Sister Its Not Visible

Por aratiaralan

8.7K 688 96

BERBEDA ALAM (Season II) Via ber-Reinkarnasi. Tahukah Ralden mengenai Reinkarnasi? Pasalnya, Lorra Alisia, ga... Más

Sister Its Not Visible
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15 a
Part 15 b
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19

Part 1

864 46 2
Por aratiaralan

Terlahir sebagai anak Indigo bukanlah sebuah pilihan, tetapi merupakan takdir yang tidak bisa dihindari. Ketika dia menyadari kehadirannya bukan sebagai orang biasa, merasakan kemarahan yang besar terhadap perilaku manusia yang buruk dan jahat, melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, ingin merubah dunia menjadi lebih baik dengan kekuatan sendiri, saat itu dia tidak bisa lagi melepaskan diri dari tanggung jawab, karena dia sudah menyadari bahwa dia adalah seorang anak Indigo.

Hari-harinya dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran yang mendesak, susah tidur dengan tenang, dan penglihatan-penglihatan yang mengganggu pikiran dan perasaan, sepertinya hidupnya sudah ditakdirkan untuk menanggung semua itu. Dia mungkin bisa melupakannya untuk beberapa saat, tetapi pemikiran-pemikiran dan suara-suara akan terus mengisi hari dan malamnya.

Anak Indigo terlahir dengan jiwa yang tua, atau tingkat kedewasaan dini pada usia sangat muda atau anak-anak. Sebagian anak Indigo bahkan memperlihatkan pertumbuhan jiwa yang luar biasa sejak usia bayi, seperti kemampuan berpikir analitik dalam memahami fungsi benda-benda, menilai karakter orang dewasa, mengungkapkan maksud hatinya kepada orang di sekitarnya, dan lain sebagainya. Pengaruh perkembangan jiwa yang terlalu cepat itu juga tampak pada pertumbuhan fisik seperti gigi yang muncul lebih cepat, dan kemampuan motorik seperti berjalan dan berbicara yang lebih dulu dari bayi pada umumnya.

Karena kemampuan anak Indigo terletak pada kekuatan jiwanya, maka bentuk fisik secara spesifik banyak terdapat di bagian kepalanya. Ciri yang khas adalah bentuk kepala yang sedikit agak lebih besar dari bayi atau anak-anak pada umumnya, terutama pada bagian lingkar kepala, dan dahi serta kening yang lebih lebar.

Kuantitas otak anak Indigo biasanya lebih besar disebabkan penggunaannya relatif lebih sering sejak usia dini tadi. Mereka berpikir dan menganalisa setiap apa yang dilihat, didengar atau dirasakannya.

Pelebaran pada lingkar kepala menunjukkan penggunaan kemampuan telepati, pada kening adalah analitik, sedangkan dahi adalah visualisasi dan imajinasi citra-citra supranatural.

Bentuk daun telinga pun mempunyai bentuk yang sedikit lebih keluar dari kepala, memanjang pada bagian ujung atas, dan agak menekuk ke atas pada bagian cuping bawah. Lebih kuatnya "insting reptil" merupakan sebab kemunculan ciri binatang yang tergambar pada bentuk daun telinga ini.

Begitu juga dengan mata, terutama tatapan mata yang sangat tajam dan dalam, dengan bagian pupil atau orang-orangan mata yang lebih besar, sehingga tampak hanya tersisa sedikit ruang untuk warna putih mata. Pandangan mata anak Indigo bertolak belakang dengan pandangan mata anak autis. Kalau anak autis tidak bisa menatap mata orang lain, atau tidak bisa berkonsentrasi pada satu titik dalam waktu yang lama, sedangkan anak Indigo sebaliknya, mereka dengan berani menatap - sambil menganalisa karakter - orang dewasa di depan mereka, dan tingkat konsentrasinya terhadap sesuatu sangat tinggi untuk ukuran mereka. Sedangkan orang-orangan mata yang lebih besar menunjukkan kemampuan melihat makhluk gaib dan hal-hal yang tersembunyi lainnya dari dimensi-dimensi lain. Selain itu ada sebagian anak Indigo yang terlahir dengan mata agak sedikit jereng, baik ke tengah - ke arah hidung - atau ke luar.

