Save Me Mr. Cool (Complete)

Por queenbe_exsly

891K 63.4K 2.8K

Dia GAY??? Raiden Agera Calisto, pria GAY atau penyuka sesama jenis itu adalah suamiku. Pria tampan kaya yang... Más

Prolog.
1. Awal dari segalanya.
2. Dan masalah datang.
3. What the hell!
4. Awal yang rumit.
5. Touch.
6. Secret.
7. Meet you.
8. Violette Party.
9. Mr. diktator.
10. Ketahuan.
11. Wedding.
12. Problem.
13. AXG Corp.
14. Paris.
15. Gilhive.
16. first day in Paris.
17. Ternyata dia?
18. First night in Paris.
19. Satu kamar.
20. Aku datang.
21. Tanpa diduga.
22. Keluarga Calisto.
24. Aku tak tersesat.
25. Rex apartemen.
26. Monster!
SAVE ME MR COOL
DATA DIRI dan Contoh Buku.
RESI.
The Fucking Husband.
Miliki aku.

23. Raiden secret.

11.1K 1.3K 61
Por queenbe_exsly

Hari ini Xeena menikmati coklat hangat dan menatap kolam yang berada tepat di bawah balkon kamarnya. Air yang terlihat tenang itu membuat Xeena terpaku. Bayangan masa lalu saat kebahagian keluarganya itu kembali terbayang. Xeena tersenyum miris mengingat itu semua.

"Lalu kenapa jika perusahaan itu hancur? Bukankah itu bisa memberi Daddy pelajaran?"

Xeena kembali diam saat kata-kata itu begitu mudah meluncur dari bibirnya. Bayangan sosok ibunya yang tersenyum membuat Xeena mengehela napas.

"Tidak. Perusahaan itu di bangun bersama oleh Daddy dan Mommy. Ya,  dan aku harus pulang ke London."

Xeena membalikkan badannya dan terpaku saat melihat Tania sudah berdiri di hadapannya. Keluarga Raiden benar-benar aneh di mata Xeena. Tak ada makan malam menyambut kedatangan Raiden ataupun kumpul keluarga. Rumah besar keluarga Calisto sangat sepi hingga Xeena bisa berlari mengelilinginya. Tak ada yang memperhatikannya, kecuali seorang pria yang selalu baik dan melayani semua kebutuhan Xeena. Tanpa Xeena tahu bahwa pelayan itu adalah orang yang Ayahnya kirim untuknya. Bahkan Raiden pun menghilang. Xeena sama sekali tak melihat Raiden sejak semalam.

"Kau terlihat sangat nyaman di rumahku."

Xeena tersenyum. Menikmati coklat panas di tangannya dan duduk di atas pagar balkon. "Lalu apa yang kau harapkan, Ibu Mertua?"

"Sangat menjijikkan! Mendengarmu memanggilku dengan sebutan yang jauh dari harapanku!"

"Apa yang salah? Bukankah aku harus memanggilmu Ibu Mertua? Aku istri Anakmu!"

"Dalam mimpimu! Karena aku tak pernah menganggapmu menantuku!"

"Jangan terlalu keras! Agera tak akan menyukainya jika dia tahu aku menderita," ucap Xeena lirih.

Tania tertawa. "Akan kubuat mudah. Berapa banyak yang kau butuhkan? Dan pergilah dari kehidupan anakku!"

"Lagi?" tanya Xeena dengan senyum tipis. "Kau pasti sudah sering melakukan ini bukan? Membayar semua wanita yang berada di sekitar Agera."

"Kau gadis yang pintar. Jadi turuti saja perintahku atau aku akan memakai jalan lain,"

"Kini aku tahu dari siapa sikap diktatornya. Dia mirip denganmu. Suka memerintah dan mengancam jika keinginannya tak terpenuhi. Kalian benar-benar sangat mirip. Juga membuatku muak!" Xeena mendesah kasar. "Ahk, kali ini aku tak bisa menahannya lagi."

Tania melangkah mendekati Xeena. "Katakan saja apa yang kau inginkan? Aku akan memenuhi semuanya."

Xeena tersenyum tipis. Menatap mata Tania dengan pandangan mengejek. "Agera! Aku inginkan Agera! Jadi kau akan memberikannya bukan?"

"Lancang!"

Tania langsung menarik rambut Xeena hingga gelas di tangan Xeena jatuh. Xeena menjerit kaget saat tangan Tania yang lainnya telah mendorong tubuhnya. Pendeknya pagar balkon membuat Xeena  tak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya. Teriakan Xeena menyambut saat tubuhnya jatuh dari lantai dua dan tercebur dalam kolam renang yang berada tepat di bawah balkon kamarnya.

