Are We Getting Married Yet?

By AnnyAnny225

20.4M 984K 35.1K

Sagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih s... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
Sekilas Info
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
PREVIEW
41
42
43
44
46
PREVIEW 2
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
INTERMEZZO
Extra Part - Lisa's Pregnant
Extra Part - Saga's Worried
Extra Part - Triplets!
Extra Part - Triplets Again (Part 1)
Extra Part - Triplets Again (Part 2)
Extra Part - Triplets Again (Part 3)

25

253K 14.7K 251
By AnnyAnny225

Nontonnya sambil putar mulmednya ya! Biar bapernya maksimal ♥️
***

Author POV

Lisa memperhatikan Saga yang tengah terlelap dalam posisi telungkup-dengan wajah menghadap ke arah Lisa. Membuat wanita tersebut bisa memandang puas-puas wajah yang dirindukannya. Semakin tampan, meski kantung mata Saga agak hitam. Namun, tak mengurangi kadar ketampanannya.

Sesekali dia tersenyum saat memorinya melayang ke 4 jam lalu, ketika Saga memeluknya sangat erat dan mengatakan betapa rindunya Saga pada Lisa. Rasanya, Lisa mau terus berpelukan selamanya, apalagi merasakan langsung betapa "panas" kulit Saga.

Namun, sebenarnya Lisa masih sedikit gelisah. Dia sudah mengakui menyukai Saga, meski secara implisit. Dia berharap, Saga juga akan melakukan hal yang sama. Tapi, Saga hanya mengaku merindukannya. Apa itu bisa dikategorikan sebagai perasaan suka? Jika pun, bukan perasaan suka, seperti ini saja sudah cukup membuatnya bahagia. Artinya, Saga menunggunya selama beberapa hari ini. Senyuman kembali terbit di bibirnya yang merah.

"Ah, udah jam lima," ucap Lisa saat menoleh ke arah jam dinding. Matahari mulai tenggelam di ujung sana, membuat suasana kamar menjadi oranye, karena berkas sinarnya yang berhasil masuk dari jendela yang terbuka. Lisa pun membangunkan Saga yang juga belum bangun setelah makan siang. Mereka sempat tidur siang bersama, sambil saling memeluk karena ranjang yang sempit-memang khusus untuk satu orang. Tetapi Lisa sudah bangun terlebih dahulu dari sejam yang lalu. Tubuhnya yang lelah karena penerbangan belasan jam mulai terasa ringan setelah tidur.

Mata Saga terbuka perlahan saat merasakan tepukan pelan di lengan kirinya, sembari namanya dipanggil dengan begitu lembut oleh suara merdu yang sudah berapa hari tak didengarnya.

"Ga, bangun... Udah sore," ujar Lisa dengan senyuman manis yang mampu membuat Saga juga ikut tersenyum. Senyuman kelegaan, karena keberadaan Lisa saat ini bukanlah mimpi. Untuk lebih meyakinkan dirinya-ini bukanlah mimpi, Saga meraih salah satu tangan Lisa, dan menggenggamnya erat, kemudian membawa tangan lembut itu ke bibirnya, mengecup punggung tangan Lisa agak lama, lalu memeluk, enggan melepaskan.

"Kamu kenapa, sih? Bangun-bangun malah sok sweet banget," kekeh Lisa mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Saga hanya tersenyum, tak mencoba menjawab pertanyaan Lisa. Rasanya, dia terlalu bahagia, hingga membuatnya kembali mengantuk.

"Lho kok, tidur lagi? Ini udah jam 5, Ga" Lisa menarik tangannya yang dipeluk Saga saat pria itu kembali memejamkan mata, mengganti dengan mengelus kepala Saga, yang membuatnya semakin mengantuk.

"Kata Yolan kamu operasi usus buntu hari ini? Aku pikir kamu udah dioperasi tadi pagi. Memang janji jam berapa operasinya?"

"Yolan bohong," gumam Saga namun masih bisa ditangkap Lisa.

"Apa? Bohong?" Tanyanya tak percaya hingga gerakannya mengelus kepala Saga berhenti sama sekali. Mata Saga segera terbuka penuh saat merasa intonasi Lisa berubah. Tidak lembut seperti tadi. Hal pertama yang dilihatnya adalah ekspresi tak percaya Lisa yang merasa dibohongi.

"Kamu sekongkol sama dia kerjain aku??" Tanya Lisa tak percaya. "Kamu keterlaluan, Ga!"

Saga langsung terduduk di ranjangnya memegang kedua pundak istrinya "Lis, saya nggak sekongkol sama Yolan. Saya cuman minta bantuan dia supaya kamu berhenti marah sama saya. Tapi sungguh, saya nggak tahu atau pun memberikan ide seperti itu," Saga ketakutan jika Lisa kembali marah besar. Mereka baru saja berbaikan tadi, masak marahan lagi?