Susunan gigi-geligi mereka biasanya terlihat rapi dan bagus, dan terasa sangat tajam apabila anda merasakan gigitannya. Pada usia bayi ketika mulai tumbuh satu dua gigi, mereka cenderung melakukan kegiatan gigit-menggigit yang lebih sering dan intensif.

Ada semacam tanda aneh yang mungkin ditemukan pada saat kelahirannya - dan mungkin terbawa sampai usia beberapa tahun. Tanda itu terdapat di dahi, di antara kedua mata, sedikit agak di atasnya. Tanda yang pada sebagian anak Indigo terlihat cukup jelas seperti bekas pukulan yang membekas dalam dengan warna agak gelap samar. Tanda ini seperti "mata ketiga" yang menampakkan dirinya secara fisik.

Terutama sejak usia bayi (balita) hingga usia anak-anak. Ciri-ciri tersebut di atas bisa saja akan bertahan hingga usia dewasa, namun biasanya akan mengalami penurunan atau peningkatan sesuai perubahan perilaku dan emosi jiwa. Namun secara umum, ukuran kepala yang lebih besar, bentuk daun telinga, dahi dan kening yang lebar, dan tatapan mata akan bertahan hingga usia dewasa.

***

''Apakah kau mau mengajariku?''tanyaku lagi, beberapa menit kemudian ia terdiam, wajahnya memancarkan kesedihan yang amat dalam, sepertinya ia sedang mengingat seseorang. Beberapa menit sudah ia terdiam tak menjawab pertanyaanku.

''Hei, mengapa melamun?''seruku, ia tersadar dari lamunnanya, raut wajah sedih terpancar dimatanya.

''Tidak ada apa-apa''jawabnya lesu.

''Hei kau belum menjawab pertanyaanku!'' keningnya mengkerut.

''Pertanyaan yang mana?''tanyanya.

''Apa kau mau mengajariku, melakukan hal ajaib sepertimu tadi?''tanyaku padanya.

''Jika kau mau melakukan hal sepertiku, kau harus menjadi hantu terlebih dahulu''jawabnya sambil terkekeh, aku mengerucutkan bibirku.

Ku palingkan wajahku kearah danau itu. Danau yang terlihat sedikit seram, airnya berwarna kehijauan, rumput-rumput liar bertumbuh dengan lebat disekitarnya, dan tempat yang saat ini aku duduki adalah kursi seperti ditaman-taman, namun kursi ini terlihat lebih lusuh dan berkarat, sepertinya sudah lama tak terpakai.

Dan disini lah aku bisa mendapat ketenanganku.

Aku menoleh kesamping, ku lihat laki-laki tadi sudah menghilang. Kemana ia sekarang? Bahkan aku belum sempat berkenalan dengannya, walaupun ia lebih dulu tau namaku. Aku menghela nafas panjang. Lalu beristighfar sambil menyebut namanya, nama dari pencipta alam semesta ini.

Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk pulang. Langit terlihat sangat mendung, sama seperti halnya hatiku saat ini. Namun aku masih bertanya-tanya maksud ucapan laki-laki tadi. Apa yang dia inginkan? Membimbingku? Menggunakan kelebihanku untuk menolong orang lain? hal yang sangat tak masuk akal, bagaimana bisa aku menolong orang lain kalau aku hanya bisa melihat makhluk astral dan berkomunikasi dengannya? Apa yang aku bisa lakukan dengan hal itu? Bodoh! Untuk apa aku memikirkan menolong orang lain. Menolong diriku dari para hinaan tetanggaku saja aku tak bisa. Dengan langkah gontai aku berjalan kaki menuju rumahku, danau itu memang terletak tak jauh dari rumahku.

Sesampainya dirumah, ibu menahanku. Lalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri malas untuk menjawabnya.

''Apa kau baik-baik saja? Pergi kemana kau tadi? Apa yang dikatakan mereka?'' tiga pertanyaan sekaligus diborong oleh ibuku, dengan malas aku menjawabnya.

''Aku baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan, tolong beri aku waktu beristirahat ibu''jawabku seraya memeluk ibu sebentar untuk mengurangi rasa khawatirnya padaku.

