Part 8

349 39 3
                                    

Dwi terdiam mendengar ucapan pak Yudi. Seisi kelas pun tak urung ikut terdiam. Dion sudah berjalan menuju bangkunya.

Lorra sudah hampir ber suara, ia bahkan sampai lupa kalo sudah ada Neta yang mengisi tempat duduknya. Namun urung ia mengatupkan bibirnya lagi. Pak Yudi kok bisa nggak tau aku sudah duduk sama Neta ya? Trus Neta duduk dimana dong? Batin Lorra.

"Kak?"panggil Lorra, ia menoleh ke segala arah. Kakaknya tak ada dimanapun. Lorra mengerinyit, ada sesuatu yang tidak beres. Tetapi apa? Pikirnya. Dion sudah duduk dibangkunya, sambil tersenyum kaku ke arah Lorra. Lorra membalas senyum Dion sama kakunya.

***

Febby berkelana sebisa mungkin ke tempat yang tak bisa dijangkau siapa pun. Hatinya panik dan gelisah, ada apa sebenarnya?

Ralden tak lagi mencarinya, bahkan cowok itu mendadak menghilang. Ada sesuatu yang telah terjadi, tapi tak dapat dipahaminya. Ingin kembali ke 'rumahnya' rasanya tak mungkin.

Tetapi, hanya satu cara agar ia mengetahui jelas situasi yang sedang terjadi, yaitu kembali ke 'rumahnya'. Rumah yang sama dengan Ralden.

***

Jam istirahat pertama Dion dihabiskan untuk bercengkrama dengan Lorra. Awalnya memang agak kagok, Lorra juga gak tau kenapa jadi agak kaku sama Dion, padahal pas tabrakan dan kenalan tadi itu dia semangat banget, kaya udah kenal lama aja sama Dion. Walau begitu, cara bicara Dion yang gagap, mampu mencairkan suasana yang tadinya kaku jadi lebih segar dan ceria, ditambah juga dengan cerita-cerita Dion yang kadang bikin Lorra cekikian sendiri dibuatnya. Lorra langsung nyaman seketika, raut wajah kakunya pun hilang.

Lorra tidak tahu, Dion memang sengaja menciptakan suasana itu, agar Lorra nyaman bersamanya, dan Dion cukup senang melihat Lorra yang tertawa karenanya.

Hingga bel pulang berbunyi, rasanya tak ingin melepaskan Lorra begitu saja, Dion hanya melambaikan tangannya saat ia akan berpisah untuk pulang kerumahnya masing-masing.

***

"Lihat dia!"seru seorang cowok. Yang merupakan teman dekat Ralden. Febby berjalan memasuki rumahnya. Febby dihujani tatapan dan sorot-sorot tak suka teman-temannya. Febby balas menatap mereka dengan pandangan tak mengerti. Dia kemudian berjalan ke seorang cewek cantik, Gita namanya.

"Git, kamu tau Ralden dimana?"tanya Febby. Gita tak menjawab, hanya memandang Febby dengan sorot benci. Hati Febby mencelos melihat sikap Gita, Gita adalah teman baiknya di sini. Ia tak menyangka Gita juga ikut menghujani tatapan benci padanya.

"Sebenarnya ada apa ini?"teriak Febby, suaranya bergetar hebat. Teman-teman yang lain mulai mendekat kearahnya, membentuk sebuah lingkaran dengan Febby ditengahnya. Febby merasa terkucilkan.

"Kami tidak menyangka kamu berbuat seperti itu pada Ralden!"seru seorang cowok, sambil menekankan kata "Berbuat". Cowok itu bernama Bayu.

"Apa maksud kalian?!"teriak Febby lagi, kini di iringi isak tangis.

"Anak asuhanmu! Lorra Alisia! Dia adalah Reinkarnasi dari Via bukan?! Kau mengetahui itu. Tapi kau menyembunyikannya dari kami!" seru seorang cewek cantik, dia terlihat berbeda dengan yang lain, wajahnya sangat putih, hampir seperti cahaya. Namanya Bulan, gadis sholeha yang tewas terbunuh oleh sekawanan perampok.

"Kalian salah! Kalian tidak mengerti!!"seru Febby mengelak, walau dia sudah terdesak. Febby masih saja membela diri.

"Lebih baik kita bawa dia! Dia bisa terkena hukuman, karena telah memisahkan atau menghalang-halangi seseorang untuk bertemu dengan Cinta Sejatinya!"

"Benar! Dan hukuman yang cocok untuk dia adalah diberhentikan dari tugasnya dan pengasingan di alam bawah tanah!" semua teman-temannya berseru riuh dan mulai mendekati Febby untuk membawanya.

Tiba-tiba, seseorang berlari menembus kerumunan itu. Seorang cowok cakep dan usianya yang sedikit lebih tua dari Febby, berdiri didepan Febby, seakan-akan cowok itu siap menjadi tameng untuk Febby.

"Stop!!"teriak cowok itu, namanya Andri. Febby berlindung dibalik punggung Andri, kerapuhan cewek itu terlihat jelas di mata teman-temannya.

"Kalian tidak bisa main menghakimi seseorang!!" teriak Andri marah.

"Kalian tidak tau permasalahannya lebih baik tidak ikut campur!" lanjut Andri.

"Kau tidak usah berusaha melindungi dia Andri! Bilang saja kalau kau menaruh hati pada dia! Aku mengetahui itu sejak lama" seru Bayu menyeringai, dulu Bayu dan Andri adalah teman dekat tapi sekarang mereka sudah jarang bersama-sama lagi.

Andri terperangah, tak percaya Bayu akan mengatakan hal itu. Febby yang masih bisa mendengar yang diucapkan Bayu hanya kaget dan tak bisa berkata apa-apa, ia merasa terlalu bodoh untuk mengetahui hal itu.

Bersambung**

Komen sama vote nya dong;) yang bacanya gak pada ninggalin jejak nih;(


Sister Its Not VisibleWhere stories live. Discover now