Lisa menyipitkan matanya, mencoba mencari kebenaran dari wajah Saga. Tepat saat itu, pintu terbuka dengan cepat, dan muncullah si aktor utama dalam drama ini.

"Lisa!" Teriak Yolan senang dan berlari secepatnya ke arah Lisa yang tengah duduk. Dia menarik kasar wanita itu hingga berdiri, dan memeluknya erat, sempat berputar beberapa kali. "Kangen banget. Belum pernah gue sekangen ini sama Lo. Bawa oleh-oleh apa nih, dari Paris?"

Lisa berdecih sebal dan mendorong Yolan menjauhi tubuhnya, agar bisa melihat dengan jelas wajah si pembohong.

"Sialan lu ya, bohongin gue!" Seru Lisa sebal dan menjitak kepala Yolan, hingga dia terhuyung selangkah ke belakang.

"Hehehe, kalo nggak gitu mana mungkin Lo bisa ada di sini. Iya kan, Ga?" Yolan memandang Saga, mencoba mencari pembelaan. Saga menatapnya datar, tanda tak setuju.

"Tapi bohong Lo keterlaluan, Yol. Gue panik setengah mati di sana tahu nggak? Gue bela-belain naik pesawat pribadi klien gue jam 12 malam. Untung dia mau bantu gue,"

"Nggak tahu," jawab Yolan polos dan semakin membuat Lisa mendidih. Tepat saat Lisa akan kembali marah, Yolan berkata "Cieee... Liat tuh, muka suami elo, udah semerah pantat monyet Jepang gara-gara Lo bilang panik setengah mati. Senyumnya jangan ditahan Pak. Lepasin aja," Lisa segera mengikuti arah mata Yolan, berbalik menatap Saga yang terkejut saat matanya bertemu tatapan Lisa. Saga berdehem, cepat-cepat memalingkan wajahnya. Lisa tak dapat menahan senyumnya ketika tak berhasil melihat wajah merah Saga. Namun, telinga layarnya sudah cukup menunjukkan betapa merah wajahnya saat ini.

"Lo tahu nggak? Dia minta bubur yang ada telur, ikan teri sama irisan daun bawang. Udah dimasakin sama persis, nggak dimakan. Gue tanya beli di mana, eh, katanya nggak tahu. Ternyata itu masakan elo," Yolan kembali menambah bumbu-bumbu drama. "Terus dia minta toast yang ada telur bentuk hati di tengahnya. Itu juga elo yang buat?"

Saga yang setengah mati menahan malunya memilih bersembunyi di dalam selimut. Membuat Lisa dan Yolan tertawa.

"Udah deh, jangan marah-marah lagi. Sorry ya, gue udah buat Lo kepikiran. Tenang, itu murni ide gue. Saga nggak ada peran apa pun. Gue senang Lo udah balik. Capek tahu, ngurusin suami elo. Marco aja sampai nyerah," Yolan maju dan memeluk Lisa lagi. Kini Lisa membalas pelukannya.

"Thank you ya, bilang ke Marco juga thank you udah bantu gue jaga Saga. Maaf ngerepotin kalian berdua,"

"Iya deh, gue balik ya. Udah gih, kangen-kangenan lagi ama suami elo," Yolan mengangkat kedua alisnya bersamaan dengan cepat.

"Apaan, sih," ujar Lisa malu.

"Kalo ada waktu ngumpul yuk. Udah lama kita nggak nongkrong,"

"Iya, ntar gue kontak di grup," Lisa kembali memeluk Yolan cepat sebelum dia keluar.

"Ga! gue balik ya. Ingat, lo kalah, lho. Gue yang menang," teriak Yolan diambang pintu. Saga tak bergeming dari dalam selimut. Yolanda cekikikan dan segera keluar kemudian menutup pintu, sebelum Lisa sempat bertanya tentang taruhan apa yang dimaksud wanita gila itu. Namun penasarannya segera hilang saat melihat Saga bergerak pelan di bawah selimut.

Lisa berjalan ke arah Saga yang masih tak keluar dari persembunyiannya. Lisa duduk di pinggir ranjang dengan posisi menyamping. Sambil menahan tawanya, Lisa menyibak selimut yang membungkus tubuh Saga dengan sekali sentak.