''Baiklah, berisirahat lah! Aku menyayangimu''kata ibu sambil mencimu keningku, aku berjalan ke arah tangga, kamarku berada di atas. Entah mengapa aku lebih suka menyendiri dikamar, merenungkan semua yang terjadi pada diriku.

Aku memutar knop pintu, Astaga! Laki-laki itu, berada tepat di depanku.

''Ya Allah! Kau hampir saja membuat jantungku copot!''kataku dengan terengah-engah, ia malah tertawa kecil melihatku, aku semakin dibuat kesal dengannya.

''Panggil saja aku Ralden, Arneta''katanya dengan kekehannya yang membuatku kesal setengah mati, bagaimana tidak! Aku hampir saja teriak karena ketakutan melihat tubuh seseorang yang menjulang tinggi dengan pakaian serba putih. Aku memang sudah biasa dengan hantu, namun tidak dengan hantu yang satu ini!

''Kau harus membiasakan diri dengan adanya kehadiranku! Karena kita akan terus bersama sampai kau benar-benar bisa memanfaatkan kelebihanmu untuk sekedar menolong orang lain''Aku tercengang mendengar ucapannya, apa yang dikatakannya tadi? TERUS BERSAMA? Apa maksudnya?

''Maksudmu dengan 'Terus Bersama' ?''tanyaku.

''Yah, aku akan selalu disini bersamamu, dan bersedia selalu menolongmu saat kau butuh bantuan!''jawabnya. aku semakin tak mengerti! Terserah yang dikatakannya saja lah, kepalaku sudah berdenyut. Mungkin aku harus beristirahat beberapa jam untuk menghilangkan pusing dikepalaku.

Dan semenjak saat itu, aku seperti bersahabat dengannya, ia baik! Ia memang baik, aku saja sampai terpesona dengan kebaikan hatinya dan ketampanannya.

Flashback Off

''Hei kok bengong sih, tadi gimana sekolah barunya? maaf aku ga bisa antar aku ada kerjaan!''katanya, lamunanku buyar dan menoleh kearah laki-laki tampan itu.

''Iya ga apa-apa, ya seperti itu lah! Baru pertama kali ku masuk kelas itu, tatapan mereka seperti ga suka denganku''aku menghela nafas mengingat kejadian tadi disekolah.

''Bukankah kau sudah biasa dengan tatapan seperti itu?!''tanyanya.

''Iya aku memang sudah biasa, oh iya! Tapi diantara mereka semua, ada seorang gadis cantik yang aku perkirakan ia juga seorang Indigo''jawabku dengan berbinar-binar.

''Benarkah?!''tanyanya kembali, aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum manis kearahnya, ia membalas senyumanku.

''Emmm, dari mana kau tahu bahwa gadis itu adalah Indigo?''tanyanya, aku mengkerutkan keningku mencari jawaban, ah aku ingat! Disebelahnya ada seorang gadis cantik juga yang kuperkirakan ia lebih tua dariku.

''Emmm, aku hanya ingat kalau disebelah gadis itu, ada seorang gadis cantik yang aku perkirakan lebih tua dariku dan merupakan teman dari si gadis itu''jawabku.

''Baguslah, kau sudah bisa mendeteksi orang-orang yang mempunyai kelebihan yang sama sepertimu!''katanya, aku tersenyum kembali, lalu ia tiba-tiba menghilang.

***

Lorra POV

Aku menghela nafas sambil terengah-engah memandang kakak yang sedang menjulurkan lidahnya. Yah saat ini kami sedang bermain kejar-kejaran! Bodoh sekali aku bermain dengan hantu, tentu saja ia tidak bisa disentuh! Masa bodoh lah, yang aku rasakan saat ini adalah senang, senang dan senang.

''Sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa menggapaimu kak''kataku sambil mengerucutkan bibirku, ia tertawa kecil. Yah saat ini aku sedang beristirahat dan duduk dikursi ruang tamu, ibu melihatku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, aku hanya cengengesan melihatnya. Ia memang sudah terbiasa melihatku bermain dengan makhluk astral.

''Beristirahat lah Lorra! hahaha''katanya sambil masih tertawa, aku tak menggubris ucapannya. Aku segera meneguk cairan isotonik yang berada digenggamanku, dengan cepat aku meneguk habis minuman itu.

