The Lost Prince [TAMAT]

By KaiElian

156K 15.7K 467

Elisa Harris tak pernah bermimpi untuk tinggal di istana, punya pelayan pribadi, bergaul dengan ratu, memakai... More

Baca ini dulu yaaa :)
Tentang Calondria
Prolog
1. Rahasia Eugene
Meet the Character: Elisa Harris
2. Selamat Datang di Calondria
3. Sepupu Yang Tak Pernah Bertemu
4. Sang Tamu Kerajaan
6. Sebuah Rencana Sempurna
7. Obrolan di Tepi Danau
8. Elevator Nomor Dua Puluh Satu
9. Para Pengagum Rahasia
Meet the Character: Eugene & Edward L'alcquerine
10. Si Tetangga Sebelah
11. Seseorang Dari Masa Lalu
12. Prime Celestine
13. Hubungan
14. Permintaan Eugene
15. Kejujuran dan Kebenaran
16. Andrea
Meet The Characters: George, Janesse & Andrea
17. Gaun Biru Elisa
18. Jamuan Makan Malam Kerajaan
19. Kisah Crassulacea
Meet the Characters - Ratu Raquelle, Crassulacea, Lady Samantha
20. Hilang
21. Bahaya
22. Senjata Pamungkas
22. Sang Pangeran
23. Tamu Tak Diundang
24. Pertemuan Keluarga Bagian 2
25. Ratu Elisa
Epilog
Mari belajar Bahasa Calondria!

5. Pertemuan Keluarga

3.7K 449 12
By KaiElian


Eugene maju mendekat. "Edward?"

"Aku tak percaya ini kau..."

Sosok yang berbicara dari dalam sel itu sudah mendekat ke balik kaca. Cahaya lampu perlahan jatuh menerangi wajahnya dan Elisa dapat melihat sosoknya dengan lebih jelas. Pria itu kurus. Dagunya yang runcing ditumbuhi jenggot kasar. Cambang pendek-pendek telah menutupi tulang pipinya yang tinggi, dan kulitnya pucat seperti orang sakit. Rambutnya yang berwarna pirang tembaga agak berantakan, dan pria itu punya sepasang mata ekspresif yang berwarna...

Biru elektrik.

Elisa terperangah. Dia mengerjap beberapa kali untuk memastikan. Tidak, katanya pada dirinya sendiri. Ini tidak mungkin.

Kaca itu seolah memantulkan Eugene dan menciptakan sesosok pria lain yang sama persis dengan dirinya di dalam sel. Hidup empat tahun di dalam penjara tidak menghilangkan kemiripan luar biasa antara Edward dan saudara kembarnya. Jika Edward merapikan diri dan berdiri bersisian dengan Eugene, Elisa yakin dia tak akan sanggup membedakan keduanya.

Edward menempelkan tangannya untuk menyentuh saudara kembarnya tapi terhalang kaca. "Kami semua mengira kau sudah mati! Sudah lama sekali."

"Selama bertahun-tahun," kata Eugene lirih. Dia mendekatkan menempelkan tangannya juga di seberang tangan Edward. "Kau masih mengingatku."

Mata Elisa terasa berat. Eugene telah menemukan keluarganya. "Apa mungkin Eugene bertemu langsung dengan Edward?" bisiknya pada Janesse. "Kurasa mereka berdua ingin berpelukan."

"Maaf, Santionesse," jawab Mores. "Mereka adalah tahanan paling berbahaya dalam penjara ini. Mereka dilarang menerima kontak fisik dalam bentuk apa pun sampai masa tahanan mereka selesai."

"Dan kapankah saat itu tiba?"

"Mereka dihukum seumur hidup, Santionesse."

Seumur hidup. Mana mungkin Eugene menunggu selama itu. Elisa melirik George. Sebagai raja, mungkin George bisa membuat pengecualian.

"Eugene?" Sebuah suara halus terdengar dari sel yang satunya lagi. "Apakah kau Eugene L'alcquerine?"

Seorang wanita jangkung dan besar dalam seragam tahanan bergerak maju. Rambutnya yang berwarna pirang tembaga seperti rambut Eugene dan Edward digelung dengan sempurna – dia bahkan memakai riasan wajah – seolah dia sudah menantikan kedatangan tamu. Jika seragam itu diganti dengan gaun, tak ada yang akan mengira kalau wanita itu seorang kriminal.

