggi karena dia tahu acara ini memakan waktu seharian dan heels tinggi dengan hak yang kecil adalah pilihan buruk.

                "Kalau gitu bisa lunch bareng, dong?"

                "Aku sih dapet lunch di hotel. Buffet gitu, sayang kalau gak diambil."

                Terdengar helaan nafas Valdo. "Ya udah, aku lunch di hotel kamu aja, ya?"

                "Iya, silahkan. Jangan marah kalau kamu gak boleh masuk karena full booked," sahut Shafira. Dia bukan mengada-ada. Dengan adanya acara conference perhumas ini, tidak menutup kemungkinan restoran hotel akan ditutup. Apalagi Shafira baru tahu bahwa hampir seluruh tamu yang datang menginap dihotel ini.

                "Coba aja kalau mereka berani usir aku," gerutu Valdo.

                Shafira tertawa. "Sombong banget. Emang kamu siapa? Anak presiden?"

                "Undangan untuk kantor kan 2 orang, tapi kamu datang sendiri, bisa aja aku jadi bagian dari kantor," jelas Revaldo.

                Shafira mendengus. Lupa bahwa Revaldo ini adalah anak dari bos nya. "Iya diatur aja deh, pak. Gak sekalian nih ikut conferencenya?"

                "No. Masih banyak hal yang harus aku kerjain daripada duduk dengerin orang ngomong and do nothing."

                "Enak aja do nothing! Aku do something,lah," ujar Shafira tidak terima.

                "Oh ya? Contohnya?"

                "take notes and texting you,"

                Revaldo tertawa kencang membuat Shafira ikut tertawa. "Yang terakhir memang harus, sih."

                Shafira tersenyum puas setelah melihat hasil make up karyanya sendiri. Untuk seorang yang tidak terlalu suka ber rias, dandanan Shafira cukup oke untuk pergi ke acara formal.  "Okay, I'll see you at lunch," seru Shafira.

                Wajah Shafira terlihat memerah dari pantulan cermin akibat perkataan Valdo. Sejak SMA Shafira sudah sering mendengar gombal murahan seperti itu tapi mendengarnya langsung dari Valdo membuat Shafira senang dan berharap bahwa dia cukup cantik untuk bertemu dengan Valdo siang ini.

~||~

                Sejauh ini conference berjalan dengan lancar. Bahkan acara tanya jawab pun berlangsung lama karena tamu-tamu sangat aktif untuk bertanya. Begitu jam makan siang, Shafira sudah memiliki beberapa kenalan baru yang mengajaknya untuk berbagi meja. Sayangnya, seorang pria yang duduk disofa dekat kolam renang membuatnya menolak ajakan teman-teman barunya itu.

                "Hai!" Revaldo berdiri dari duduknya dan menyambut Shafira yang datang menghampirinya.

                Hari ini Revaldo menggunakan kemeja biru laut lengan pendek dengan celana pendek berwarna hijau army dan sepatu kets berwarna biru tua menghiasi kakinya. So casual, yet so dashing. Shafira yakin banyak perempuan di restoran ini yang tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Revaldo.

                Bukan hanya Shafira saja yang menilai penampilan Revaldo karena pria itu pun memperhaitkan penampilan Shafira hari ini. Revaldo tidak bohong. Dia akui Shafira memang cantik. Dia sangat anggun walaupun gadis itu tidak terlalu tinggi. Rambutnya yang pendek sebahu terlihat lurus dan tertata rapih. Ayahnya memang tidak salah saat memilih Shafira sebagai staff humas perusahaannya.

                "Udah nunggu lama?" tanya Shafira. Tubuh gadis itu sempat menegang saat Revaldo memeluknya. Shafira yakin semua orang yang ada di restoran ini memperhatikan mereka.