''Lebih baik kau mandi!''suruhnya kepadaku, aku menganggukan kepalaku dan berjalan menuju kamarku yang terletak diatas lalu segera membersihkan diri.

Malam pun tiba, pukul 08.00 WIB. Merupakan waktuku untuk belajar dengan dibantu oleh kakak.

''Sepertinya ada yang ingin datang kerumahmu!''kata kakak, aku mengkerutkan keningku.

''Siapa?''tanyaku.

''Entahlah, sepertinya ia ingin bertanya suatu hal padamu!''jawabnya.

''Tentangku atau tentang Urusan keluarganya?''tanyaku lagi.

''Sepertinya urusan keluarga!''jawabnya, aku menghela nafas panjang.

Krekk

Ah itu dia, benar saja apa yang diucapkan kakak. Seorang wanita cantik bersama ibu memasuki kamarku, wanita itu tersenyum kearahku aku membalas senyumnya, ia mulai menghampiriku. Aku beranjak dari kursi meja belajarku lalu duduk dilantai bersama dengan wanita itu dan ibuku. Aku memandang wanita itu dengan fokus, rupanya ia mempunyai masalah.

''Lorra, panggil saja saya teh Adek''kata wanita itu, aku menganggukan kepalaku menunggu ia bicara selanjutnya.

''Saya mempunyai masalah, ayah saya telah meninggal sebulan yang lalu, saya terus-terussan gelisah atas meninggalnya ayah saya, ia terus-''belum sempat ia meneruskan pembicaraannya aku sudah memotongnya.

''Terus mendatangi mimpimu?''kataku dengan alis yang sedikit naik, wajahnya sedikit kaget mendengar ucapanku. Oh ya ampun, ini benar-benar bukan aku! Nada bicaraku tak pernah seperti ini, tatapanku juga tak pernah setajam ini. Lagi-lagi aku dikuasai oleh seseorang.

''Ya! Benar sekali Lorra''ujarnya membenarkan ucapanku. Saat ini aku hanya diam, tubuhku dikuasai seseorang entah siapa aku tak pernah tau.

''Mungkin ayahmu hanya sedikit meminta makanan pada setiap malam jum'at!''kataku, ia mengkerutkan keningnya.

''Maksudmu?''tanyanya.

''Kau harus menyediakan berbagai makanan yang ia sukai, terutama kopi. Ia sendiri yang menyebutkan hal itu kepadaku. Karena saat ini ayahmu sedang berada disampingmu!''ia bergidik ngeri mendengar ucapanku, tubuhku kembali normal. Rupanya ia sudah tak lagi menguasai tubuhku, sesaat sebelum itu aku mendengar sebuah bisikkan. ''Bagian ini dilanjut oleh dirimu Lorra, tajamkan lah indra pendengaranmu, karena indra keenammu sudah cukup matang untuk meramal masa depan'' bisikkan itu lah yang tadi terdengar oleh telinga kananku. Aku terdiam seketika, kakak mulai menyadarkanku dari lamunan tadi.

''Hey! berkonsentrasi lah Lorra!''kata kakak. Aku segera tersadar, kulihat wanita bernama 'Adek' itu menatapku bingung.

''Lalu apa yang harus aku lakukan?''tanyanya kembali, aku terdiam sebentar, saat ini aku dan ayahnya sedang berkomunikasi.

''Memberikan makanan yang disukainya pada setiap malam jum'at, tak lupa. Ia menyuruhmu untuk mengaji''jawabku dengan lantang.

''Baiklah, apa ada hal yang disampaikan lagi oleh ayahku?''tanyanya, aku menggeleng.

''Baiklah Lorra, terimakasih telah membantuku''katanya sambil tersenyum manis.

''Sama-sama Teh Adek''jawabku sambil membalas senyumnya. Setelah itu ibu mengantar teh adek keluar dari kamarku. Saat ini aku hanya berdua dengan kakak.

Sampai saat ini aku terus memikirkan seseorang yang telah menguasai tubuhku tadi, siapa yang merasuki tubuhku tadi?, hanya pertanyaan yang tidak akan mungkin bisa terjawab. Kenapa? Karena aku tak bisa menjangkaunya, dan melihatnya. Kakak menatapku dengan tatapan bingung.