"Lady Samantha L'alcquerine," bisik Janesse memberitahu.

Elisa perlu berhenti sejenak untuk memahami momen ini. Ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh Eugene selama sepuluh tahun belakangan. Bagi Elisa, momen ini terasa sakral, seperti berada di sebuah tempat yang suci. Namun tiba-tiba sesuatu terbersit di benaknya. Dia menoleh pada Janesse, sang Ratu.

"Lady Samantha dan Edward ditahan di penjara yang sama?"

"George berbaik hati mempertahankan status kebangsawanan Lady Samantha dan Edward," lanjut Janesse. "Oleh karena itu, sebagai anggota kerajaan mereka ditahan bersama-sama di sini, di sel-sel khusus yang terpisah. Namun mereka berdua sudah kehilangan hak atas tahta Calondria."

Eugene mendekati wanita dibalik sel itu dan tangisnya pecah.

"Aku tahu kau masih hidup!" Lady Samantha terisak pilu. "Aku tahu kau ada di suatu tempat di luar sana. Aku tak pernah berhenti mencarimu. Sejak peristiwa itu, kami mencarimu ke semua tempat tapi tak bisa menemukanmu! Aku selalu berdoa agar suatu hari nanti kita dipertemukan kembali, dan hari itu akhirnya tiba juga!"

"Aku juga mencari kalian," kata Eugene. Matanya sembab. "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian sehingga kebingungan harus mencari ke mana!"

Elisa mengamati pemandangan mengharukan itu. Dia menahan diri agar tidak ikut hanyut. Semua ini terasa seperti mimpi. Seminggu lalu Eugene masih yakin dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini selain Elisa, sahabatnya sejak kecil, tapi kini dia menemukan ibunya dan saudara kembarnya sekaligus.

"Maafkan ketidaksopananku," kata Lady Samantha. "Aku begitu terharu oleh kunjungan ini sampai tak menyadari kehadiran raja dan ratu Calondria."

"Halo bibi," sapa George pendek.

"George dear, bisakah kau mengizinkan aku memeluk Eugene?" kata Lady Samantha memelas. "Dia sudah dewasa sekarang dan oh, betapa tampan dirinya! Aku merindukannya siang dan malam tapi tak bisa berbuat apa-apa karena terkurung di dalam sel ini."

"Aku tidak bisa melakukannya," tolak George datar.

"Oh, tolonglah," rengek Lady Samantha. "Kau Raja Calondria sekarang. Tak bisakah kau melunakkan peraturan untuk keluargamu sendiri, meski hanya sekali saja?"

"Bibi bisa memeluk Eugene," tukas George datar, "seandainya bibi tidak memasukkan diri bibi sendiri dan Edward ke dalam sel itu."

"KAULAH YANG MENGIRIM KAMI KE TEMPAT TERKUTUK INI!"

Ledakan emosi Lady Samantha yang begitu tiba-tiba mengejutkan semua orang, termasuk Eugene. Wanita itu melotot dengan marah dan mulai berteriak-teriak seperti orang gila. Sosoknya berubah seratus delapan puluh derajat dengan wanita anggun dan tenang beberapa detik yang lalu.

George mengatakan sesuatu tetapi Janesse menarik Elisa dan membawanya pergi.

"Ada apa?" protes Elisa. "Apa yang terjadi?"

"Elisa, jika kau tidak mengerti apa yang telah terjadi empat tahun lalu." Mata Janesse melebar penuh arti. "Aku khawatir kau akan punya persepsi yang keliru tentang Samantha L'alcquerine."

Elisa mengakui Lady Samantha memang aneh. Apa yang sebenarnya terjadi empat tahun lalu? "Kata Eugene, keluarganya mencoba mengkudeta ayah George yang menjadi raja waktu itu."

Janesse menggeleng pelan. "Bukan mencoba, tetapi mereka betul-betul melakukannya secara paksa. Mereka juga meracuni Raja Robert dan Ratu Raquelle, serta menghajar George sampai dia hilang ingatan lalu membuangnya ke Bucharest, Rumania."

Suara seorang pria lain yang bukan suara Eugene, Edward, George atau bahkan Mores muncul dari ruangan itu. Suara ini licin dan terdengar seperti ditarik-tarik seolah pembicaranya sedang merengek.

"Siapa lagi yang ada di sana?" tanya Elisa.