                Bagaimana tidak? Revaldo orang terkenal. Apalagi dikalangan humas seperti Shafira. Mereka bisa dipecat oleh perusahaan mereka kalau tidak mengenal Revaldo. Sebab sebagai seorang humas, mereka harus update dengan dunia luar, update dengan semua kejadian di dunia maya dan harus selalu tahu siapa orang-orang yang sedang berpengaruh untuk masyarakat khususnya di Indonesia.

                "Baru kok. Aku dikasih run down acara sama sekretaris ayah jadi tahu harus kesini jam berapa," Revaldo tersenyum dan menarik Shafira untuk duduk disampingnya.

                Shafira hanya menganggukan kepalanya. "Udah pesan? Kalau aku dapatnya buffet jadi harus ambil sendiri."

                "Aku udah pesan. Kamu mau pesan apa lihat buffetnya dulu?"

                "Buffet aja. ada yang gratis kenapa harus bayar?" tanya Shafira retoris membuat Revaldo tertawa.

                Shafira segera beranjak dari duduknya menuju meja buffet. Pilihannya jatuh pada ayam panggang dan mashed potato. Ia juga mengambil sepotong pepperoni pizza. Untuk minumnya ia memilih jus jeruk. Cocok dengan udara yang cukup panas.

                "No veggies?"

                "Not today," Shafira menggelengkan kepalanya. Terlalu banyak sayuran mentah hingga Shafira ilfeel.

                Sambil menikmati makan siang, Revaldo dan Shafira berbagi cerita selama satu minggu mereka tidak bertemu. Karena makan siang hanya diberi waktu satu setengah jam, Shafira jadi tidak bisa berlama-lama dengan Valdo karena harus masuk lagi ke dalam ballroom untuk mengikuti sesi acara selanjutnya.

                "Besok kita jalan-jalan keliling Bali ya," seru Valdo setelah mereka selesai makan. Shafira bahkan sempat menikmati dessertnya.

                "Emang mau kemana aja?"

                "Disini yang lagi hipe apa?" tanya Shafira balik. Dia bahkan gak menggoogle lokasi-lokasi yang lagi hits di Bali.

                "Pantai—"

                "Nggak. Gak ke pantai," Shafira buru-buru menggelengkan kepalanya.

                Revaldo mengerutkan keningnya. "Ya kalau gitu paling ke pura besakih, monkey forest,kintamani, uluwatu,"

                "Aku denger taman safari disini bagus," celetuk Shafira.

                Revaldo semakin mengerutkan keningnya. "Serius kamu mau ke taman safari bali?"

                "Terus katanya restoran mereka juga bisa makan 'bareng' singa ya?"

                Revaldo tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Semua orang di dunia ini kalau ke bali pasti ingin ke pantainya, Shafira malah memilih taman safari yang jelas-jelas ada di Jakarta. "Taman Safari it is," akhirnya Revaldo mengalah.

                Shafira memang tiada duanya. Dia jadi tidak sabar untuk besok. Ingin tahu kejutan apalagi yang akan diberikan Shafira padanya.

~||~

Pic of Revaldo below 👇🏻😋

Valdo loves veggies 👀

Kalau ada yang tanya kenapa gak pakai artis indonesia aja, well i'm not a big fan of indonesian actor. Even baca cerita lalu ada foto artis indo yg jadi pemerannya pun langsung bikin aku unmood baca.
Sorry guys. Kalau ada yang kurang setuju dengan pilihan aku, kalian bebas untuk mengimajinasikan siapapun untuk jadi Valdo, but please don't bother to tell me 😉

המשך קריאה

You'll Also Like

11.7K 922 112
Bermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi menerus...
194K 14.8K 50
[Under seventeen, please don't read this} Alex doesn't trust the word love, and Rania fears love. Both of them met in Marapi Mountain in Sumatra. The...
4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
713K 73.6K 40
"Cerita yang tidak terkesan muluk-muluk. Isinya seperti kebanyakan yang terjadi di kehidupan nyata. Cerita ini gak bikin pembaca terlalu berekspektas...