''Sedang berfikir apa Lorra?''tanya kakak.

''Baca saja fikiranku!''jawabku ketus, aku hanya malas menjawab pertanyaan si kakak tadi.

''Sampai saat ini, aku juga tak bisa melihat siapa yang merasukimu tadi Lorra''kata kakak.

''Ya sudahlah jangan difikirin lagi''seruku.

''Ya sudah lebih baik kau tidur''suruh kakak, aku menganggukan kepalaku, lalu berjalan ke arah tempat tidur dan berbaring sampai aku mulai memasuki alam mimpi.

***

Paginya, pukul 06.00 WIB.

Gadis ini masih tertidur pulas, posisinya tak beraturan, begitu juga dengan posisi sepraynya, namun seorang laki-laki tampan berada disebelahnya dan sedang berusaha membangunkan gadis itu.

''Hey, Arneta Putri! Bangun, hey ini sudah jam 6 kamu bisa telat sekolah!''ujar seorang laki-laki yang berada disebelah Neta, laki-laki itu adalah Ralden.

''Hoamm''gadis ini masih tertidur pulas, sesekali ia berpindah posisi, Ralden mendengus kesal, melihat gadis itu masih saja tertidur pulas.

''Astaga! Ada-ada saja anak gadis yang seperti ini! Aku rasa dulu Via tak seperti itu, ya ampun kenapa aku jadi mengingatnya kembali''batin Ralden, seketika lampu muncul dikepalanya (?) maksudnya, sebuah ide muncul diotaknya.

Ralden mengarahkan tangannya pada sebuah botol minuman kaleng yang sudah kosong. Ia mengangkatnya menggunakan kemampuannya lalu menjatuhkannya, bunyinya memang tak seberapa, tapi ia berusaha keras untuk membangunkan gadis kebo ini (?) . gadis itu hanya menggeliat, sama sekali tak terbangun. Ralden menghela nafas panjang, ia menggeram kesal. Dengan sangat terpaksa, ia mengangkat jam weker yang berada disampingnya, lalu menjatuhkannya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras, gadis itu pun terbangun, namun dengan mata yang masih tertutup.

''Aduhh siapa sih?! Masih ngantuk tau ga!''ucap gadis ini dengan mata yang masih terpejam lalu kembali berbaring dikasurnya dan menutup ujung kaki hingga ujung kepalanya dengan selimut, benar-benar kebo ckckck-,-.

''ARNETA PUTRI!! Ini sudah jam setengah tujuh pagi, kau masih mau sekolah atau tidak!''bentak Ralden.

''APA?! Aduh Ralden, kenapa kamu ga bangunin aku dari tadi sih!''geram gadis ini, Ralden semakin dibuat kesal.

''Aku udah bangunin kamu dari tadi! Tapi ga bangun-bangun. dasar manusia jaman sekarang, ga pernah tau waktu, ckckck-_-''ujar Ralden.

Gadis ini segera terbangun dari tempat tidurnya, merapikan rambut panjangnya lalu berjalan kearah kamar mandi. Ia memutuskan untuk tidak menjawab ucapan Ralden, karena ia tahu. Kalau ia terus saja membalas, bisa-bisa ia tidak masuk sekolah tujuh hari tujuh malam atau mungkin gadis ini perlu membeli alat bantu dengar *ngaco-_-*.

15 menit kemudian.

Arneta keluar dengan handuk yang melilit di kepalanya, tentunya gadis ini sudah memakai seragam sekolah, kemudian ia turun kebawah untuk bersarapan.

Bersambung.

Setiap Episode, terdiri dari 3 part..

Komen + Votesnya jangan lupa ;)

Terima kasih.

Seguir leyendo

También te gustarán

1M 74.6K 31
Setelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membe...
2.5K 601 56
(BL Terjemahan) Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Matur...
22.9K 4.8K 200
(BL Terjemahan) Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Matur...
137K 12.6K 52
[Pemenang The Wattys 2023] Para penghuni menyebut satu rumah kos bertingkat yang berada di ujung jalan, dengan pohon mangga rindang berpenunggu dan p...