Suara keras air kolam yang menerima tubuh Xeena membuat beberapa pelayan menjerit kaget. Tubuh Xeena terus turun tanpa bisa naik keatas karena Xeena tak bisa berenang. Tangan Xeena mencoba mencari pegangan dan berusaha minta tolong. Bayangan ketakutan masa kecil Xeena yang pernah tenggelam bersama ibunya kini terbayang jelas. Tubuh Xeena mengigil takut dengan tangan yang masih mencoba meminta pertolongan.

Tania tersenyum puas melihat Xeena yang tak bisa berenang. Menatap tubuh Xeena yang mulai kelelahan tanpa ada orang yang berani menolong. Semua terlihat begitu menyenangkan saat sebelum Raiden yang tiba-tiba datang dan langsung berteriak lalu menjatuhkan tubuhnya di kolam renang.

"Xeena...!"

Byurrr! Raiden masuk ke kolam renang dan menarik tubuh Xeena. Membawa Xeena ke daratan dan merebahkan tubuh Xeena. Ada rasa takut di mata Raiden saat melihat mata Xeena yang terpejam. Tubuh dingin Xeena membuat Raiden langsung memeluk tubuh Xeena.

"Xeena, jangan bercanda. Buka matamu, buka matamu." Raiden mulai gelisah saat Xeena tetap sama. "Pelayan...! Apa yang kalian lakukan!"

Amarah Raiden membuat beberapa pelayan takut dan menghampiri Raiden. Tania yang melihat itu hanya berdecih benci dan berlalu. Sedangkan Raiden, menatap wajah Xeena yang masih terpejam.

"Sial! Apa aku harus melakukannya?"

"Tuan, berikan napas buatan agar Nona Xeena tersadar."

Raiden diam. Menatap pelayan pria yang tak jauh darinya. "Kau saja yang melakukannya!"  Raiden meletakkan tubuh Xeena hingga membuat pelayan itu membelalakkan matanya. Tak menyangka bahwa Raiden tak ingin memberikan napas buatan pada istrinya.

Pelayan itu dengan dengan cepat maju. Mendekati tubuh Xeena dan berniat memberi napas buatan.

"Ahk, sial!" Raiden mengumpat kesal membayangkan pria itu memberikan napas buatan. Dengan cepat Raiden merengkuh tubuh Xeena kembali. Membuat pelayan itu tersenyum saat bibir Raiden menyentuh bibir Xeena.

Tak lama Xeena terbatuk pelan. Raiden tersenyum dan langsung membawa Xeena ke dalam gendongannya. Berjalan cepat menuju kamarnya dan kembali berteriak agar para pelayan menyiapkan baju hangat untuk Xeena.

"Bodoh! Kenapa kau masuk ke dalam kolam renang jika tak bisa berenang! Kau benar-benar merepotkan," gumam Raiden saat merebahkan tubuh Xeena.

Raiden keluar saat para pelayan wanita mengganti baju Xeena. Wajah Raiden terlihat khawatir karena Raiden masih bersandar di dinding pintu kamarnya.

"Nona Xeena, dia jatuh dari balkon kamar, Tuan."

Deg! Raiden menoleh dan menatap pelayan pria yang membawakan minuman hangat untuk Xeena.

"Apa?"

"Benar, saya melihatnya sendiri. Nyonya be-"

Raiden langsung masuk ke dalam kamar saat tahu pintu kamarnya terbuka dan para pelayan keluar. Raiden menatap wajah Xeena yang terlihat pucat dan bersandar di dinding tempat tidur.

"Kau baik-baik saja?" sapa Raiden pelan.

Xeena menatap wajah Raiden lalu turun pada pakaian basah yang masih Raiden kenakan. "Agera, aku ingin pulang. Aku ingin pulang ke London!"

Raiden mendesah kasar. "Lagi! Tidak, Xeena. Kita tak akan pulang sebelum aku menginginkan pulang!"

"Ti-"

Ucapan Xeena menggantung saat Raiden berlalu tanpa ingin mendengarkan ucapannya. Xeena mendesah dan tersenyum saat seorang pelayan membawakan secangkir minuman hangat untuknya.

Raiden menukar pakaiannya dan duduk termenung di sebuah ruangan. Kata-kata pelayan yang mengatakan bahwa Xeena terjatuh kembali terngiang. Raiden membuka salah satu laci meja dan mengambil sebuah foto. Foto yang sama yang pernah ia buang di tong sampah saat Xeena menyentuhnya.

"Lagi. Kau melakukan sesuatu yang tak kusuka!"

Raiden bangkit dan menggeletakkan foto tersebut begitu saja. Mendatangi kamar Tania dan masuk tanpa mengetuk pintu. Membuat Tania menoleh dan tersenyum.

"Raiden, Anakku."

"Diam! Kau benar-benar membuatku marah!"

Tania diam dan menatap Raiden.

"Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini? Seperti tak mengenal dan membenciku. Aku Mommymu, Raiden."

"Benar. Kau adalah Mommyku," ucap Raiden lirih. "... yang pernah kubuang bertahun-tahun yang lalu."