"Apa... Yang dibilang Yolan benar? Kamu minta mereka masakin kamu makanan yang aku masakin untuk kamu?" Ujar Lisa pada Saga, tepatnya pada punggung Saga. Karena pria itu tengah berbaring sambil telungkup, belum mampu menatap Lisa. Mungkin wajahnya masih merah. Lisa melihat belakang kepala Saga bergerak mengangguk, mengiyakan pertanyaan Lisa. Tangan Lisa segera bergerak menutup mulutnya sendiri, mencegah teriakan bahagianya keluar karena jawaban Saga. Sungguh, Lisa semakin menyukai suaminya ini. Mungkin, sudah mulai cinta?

"Kamu... mau aku masakin makan malam?" Tawar Lisa sambil mengelus pelan punggung Saga. Perlahan, Saga berbalik menghadap Lisa dan tersenyum.

"I'd love to..." jawabnya singkat "kalo kamu nggak capek," lanjut Saga dan menggenggam salah satu tangan Lisa. Dia tak mau membuat wanita itu semakin lelah.

"Enggak apa-apa, kok. Aku balik ke apartemen habis kamu mandi,"

"Iya," ujar Saga pendek kemudian hening. "Lisa," suara Saga memecah kesunyian. Pria itu memutuskan untuk duduk. "Terima kasih. Saya belum ucapin terima kasih dari pertama kamu merawat saya, sampai sekarang kamu udah di sini, jauh-jauh datang untuk saya. Thank you so much. It means a lot," satu tangan Saga yang bebas merapikan anak rambut Lisa ke belakang telinganya, kemudian beralih mengelus pipi Lisa, hingga turun sampai di lehernya. Jari-jari Saga menekan tengkuk Lisa agar mendekati wajahnya.

Perlahan, wajah mereka semakin mendekat. Tanpa dikomando, mata Lisa tertutup, seperti tahu Saga akan menciumnya. Wajah mereka semakin dekat hingga Lisa bisa merasakan hangatnya nafas Saga menerpa wajahnya.

Tinggal sedikit bibir mereka akan bersentuhan, tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar.

"Heh, bangsat, kata Yolan Lisa ud-holly shit! Gue nggak liat apa-apa!" Marco yang masuk tiba-tiba dan sempat melihat mereka berdua hampir berciuman tak jadi masuk dan segera menutup pintu kembali, secepat dia membukanya.

Lisa dan Saga yang tertangkap basah masih mematung sama seperti posisi awal. Jantung mereka sama-sama masih bertalu cepat karena ketahuan hampir berciuman oleh Marco. Pria itu jadi ragu untuk melanjutkan aksinya, sementara Lisa membuka matanya sedikit, mencoba mengintip apa yang dilakukan Saga hingga begitu lama tak kunjung ada pergerakan selanjutnya.

"Saya mandi dulu," ucap Saga dan menarik mundur kepalanya. Dia segera turun dari ranjang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Lisa yang masih memejamkan mata. Wanita itu mendesah pelan, menjatuhkan tubuhnya ke belakang, di ranjang yang empuk, sementara kedua kakinya menggantung di luar ranjang. Matanya menerawang menatap langit-langit dengan kecewa.

"Hampir,"

***
TBC

Hai haiiii.. Uda Diabetes belum saking sweet-nya? Atau nggak cukup sweet menurut kamu? Wakakakak semoga gak mengecewakan ya. Ngetiknya ini sambil nangis darah, pengen jugaaa 😂😂😂

Segini dulu ya, harus semedi dulu biar dapat ide. Soalnya aku nggak pernah ada draft. Begitu ada ide langsung ngetik. Kalo udah buntu, ditinggal dan balik nulis lagi kalo udah dapat ilham. Makanya aku nggak bisa update serajin dulu. Karena kalo udah menuju pertengahan dan tamat, kebiasaan jelek aku pasti macet ide. Jadi aku harap teman-teman ngerti dan tetap baca cerita ini. Terima kasih buat dukungannya dari awal hingga part 25 ini. Keep voment ya! Thank you ♥️🙏

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 219K 55
Lily Spencer dan Teddy Alexander akan menikah dalam satu bulan kedepan, namun ia harus membatalkan pernikahannya tersebut. Pernikahan impiannya harus...
1.9M 256K 45
Sebuah pertemuan di resto all you can eat membuatnya yakin bahwa laki-laki yang menyapanya itu adalah orang gila. Bisa-bisanya mengajak 'tidur' di pe...
81.4K 5.5K 58
di SMA 2 ternyata memiliki 1 kelas yg isinya anak anak gabut, Gesrek, pecicilan, tingkah lakunya absurd, dan juga santuyy, biasanya anak anak jelas l...
13.1M 849K 69
Cerita ringan untuk menemani karantina kalian. Start: 7 Mei 2020 End: 22 Juni 2020 [Masih suka update meskipun udah tamat] ❄❄❄ "Emang kalau saya mau...