"Reginald Lambert, mantan perdana menteri Calondria sebelum Alfred. Lambert bersekutu dengan keluarga L'alcquerine untuk melakukan kudeta dengan imbalan separo kerajaan." Entah mengapa menceritakan ini membuat Janesse kelihatan lelah. "Singkat cerita, ada yang menyelamatkan George dan membantunya mengklaim kembali posisinya di Calondria."

"Oh ya? Siapa si penyelamat ini?"

"Bukan siapa-siapa, hanya seorang penduduk desa."

Ada suara langkah kaki yang berderap dari koridor. Eugene berlari melewati mereka menuju ke luar disusul George yang memanggilnya. Lady Samantha menjerit-jerit dari dalam sel.

"George!" Elisa ikut lari mengejar mereka. "Apa yang terjadi?"

Di halaman depan, George mempercepat larinya dan menarik kemeja Eugene. "Eugene, dengar. Aku minta maaf kalau pertemuan ini tidak sesuai harapanmu. Penjara mengubah orang, termasuk keluargamu."

"Aku tidak tahu George," jawab Eugene lirih. Dia tidak menatap sepupunya. "Aku hanya ingin bertemu mereka. Maksudku, aku mencari mereka seumur hidupku dan ketika akhirnya bisa bertemu, aku bahkan tidak bisa menyentuh mereka."

George kelihatan serba salah. Dia mencoba merangkul Eugene dengan hati-hati. "Kurasa sekarang waktunya tidak tepat. Kau lihat, ibumu dan Edward sangat emosional sekarang. Aku berjanji akan membujuk Mores untuk mengatur pertemuanmu dengan mereka."

Eugene mengangkat wajahnya perlahan-lahan dan memandang George. Dia tidak mengatakan apa-apa. Ekspresinya kosong seperti langit di musim panas. Lalu dia menghampiri mobil dan masuk ke dalam.


...



"Elisa, kau sudah selesai?"

Elisa menyambar sebuah jubah mandi yang harganya sama dengan harga sewa apartemennya di Paris dan mengintip dari balik pintu kamar mandi.

"Sedikit lagi. Ada apa?"

Mata Kitty mendelik. Lalu dia terbatuk-batuk sampai mengeluarkan airmata, "Kau baru menyemprot obat nyamuk?"

"Uh. Ini parfumku." Elisa mengendus dirinya sendiri. Harganya cuma sepuluh Euro, sih.

"Di lemari itu ada tiga puluh jenis parfum," kata Kitty galak. "Harga yang paling murah enam ratus Euro. Mengapa kau malah memakai parfum itu?"

"Memangnya apa yang salah dengan parfum ini?"

"Kau akan membunuh George. Mandilah sekali lagi dan pakai Nomor Lima!"

"Nomor Lima?"

"Botol putih pucat kecil. Chanel No.5."

"Wow, apa ada di antara parfum-parfum ini?"

"Tentu saja. Jangan bilang kau tidak tahu. Kau menyebut dirimu Parisian!"

"Baiklah, baiklah!" Elisa menyerah dan masuk kembali ke kamar mandi. Chanel No.5 mungkin memang parfum wanita beraroma terbaik sejagat, tetapi tetap saja Elisa tidak kepikiran untuk memakainya.

"Kau punya sisa waktu sepuluh menit!"

Kitty kembali menjadi stopwatch yang terus-menerus merongrong Elisa. Apa pelayan pribadi Eugene juga seperti itu? Aku akan bertanya padanya nanti!

Selesai dari shower, Elisa memakai setelan yang dirasanya paling keren dari lemari pakaian. Terakhir dia menyemprotkan Chanel No.5 untuk mengusir aroma parfum murah miliknya yang menurut Kitty mirip aroma obat nyamuk.

Begitu selesai, Kitty segera menarik-nariknya (lagi) menuju Royal Chamber. Hatinya berdebar-debar. Apa yang akan dibicarakan George dengannya?

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 57.2K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
44K 10.2K 49
Fantasy Adventure Teenfiction 13+ #24 di FiksiRemaja Nadia mati-matian berusaha menjadi murid biasa, walau dia seorang anak indigo. Kelebihan yang me...
2M 25.9K 6
[Cerita ketiga yang Saki buat di Wattpad, tahun 2014, masih sangat belajar waktu itu. Maka dari itu maaf kalau alay dan gaje. Manusia hidup nggak lan...