Part 2

622 48 4
                                    

Ralden POV

Aku terpaku di hadapan sebuah rumah, sebuah rumah yang terus membayang-bayangiku dengan masa lalu, sebuah rumah yang selalu menjadi tawa gurau, canda sekalipun kemarahan, sebuah rumah yang selalu mengingatkanku dengan seorang gadis cantik, baik, hangat dan lucu. Seorang gadis yang selalu membuatku merona, seorang gadis yang mampu membuat aku jatuh cinta kepadanya, Via. Aku merindukannya, selalu merindukannya, begitu juga dengan rasa cintaku ini. Tak pernah sedikitpun hilang, terhapus dan tergantikan. Karena memang hanya dia lah pemilik hatiku yang sesungguhnya. Sudah 40 tahun lebih aku tak pernah bertemu dengannya, ia dikabarkan meninggal dunia saat akan menolong orang lain. Lalu mengapa aku tak dipertemukan dengannya? Bukankah alam kami sekarang sama? Pertanyaan itu lah yang sering kurenungkan akhir-akhir ini, mengapa tuhan tak membiarkan kami bersatu? Sedangkan Bumi terus saja bergenerasi menciptakan manusia-manusia baru. Aku terus bertugas membantu para anak-anak indigo hingga mencapai sesuatu yang memang mereka harus capai. Aku hidup abadi dan diberi perawakan yang terus saja muda seperti seorang laki-laki berumur 17 tahunan. Sesaat sekilat bayangan masa lalu menghantuiku.

''Kau suka padaku ya? ''Tiba-tiba saja siluet ucapan Via terngiang ditelinga Ralden, pertanyaan ini adalah saat-saat ia mulai membuka perasaannya melalu sikapnya yang aneh dan sering sekali cemburu. Ia tertawa kecil sambil terus mengingatnya kembali.

''Apa kau mau mengajariku, melakukan hal ajaib sepertimu tadi?'' Bagian ini merupakan saat aku menunjukan kekuatanku. Aku tertawa geli sambil mengingat wajah polosnya. Mata Ralden mulai berkaca-kaca, tertawanya terdengar miris.

''Aku mencintaimu'' Satu kalimat ini yang tak pernah Ralden lupa, ini merupakan saat-saat perpisahannya dengan Via, air mata meluncur sempurna dipipi Ralden sambil tersenyum miris mengingat Via.

Oh tuhan, kenapa kau tak biarkan aku bersatu dengan Via? Apa yang salah dariku dan dirinya? Andai saja aku memiliki kesempatan untuk menjadi manusia, akan ku abdikan seluruh hidupku untuk mencintainya, selalu mencintainya, dan akan tetap mencintainya. Rasa rindu ini sudah tak dapat ku tahan lagi, aku merindukannya sangat merindukannya. Aku ingin bertemu dengannya, mendekapnya kembali ke pelukanku, walaupun hanya sekali! Akan ku lakukan apapun itu agar aku bisa bersamanya kembali. Walaupun permintaanku tadi mustahil akan dijawab olehmu.

Ralden menangis, air mata itu mengalir deras seiring ingatannya dengan Via. Di alam manakah sekarang Via ini? Bukankah alam mereka sama? Lalu mengapa tuhan tak membiarkan Ralden bersama Via? Ralden terus mengutuk dirinya sendiri karena ia tak dapat menemukan Via.

Ralden bangkit dari kursi yang terdapat didepan rumah Via, lalu ia pergi kesekolah Arneta untuk menemani gadis itu, dari pada harus berdiam-diri didepan rumah ini dan terus mengutuk diri sendiri.

***

Gadis berperawakan cantik ini sedang asyik melamun dibangku sekolahnya, entah apa yang Lorra rasakan, sepertinya ia pernah hidup 40 tahun yang lalu. Dan tempat ini seperti tak asing lagi baginya, Lapangan basket, kamar mandi sekolah. Sepertinya aku sudah pernah ketempat ini. Bagaimana bisa aku mempunyai perasaan seperti itu? Bahkan umurku saja baru 17 tahun, bagaimana bisa aku menyimpulkan bahwa aku pernah hidup dan berada ditempat ini 40 tahun yang lalu? Mungkinhanya perasaanku saja. Seorang wanita yang lebih tua darinya menyadarkannya sebelum gadis bernama Lorra Alisia ini lebih larut dalam lamunannya.

''Apa yang sedang kau fikirkan Lorra?''tanya wanita yang notabennya dipanggil 'kakak' oleh Lorra, ia hanya menggeleng. Enggan menjawab pertanyaan sang kakak.

''Baiklah, jangan terlalu sering melamun Lorra''kata kakak, Lorra hanya mengangguk saja.

Dari arah pintu kelas, seorang gadis muncul lalu menghampiri tempat duduk Lorra.

Sister Its Not VisibleWhere stories live. Discover now