"Raiden,"

"Aku sangat membencimu. Bagaimana mungkin kau menyebut dirimu seorang Ibu? Kau meninggalkanku seorang diri demi pria lain yang kaya. Aku hidup sendirian. Aku menangisi kepergianmu dan duduk di pinggir toko layaknya pengemis dengan harapan kau akan kembali. Memelukku dan membawaku pergi bersamamu. Aku bahkan tak pernah meninggalkan toko itu sedetikpun meski aku sangat lapar karena aku takut tak bisa bertemu denganmu jika kau datang."

"Raiden, Mom-"

"Aku masih sangat kecil untuk mengerti bahwa kau tak menginginkan aku sebagai Anakmu. Lalu tiba-tiba seorang pria kaya memungutku dan mengaku bahwa dia Daddyku. Aku mulai melupakanmu saat itu. Lalu tujuh tahun kemudian kau datang kembali dan menangis di kaki Daddy untuk kembali padanya. Dengan air mata dan wajah lusuh kau berlutut di hadapanku. Mengatakan berulang kali bahwa kau adalah Mommyku."

Raiden menghela napas dalam. Ingatan masa kecilnya terasa sangat menyakitkan. Sedangkan Tania menangis pelan dengan kata maaf yang terus terucap.

"Benar, Daddy menerimamu. Dan kau tersenyum dengan kemewahan yang Daddy suguhkan. Tapi aku tak bisa melupakan rasa sakitku. Ibu kandungku membuangku. Mommy telah mencampakkanku. Berkali-kali aku bertanya pada diriku sendiri. Kenapa kau membuangku? Apa aku kotor? Apa aku anak yang nakal? Apa kau tahu berapa banyak aku menangis? Setelah itu aku hidup dengan bersih dan berusaha jadi anak yang baik dengan harapan agar kau kembali. Agar Mommy mau membawaku. Namun nyatanya hingga Daddy menemukanku, kau tak juga kembali padaku."

"Raiden, kehidupan kita dulu sangat sulit. Aku bahkan tak tahu apakah esok kita-"

"Diam! Katakan saja bahwa kau perempuan gila uang! Mommy gila kemewahan! Tak cukup hanya itu, saat aku mulai tumbuh dewasa dan mencintai seorang gadis baik kau membunuhnya! Mommy merenggutnya dariku karena Mommy tak menyukainya."

Deg! Tania membeku. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Raiden tahu semua perbuatannya. Selama ini ia berpikir bahwa kebencian Raiden karena ia meninggalkan Raiden sendiri saat masih kecil.

"Raiden, ba-bagaimana ka-"

"Kau kaget? Aku tahu semuanya. Kau menyuruh orang untuk menabraknya hingga nyawanya tak dapat diselamatkan. Mommy membunuhnya! Membunuh orang yang kucintai."

"Raiden, dengar-"

"Tidak! Kau yang harus mendengarkanku! Kali ini kau hampir melakukan itu semua pada Istriku! Aku peringatkan ini untuk yang terakhir kalinya. Jangan ikut campur urusanku! Jangan mendekatiku atau menyebut namaku! Aku membencimu! Dan aku telah membuangmu! Aku membuangmu!"

Raiden membanting pintu kamar dan melangkah keluar dengan menghapus air mata di sudut matanya. Ia menatap lurus pada pintu utama rumahnya dan kembali membelalakkan matanya saat melihat Xeena tengah berjalan dengan menarik sebuah koper. Raiden berlari dan menahan tangan Xeena.

"Apa yang kau lakukan!"

"Pulang," jawab Xeena dingin.

"Aku tak mengijinkanmu untuk melangkah dari rumah ini."

"Agera, aku lelah. Tak ada yang menginginkan aku dirumah ini. Aku ingin pulang."

"Tidak. Kau tak bisa melakukan itu padaku, Xeena!" teriak Raiden mulai marah.

"Aku bisa!" balas  Xeena dengan ikut berteriak.

"Kau akan menyesal jika kau-"

"Apa? Kau sudah merenggutnya semua dariku! Dan aku menyesal menerima tawaranmu!"

Xeena melangkah dengan cepat dan tak mendengarkan teriakan Raiden. Ia sangat lelah untuk menghadapi semua sikap Raiden.

"Xeena...! Xeenaaa...!"










































================================









See you in next chapter.

Ellina Exsli.

Seguir leyendo

También te gustarán

3.5M 27.4K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
5.8K 389 35
Cinta tidak terbalaskan. Memendam perasaan yang kian menggebu dan menyesakkan. Cinta dalam diam adalah penyakit sesungguhnya baginya. Ini adalah kisa...
Queen of Artanta Por ...

Ficción histórica

86.1K 8.7K 14
Spin off; Ken & Cat Bagi sebuah kerajaan, pewaris tahta adalah segalanya. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan kekuasaan, Pangeran Albern y...
2.6M 38.8K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...