Part 14

447 40 12
                                    

Sebuah sedan melaju dengan kecepatan tinggi. Terlihat didalam sedan itu berisi sepasang suami istri dan satu anak perempuan mereka. Keadaan didalam sedan itu hening tanpa pembicaraan, abak perempuan mereka sibuk dengan mainannya. Sementara sepasang suami istri itu hanya terfokus pada fikiran masing-masing.

"Via? Sampai kapan sih Vi? Kapan kamu mau mikirin perasaan aku?" sang istri dengan nama "Via" itu menoleh dan menatap suaminya nanar.
"A--aku gatau Raka"
"Aku cinta sama kamu, tulus. Tapi apa balesan kamu? Kaya gini Vi? Lupain dia Vi!! Dia itu gak nyata. Dia cuma khayalan kamu aja!" mendengar penuturan Raka yang seperti itu membuat Via menatap tajam Raka.
"Dia itu nyata! Dia ada! Dia bukan khayalan aku, tapi dia benar-benar ada!! Jangan pernah sekali lagi kamu bilang kaya gitu!"
Rahang Raka mengeras, kemudian mempercepat laju sedannya. Via sama sekali tidak takut, melainkan anak perempuan mereka yang meringkuk ketakutan melihat kedua orangtuanya.
"Kalo gitu buktiin kalo dia ada Vi! Buktiin kalo cowok yang bernama Ralden Lucas itu ada! Ayo buktiin!!" tantang Raka. Via jadi semakin emosi. Laju sedan mereka semakin bertambah sampai sedan mereka jadi sedikit oleng.
"Ayo tunggu apa lagi? Cepet buktiin kalo dia ada!"
Via menarik paksa sebuah kalung dari lehernya yang cantilannya berbentuk batu hati.
"Inih! Inih buktinya kalo dia ada!!" seru Via. Raka tersenyum mengejek!
"Apa artinya kalung seperti itu? Itu cuma kalung Via!!"
"CUKUP RAKA! TURUNIN AKU DISINI!!" bentak Via. Raka tersenyum tipis.
"Gak akan!"
"CEPET TURUNIN!"
"Gak!"

DUSSS!

Bunyi suara ban meletus itu membuat Via, Raka dan anak perempuan mereka kaget.
Sedan mereka kehilangan kendali karena ternyata bunyi ban meletus itu adalah ban sedan mereka. Sedan mereka berputar-putar kencang membuat tubuh seisi mobil itu terombang-ambing sampai akhirnya menabrak pembatas jalan dan jatuh kedalam jurang.

***

Dion meninju tembok dengan keras. Nafasnya terengah-engah. Pikirannya kalut. Lagi-lagi peristiwa itu kembali berputar diotaknya. Emosinya seketika naik hingga ia tiba-tiba meninju tembok toilet itu.
Tiba-tiba sekilas bayangan muncul diotaknya. Tidak. Bukan sekilas. Melainkan bayangan penuh tentang Lorra.
Dion bergegas melangkah pergi dari toilet itu.

***

Lorra melangkah memasuki kelas Karin, tubuhnya sudah panas dingin, dadanya mulai sesak. Tetapi tetap dipaksanya kakinya untuk melangkah lebih maju.
Suasana sangat hening didalam kelas Karin.

"Dimana Karin?" batin Lorra.

Mata Lorra tertuju pada sesosok tubuh yang duduk diam sambil mebelungkupkan kepalanya. Tidak salah lagi, sesosok tubuh itu pasti Karin. Lorra sangat hafal bentuk tubuh dan ciri-ciri Karin.

DEG!

Jantung Lorra berdegup sangat kencang hingga nyaris copot, pemandangan yang dilihatnya kini bukan keadaan kelas Karin yang berantakan dan Karin yang terdiam dipojok kelas, melainkan kelas yang dipenuhi berbagai makhluk halus. Lorra diam terpaku, sekujur tubunya dingin, ingin lari tetapi seperti ada yang menahan kakinya. Ingin teriak tetapi sepertinya suaranya tidak keluar sama sekali.

BRAK!!

Pintu kelas Karin terbuka kencang. Dion datang tergopoh-gopoh, ia kemudian menghampiri Lorra yang sama sekali tidak bergerak, bahkan tidak menyadari kehadirannya. Dion menarik Lorra untuk segera keluar dari kelas itu, tetapi berat. Kaki Dion dan Lorra seperti ditahan. Dion tidak mau menyerah, dengan sekali tarikan, ia berhasil menarik Lorra menuju pintu. Dion sama sekali tidak memperdulikan Karin.

"Iblis seperti dia, untuk apa ditolong." batin Dion.

***

"Kita harus selesaikan ini, Feb." Febby menoleh kaget, sudah berbulan-bulan ia menghindari cowok ini. Andri. Sejak pernyataan Bayu yang mengatakan bahwa Andri menyukainya, membuat Febby shock. Bagaimana tidak, selama ini Febby hanya menganggap Andri sebagai salah satu sahabatnya. Febby jadi salah tingkah, perasaannya jadi campur aduk. Saat ini rasa bersalah memang paling dominan dihatinya.

Bersambunggg

Sister Its Not VisibleNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